Baru beberapa bulan lalu, Instagram meluncurkan fitur saluran seperti halnya channel Telegram di aplikasi Telegram. Fitur saluran tersebut ditempatkan berdampingan dengan menu direct message (dm) Instagram yang merupakan fitur chat antarpengguna.
Whatsapp, beberapa hari lalu, merilis fitur serupa. Fitur saluran dalam WhatsApp ditempatkan bersamaan dengan menu status WhatsApp. Menu di tengah yang tadinya bertuliskan "Status", kini berubah menjadi "Pembaruan".
Di satu sisi, saluran WhatsApp memang memudahkan kita mendapatkan informasi khusus dari lembaga atau akun yang kita minati. Tapi di sisi lain, kita jadi kebanyakan mendapat informasi juga.
Akun channel TV misalnya. Setiap channel TV, biasanya sudah menyebarkan informasi di akun media sosial mereka yang lain. Katakan saja, Instagram dan Tiktok. Kita yang sudah mengikuti di kedua media sosial tersebut, apa tak bosan karena mendapat informasi dari saluran WhatsApp juga?
Selain itu, dengan saluran WhatsApp, seseorang bisa makin betah berlama-lama menatap HP mereka karena info yang didapat tiada habisnya. Buka Instagram sudah, buka Twitter sudah, buka Tiktok sudah, dan ketika buka WhatsApp, masih ada saluran WhatsApp yang masih ingin dibuka juga. Belum lagi status teman sekontak yang lagi dan lagi terus dibuka sampai semua status whatsapp dilihat tanpa ada yang terlewat.
Memang sih, sejauh ini, saluran yang ada di WhatsApp baru lembaga-lembaga bercentang hijau. Tapi, apa jadinya jika ke depannya para public figure turut membuat saluran di WhatsApp? Apa waktu yang dihabiskan di depan layar HP akan lebih lama juga?
Setidaknya, itu salah satu alasan mengapa saya kurang menyukai fitur ini. Bagi saya, WhatsApp adalah aplikasi privat. Cukuplah untuk komunikasi dengan teman dan kerabat. Tak perlu ada informasi dari lembaga-lembaga atau akun yang tidak kita minati. Seperti, ya, sudah lelah dengan banyaknya informasi yang didapat dari media sosial lain.
Meski begitu, suka atau tidak sukanya saya dengan fitur ini, tidak akan membuat WhatsApp menghapus fitur yang baru dirilisnya tersebut. Jadi, satu-satunya jalan ketika saya tidak menyukainya, ya tidak perlu digunakan. Atau jika pun digunakan, mungkin hanya mengikuti satu-dua saluran yang dirasa sangat penting.
Tetapi, bagaimana dengan kamu? Apakah kamu menyukai fitur terbaru dari WhatsApp ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H