Mohon tunggu...
Habibah AfifatusSholikah
Habibah AfifatusSholikah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UINSA

Halo, saya merupakan mahasiswa prodi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya. Saya memiliki hobi membaca dan menulis, serta mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Sajak-Sajak "Simfoni Dua" Karya Subagio Sastrowadoyo

13 Juli 2023   21:20 Diperbarui: 13 Juli 2023   21:27 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Subagio Sastrowardoyo, seorang kritikus sekaligus seorang penulis cerpen maupun sajak-sajak, salah satunya adalah kumpulan sajak yang berjudul "Simfoni Dua". 

Selain sebagai seorang kritikus sastra dan penulis, ia juga merupakan seorang dosen yang pernah membagikan ilmunya di beberapa universitas ternama di Indonesia seperti UGM, UNPAD, dan lain-lain. Sastrawan yang lahir di kota Madiun pada tanggal 1 Februari ini terkenal sebagai pengarang cerpen daripada seorang penyair. Namun terlepas dari itu semua, karya puisinya juga tak kalah menarik dari cerita pendeknya.

Kumpulan sajak "Simfoni Dua" misalnya. Di dalam kumpulan buku sajak ini, Subagio menuangkan kalimat-kalimat yang penuh akan kiasan yang butuh pemahaman lebih dalam, agar dapat mengerti dan paham mengenai pesan tersirat yang tersimpan di setiap larik puisinya. Sajak-sajak yang tedapat pada buku ini cenderung memiliki unsur mitologi. 

Mitologi sendiri adalah ilmu tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus di dalam suatu kebudayaan. Dan hal ini terpantau pada sajak yang berjudul "Dewa Telah Mati". Pada kalimat Tak ada dewa di rawa-rawa, kata dewa disini bisa diartikan sebagai Tuhan atau bisa diartikan pula sebagai seseorang atau sesuatu yang sangat dipuja-puja. Jadi, bisa kita artikan bahwasannya dewa, Tuhan, atau seseorang yang dipuja-puja itu tidak ada di rawa-rawa. Dan yang kita tahu sendiri bahwa rawa merupakan tempat yang digenangi air dan biasanya banyak terdapat tumbuhan.

Simbol mitologi lainnya juga terendus pada judul yang sama yakni pada kalimat, Hanya gagak yang mengakak malam hari. Gagak merupakan hewan mitologi yang biasanya disimbolkan dengan aura mistis atau kematian. Dan pada kalimat ini, memiliki arti bahwa hanya terdengar suara gagak di malam hari dan suaranya yang terdengar seperti tawa terbahak-bahak yang tiada henti di malam hari, sehingga menambah kesan mistis pada puisi ini.

Pada judul sajak ini, bisa diibaratkan bahwa Dewa atau Tuhan telah hilang di dunia karena terdapat simbol mitologi, yakni ular. Ular disini disombolkan sebagai kejahatan yang sudah merajalela di dunia. Sedangkan pertapa yang dianggap sebagai manusia suci telah terjerat oleh perempuan jalang, sehingga ia pun memiliki banyak dosa. Hal ini dibuktikan pada kalimat Bumi ini perempuan jalang yang menarik laki-laki jantan dan pertapa ke rawa-rawa mesum ini. Intinya, dunia sudah penuh dengan orang-orang jahat yang telah banyak melakukan berbagai dosa.

Sesuai dengan judul kumpulan sajak-sajak yakni "Simfoni Dua", ikon dari sajak-sajak ini tak lain adalah sajak yang berjudul Simfoni. Sajak ini sendiri terdiri atas dua kumpulan, dimana kumpulan pertama adalah Simfoni I dan yang kedua adalah Simfoni II. Simfoni I terdiri atas sajak-sajak religius yang dimana sajaknya mengingatkan kita akan Tuhan. Dalam kumpulan sajak Simfoni I, selain mengingatkan kita akan adanya Tuhan kita juga diingatkan akan dosa-dosa manusia yang ada di dunia. Dosa tersebut tidak hanya dilakukan oleh manusia biasa, pertapa yang terkenal dengan julukan manusia suci pun ikut terjerat dosa dunia akibat dari godaan wanita.

Di dalam kumpulan sajak Simfoni I ini juga dijelaskan oleh penulis melalui sajaknya yang berjudul "Sodom Dan Gomorrha" yang ingin menyampaikan bahwa di dunia masih ada manusia yang tidak meyakini adanya Tuhan dan dengan adanya kiasan Tuhan tertimbun di balik surat pajak. Disini Tuhan dianggap tidak ada karena dibandingkan dengan benda yang sedang tertimbun di balik surat pajak. Untuk pengambilan judul pada sajak ini sendiri merupakan pengambilan dari nama sebuah kota yang dikutuk oleh Allah. Sodom atau di dalam bahasa arab berarti Sadm dan Gamorrha yang dalam bahasa Arab adalah 'Amora merupakan sebuah kota yang dimsunahkan dan kisahnya tertulis pada kitab Al-Qur'an dan kitab agama kristen. Penduduk kota Sodom dan Gomorrha ini dibinasakan oleh Allah karena mereka melakukan dosa yang tidak termaafkan lagi meskipun Allah telah mengutus Nabi-Nya untuk memberi peringatan pada kedua penduduk kota tersebut.

Apabila di dalam kumpulan sajak Simfoni I terdiri atas sajak-sajak yang bertema religius dan mengingatkan kita akan Tuhan, maka Simfoni II terdiri dari sajak-sajak yang mengungkapkan situasi sosial, mengenai kebobrokan atau minimnya moral dan juga kemiskinan.

Selain itu, gaya bahasa yang terdapat pada kumpulan sajak-sajak ini sangatlah beragam. Seperti gaya bahasa repetisi yang terlihat pada judul sajak "Afrika Selatan", dan kalimat yang berbunyi Tapi kulitku hitam dan sorga bukan tempatku berdiam. bumi hitam, iblis hitam, dosa hitam, karena itu aku bumi lata, aku iblis laknat, aku dosa melekat, terdapat pengulangan kata yang menegaskan bahwa "aku" yang mewakili semua kata itu. Sosok "aku" yang tidak pantas menempati surga karena ia memiliki kulit hitam yang tidak pantas tinggal di surga yang putih nan suci.

Sosok "aku" ini lebih baik tinggal di bumi yang hitam sesuai dengan warna kulitnya, layaknya iblis yang memiliki banyak dosa, dan sosok aku ini juga merasa dirinya adalah sampah di tengah jalan. Selain itu, pada sajak ini bisa ditarik kesimpulan bahwasannya penulis ingin menyuarakan ras deskriminasi yang terjadi pada orang-orang Afrika, dimana mereka yang memiliki kulit hitam ini dianggap sebagai orang-orang yang jahat, kotor, penuh dosa, dan sampah masyarakat. Padahal mereka itu sama seperti kita, sama-sama makhluk Tuhan yang tidak ingin dideskriminasikan dan dilecehkan baik secara verbal maupun non verbal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun