Sutradara Yandy Laurens kembali merilis film terbarunya pada 23 Januari 2025, yang berjudul 1 Kakak 7 Ponakan. Film ini berkisah tentang seorang anak bungsu bernama Moko, yang ditinggal mati oleh iparnya, Atmo, karena serangan jantung, dan kakaknya, Agnes, yang meninggal setelah melahirkan anaknya.
Setelah kematian kakak dan iparnya tersebut, Moko harus merawat Ima, anak dari kakaknya yang baru dilahirkan. Selain itu, Moko juga harus merawat ketiga keponakannnya yang masih bersekolah, yaitu, Woko, Ano, dan Nina.
Terpaksa, setelah lulus sarjana, Moko harus menghidupi keempat keponakannya sendirian. Mengurus bayi yang bukan anaknya, kerja apapun untuk tetap hidup, dan mengubur mimpinya untuk melanjutkan S2.
Beban Moko bertambah lagi, ketika guru les pianonya, menitipkan anak padanya yang juga masih dalam usia sekolah bernama Ais. Maka, seorang Moko terpaksa harus menghidupi enam orang di rumahnya, termasuk dirinya sendiri.
Seorang tokoh bernama Moko ini menggambarkan kondisi seseorang yang terhimpit dan harus menghidupi banyak orang, yang mungkin dihadapi oleh banyak orang di luar sana. Sederhananya, Moko ini adalah salah satu gambaran sandwich generation, yang harus menanggung banyak beban yang tidak seharusnya jadi tanggung jawabnya.
Secara tampilan, film ini benar-benar menyajikan visual yang realistis. Enam orang yang tidur dalam satu kamar, beberapa di antaranya tidur di emperan, bukan di kasur. Rumah yang sederhana, dan kadang-kadang berantakan. Baju-baju sobek yang dipakai. Sol sepatu yang lepas menjelang sidang skripsi. Adegan-adegan tersebut menggambarkan betapa sederhananya keluarga Moko.
Di samping itu, masih ada tokoh bernama Maurin. Pacar Moko sejak kuliah, yang terus support Moko dalam keadaan apapun. Meski di pertengahan film mereka dinyatakan putus, tapi Maurin tetap memiliki rasa cinta yang sama ketika mereka dipertemukan kembali.
Bisa dibilang, Maurin benar-benar sosok perempuan greenflag dalam film ini. Maurin beruntung pacaran dengan Moko, dan Moko pun beruntung pacaran dengan Maurin. Mereka adalah gambaran pasangan yang saling support dalam keadaan apapun, meski diterjang banyak ujian dalam hubungannya.
Namun, film ini tidak hanya seputar Moko, Maurin, dan kelima orang yang tinggal di rumahnya. Masih ada tokoh-tokoh lain yang memainkan peran penting dan membuat gemas penonton. Misalnya, David Gadgetin yang tiba-tiba menawarkan laptop ketika Moko memikirkan biaya rumah sakit. Itu sungguh adegan yang menggemaskan dan agak emosi ya. Karena di dunia nyata, kalau ada orang yang sedang memikirkan biaya rumah sakit, rasanya mau kabur saja kalau ada orang ngotot menawarkan laptop mahal. Sungguh miris saya menontonnya.
Akhir kata, film ini bisa jadi pilihan hiburan kamu untuk ditonton bersama keluarga atau teman. Tenang saja. Film ini termasuk klasifikasi semua umur kok. Jadi kalau mau ajak anak kecil pun, tidak akan masalah. Tidak ada adegan marah-marah, pukul-memukul, bahkan romantisme Moko dan Maurin pun minim bersentuhan fisik. Benar-benar film keluarga deh pokoknya. Selamat menonton.