Mohon tunggu...
Habib aza
Habib aza Mohon Tunggu... -

ibu yang pertama harus di hargai

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Saya Polisi (saya tentara) Kamu Mau Apa?

17 Desember 2012   06:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:30 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosok alat negara, biasanya menjadi tumpuan untuk melindungi masyarakat. Selain berhak menyelempangkan senjata, pasti semua mafhum polisi atau tentara telah dibekaliketerampilan beladiri, strategi perang dan berbagai keahlian yang secara fisikal lebih unggul dari orang biasa.

Kadangkala para oknum menyelewengkan kewenangannya. Cerita miring tentang polisi dan tentara selalu hilir mudik di telinga kita. Seperti dialami penulis dan teman penulis.Kalau penulis pada saat mengurus STNK motor yang bermasalah. Bukannnya dilayani malahan menyibakkan map bertumpuk yang sekilas terlihat berisi lembaran uang. Minta pelicin. Payah. Lain lagi yang dialami teman saya, sewaktu mau membantu keluarga jauhnya yang terlibat krimininal. Merasa sudah harus ke luar kurungan karena pencabutan surat tuntutan oleh pihak PT, teman saya itu meminta untuk secepatnya membebaskan keluarganya tersebut. Pihak pollisi minta 8 juta untuk tebusan. Kawan saya kelabakan. Akhirnya dia minta bantuan informasi kepada wali muridnya yang berdinas di polres tentang prosedur sebenarnya. Datang saja ke Polsek saya yang akan ngomong ke dia (kapolsek). Ternyata sms sakti dari polres, dianggap sebagai pengihanaan oleh kapolsek. Sebelum dibebaskan, teman saya tersebut mengalami pelecehan, dikerumuini 7 orang polisi, di maki kurang lebih setengah jam dan ditodong pistol di kepalanya. “Seperti tak ada harganya diri ini waktu itu, dianjingkan dibabikan. Aku hanya diam dan sock,” tuturnya. Pulang dengan badan lunglai lemas, dan trauma.

Saya tidak ingin menilai dari sisi negatifnya saja karena saya mengalami sendiri bagaimana polisi yang punya dedikasi dan integritas. Kawan semesjid, seorang polisi, tawadlu, malahan ikut bergabung dengan jamaah tablig. Tentara yang sehari-harinya tegap, saya lihat bantu istrinya menggosok pakaian. Sungguh pemandangan luar biasa.

Apa kaitannya dengan judul di atas? Saya ingin mengisahkan kembali cerita dosen saya dulu. Sewaktu dia naik bus Damri, kebetulan tidak kebagian tempat duduk jadi bergelantungan. Bus penuh sesak. Sekilas dia melihat di depannya, ada sesuatu yang mencurigakan. Aksi pencopetan.Sebelum aksi tuntas, ditepuknya pundak pencopet, mata pencopet langsung menatap tajam ke arah dosen saya yang persis dibelakangnya. “urusan kamu apa?”sambil menatap tajam. Tanpa berkedip, dosen saya berkata “Saya tentara!, kamu mau apa?” Gertakan pun berhasil. Pencopet mengurungkan niatnya dan turun segera dipersimpangan jalan. Kata dosen saya, waktu itu padahal dia sendiri takut, karena pencopet tersbut membawa senjata tajam. Dosenku—dosenku… (Tegap dan cepaknya kayak dosen Armand..).

Lain lagi cerita baru-baru kali ini, Senin minggu yang lalu tanggal 10 Desember, sewkatu mengurus Sertifikat rumah yang sudah kelar cicilannya (10 tahun bro). Ketika masuk ruang tunggu antrian ada satu yang menggangu telinga saya. Orang bersiul-siul di ruangan. Tapi saya acuhkan. Siulanpun berhenti ketika panggilan nomor 18. 1 antrian sebelum nomor antrian saya. Saya perhatikan dia nunjuk – nunjuk costumer servis dan geleng-geleng. Mungkin ada masalah pikir saya. Setelah menyelesaikan adminstrasi (mungkin) di ruang bawah dia kembali lagi. Pemandangan serupa pun terjadi dia nunjuk-nunjuk CS dan geleng-geleng kepalanya. Mungkin mencoba mengelak dari CS yang mencoba menjelaskan. Tiba-tiba dia berkata lantang (berteriak) “Saya polisi.. saya tahu semua tentang hal ini, saya komandan polisi, kita urus semuanya di polres” bla-bla enta apa seterusnya yang dia lontarkan. Sontak semua hadirin mematung kaget walau hanya sebentar seterusnya memperbincangkannya. Sayang saya tak bawa camera, untuk mengaabadikan moment bersejarah ini. Ketika giliran saya, saya tanya ke CS mengapa seganas itu dia bereaksi. Katanya masalahnya sepele. Info yang dia dapatkan dari orang tionghoa yang mendampinginya, salah. Saya luruskan dan minta tandatangan malah mencak-mencak. kalo perlu nanti juga pasti dia ke sini….. Lagi pula entah benar entah tidak dia polisi. Kalo pun apa yang akan diperkarakan” tambahnya.

Memang Sosok atau figur selain sering diselewengkan oleh yang empunya juga sering dicatut oleh orang yang memanfaatkannya. Bisa dengan ucapan dan simbol-simbol. Demi kemaslahatan bolehlah tapi untuk kepentingan invidual janganlah!.

Sambil pulang sepintas kami lihat poster : 10 Desember hari KPR. Mungkin kegaduhan tadi sebagai kado ultahnya Bisikku ditelinga istriku… Dia hanya tersenyum kecut. Mungkin ,masih kaget dengan peristiwa tadi….

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun