Belakangan ini, entah mengapa akun tiktok Mbak Kalis sering muncul di fyp saya. Kontennya yang sering mempromosikan film tentang kisah cintanya itu membuat saya penasaran dengan filmnya. Apalagi, Mbak Kalis juga merupakan seorang penulis. Dan dulu, saya juga ingin menjadi seorang penulis, bahkan sampai sekarang.
Berangkat dari kemiripan itu, akhirnya saya menonton film "Seni Memahami Kekasih" yang mulai tayang di bioskop sejak 5 September lalu. Tapi karena rencana menonton bioskop yang terlalu spontan, akhirnya saya menonton film itu sendirian. Meski jauh-jauh hari, sempat berandai-andai bisa menonton film ini bersama pacar -- sayangnya sih saya tidak punya pacar.
Hari itu hari Kamis. Bioskop tidak terlalu ramai saat itu. Saat memesan tiket pun, baru sedikit kursi yang sudah terisi. Jadi saya bisa memilih posisi kursi dengan leluasa dan bebas.
Yang membuat saya heran, ternyata film ini dikategorikan sebagai film untuk semua umur. Dengan genre romansa ini, saya kira akan masuk kategori 13+. Seperti halnya ftv di SCTV yang biasanya masuk kategori 13+.
Tapi setelah menonton filmnya, saya pikir film ini memang pantas masuk kategori semua umur. Isi ceritanya begitu ringan dan sederhana. Tampak tak dibuat-buat seperti film romansa pada umumnya.
Selain menceritakan kisah cinta Kalis (Febby Rastanty) dan Agus (Elang El Gibran), film ini juga bercerita tentang hubungan anak dan keluarganya. Terutama hubungan Kalis dan bapaknya. Hubungan yang tampaknya diidamkan banyak orang, di mana orang tua bisa menjadi tempat mengadu nasib tentang kisah cinta anaknya.
Atau kisah Nurcholis (Jordan Omar) yang merindukan orang tuanya karena tinggal di pondok pesantren sejak ibunya, Rahayu (Sisca Saras) pergi ke luar negeri untuk bekerja sebagai TKW. Hingga ayahnya, Akmal (Rezca Syam), datang menjemputnya setelah berubah jadi lebih baik. Sebelumnya, Akmal melakukan KDRT pada Rahayu ketika Nurcholis masih bayi sehingga mereka bercerai. Adegan Akmal dan Nurcholis inilah yang tampak hangat dan membuktikan bahwa seorang Akmal tetap bisa menjadi bapak yang bertanggung jawab meski dengan masa lalu yang buruk.
Kisah dalam film ini nampaknya memang tidak terlalu kompleks. Mungkin itu pula sebabnya mengapa film ini masuk kategori semua umur. Namun, film ini berhasil membuat emosi penonton silih berganti dengan mudah. Menangis, senang, bahkan hingga tertawa terbahak-bahak karena lelucon dan tingkah dari pasangan Kalis dan Agus.
Saya sendiri sangat terharu ketika Rahayu harus meninggalkan anaknya di pondok pesantren karena harus bekerja di luar negeri. Tiba-tiba, air mata menetes tanpa diminta. Tapi selang beberapa menit kemudian, saya kembali dibuat tertawa oleh adegan-adegan selanjutnya yang lucu tapi mengagumkan.
Salah satu adegan favorit saya adalah ketika Kalis dan Agus meminta hujan deras lagi karena mengenakan jas hujan seharga 400 ribu rupiah yang baru saja dibelinya. Itu benar-benar membuat saya tertawa lepas di dalam bioskop. Hahaha.