"Dari mana, Neng?" tanya supir angkot yang angkotnya saya tumpangi sebelumnya.
"Ujungberung," jawab saya.
"Jadi empat ribu." Mendengar itu, saya bertanya-tanya.
"Kan tiga ribu, Mang," protes saya karena merasa telah membayar ongkos angkot seperti biasanya, dengan selebaran uang dua ribu rupiah dan uang koin seribu rupiah.
"BBM-nya naik, Neng."
Mau tak mau, akhirnya saya membuka resleting tas paling depan untuk mengambil uang dua ribu rupiah, yang niatnya akan digunakan untuk ongkos angkot pulang dari kampus.
"Ini, Mang." Saya menukarkan  uang dua ribu rupiah dengan koin seribu rupiah yang sebelumnya telah diberikan pada supir angkot dan menyimpannya ke dalam saku celana.
Setelah mobil angkot itu pergi, saya berbalik dan berjalan menuju ruang kelas sambil berceloteh tentang naiknya ongkos angkot hari itu.Â
Ya, meskipun tidak memiliki kendaraan pribadi, nyatanya saya tetap terdampak secara langsung akan naiknya harga BBM yang diresmikan mulai 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.
Ongkos angkot yang biasanya hanya enam ribu rupiah untuk bolak-balik Ujungberung-Cipadung, kini harus menghabiskan hingga delapan ribu rupiah. Memang sih, bedanya hanya dua ribu rupiah. Tapi tetap saja hal itu berharga bagi saya yang masih duduk di bangku kuliah.