Mohon tunggu...
Siti Habibah
Siti Habibah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa di Universitas Islam Negeri Semarang yang sedang menempuh pendidikan S1 kimia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bertengkar di Depan Anak, Apa Dampaknya?

24 November 2021   19:34 Diperbarui: 24 November 2021   19:35 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pertengkaran dalam rumah tangga adalah hal yang biasa terjadi. Meskipun sudah menikah dan hidup cukup lama dengan pasangan, kadang ada saja hal-hal yang tidak sepemikiran dan membuat sebuah pertengkaran kecil. Kita terlalu asik beradu argumen tentang siapa yang benar dan siapa yang salah. Saat kita terbawa emosi, kita sering lupa apakah pertengkaran kita dilihat oleh anak atau tidak. Padahal hal ini cukup berdampak pada psikologis anak.   

Menurut Henny Eunike Wirawan, seorang psikolog sekaligus pembantu dekan I Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, Jakarta, menurutnya jika seorang anak sering melihat kedua orangtuanya bertengkar itu akan mempengaruhi pola pikirnya dalam berkeluarga, anak akan cenderung meragukan kebahagiaan dalam sebuah pernikahan.

Pendapat ini sangat masuk akal, mengingat anak-anak adalah pengingat yang handal. Apabila seorang anak terus menerus melihat pertengkaran dalam keluarganya, tentunya hal ini akan sangat melekat pada memorinya. Hal ini memungkinkan anak akan tumbuh dengan ketidakpercayaan diri. Anak akan cenderung merasa bahwa sebuah pernikahan hanya membawa masalah. Akhirnya anak akan takut untuk memulai sebuah pernikahan.

Padahal pernikahan bukanlah suatu yang buruk. Tidak bisa dipungkiri dalam pernikahan akan ada masalah-masalah yang datang baik kecil maupun besar. Semua tergantung bagaimana cara setiap pasangan dapat menyelesaikan permasalahnnya. Pernikahan juga tidak hanya tentang pertengkaran-pertengkaran yang pernah terjadi. 

Padahal pernikahan juga menyimpan kebahagiaan. Sering kali kita mengabaikan kebahagiaan yang pernah terjadi, seperti bagaimana pertamakali anda dan pasangan jatuh cinta. Bagaimana perasaan pertamakali melihat anak memanggil 'Mama dan Papa'. Kebahagiaan-kebahagiaan itu sering  luput pada ingatan.

Sebagai orang tua hendaklah kita lebih bijak dan lebih memperhatikan tumbuh kembang anak. Sesekali juga perlu bersantai bersama pasangan untuk melepaskan beban sehari-hari. karena keharmonisan pada rumah tangga juga dapat memberikan pengaruh yang signifikan pada anak. Jika seorang anak tumbuh pada lingkungan keluarga yang harmonis, maka anak akan terhindar dari masalah-masalah psikologis yang mungkin terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun