Mohon tunggu...
Habibah AfifatusSholikah
Habibah AfifatusSholikah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UINSA

Halo, saya merupakan mahasiswa prodi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya. Saya memiliki hobi membaca dan menulis, serta mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Sajak-Sajak "Simfoni Dua" Karya Subagio Sastrowadoyo

13 Juli 2023   21:20 Diperbarui: 13 Juli 2023   21:27 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Terdapat pula gaya bahasa retoris pada judul "Sajak". Gaya bahasa retoris sendiri merupakan majas yang kalimatnya berupa pertanyaan, namun pertanyaan tersebut tidak perlu dijawab karena jawaban sudah terkandung dalam pertanyaan tersebut. Dan hal ini terendus pada kalimat Apakah arti sajak ini Kalau anak semalam batuk-batuk, bau vicks dan kayu putih melekat di kelambu. Jadi kalimat pertanyaan pada sajak ini adalah Apakah arti sajak ini dan jawabannya ada pada sang anak yang semalam tengah batuk sehingga mengingatkan sosok "aku" tentang sajak ini kepada langit dan mega, yang terdapat pada bait terakhir puisi.

Pada judul yang sama, terdapat pula gaya bahasa metonimia yang dimana majas ini merupakan majas yang biasanya menggunakan kata label, merek, atau ciri dari suatu benda (barang). Dan majas ini terlihat pada kalimat bau vicks dan kayu putih melekat di kelambu. Merek yang disebut adalah vicks yang dimana barang ini merupakan obat gosok yang mengandung zat aktif seperti minyak Eucalyptus, menthol, dan champora yang efektif untuk mengatasi gejala flu dan batuk yang tengah mendera tubuh.

Gaya bahasa metafora juga terendus pada sajak yang berjudul "Lamunan Aborijin" pada kalimat, Masa lalu adalah panas terik di padang pasir dan berkelana di zaman mimpi tak bertepi. Hal ini merupakan sebuah perbandingan tentang masa lalu yang diumpamakan sebagai panas terik di padang pasir yang berarti masa lalu penuh akan derita dan kesengsaraan. Lalu berkelana di zaman mimpi tak berarti ini memiliki makna sosok "aku" yang selalu mengembara dan pergi kemana pun tanpa tujuan yang pasti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun