Mohon tunggu...
habib mujtahid
habib mujtahid Mohon Tunggu... -

Lahir di cilacap pada tanggal 29 Desember 1987, kecil di cilacap namun besar di kota Yogyakarta, saya hijrah ke kota yogyakarta pada Tahun 2003 untuk melanjutkan sekolah menengah atas di sekolah muhammadiyah 7, sekarang sedang menempuh pendidikan di tingkat tinggi di STMIK AMIKOM dengan jurusan Sistem Informatika.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dimana kontrol pemerintah terhadap moral bangsa

31 Juli 2010   10:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:25 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah kaprah bener ora lumrah

[caption id="" align="alignleft" width="270" caption="Salah kaprah bener ora lumrah"][/caption] Baru-baru ini bangsa Indonesia di hebohkan dengan pemberitaan tentang perilaku asusila yang di lakukan oleh beberapa orang yang telah memberikan dampak meresahkan masyarakat secara luas, bahkan dalam pemberitaanya pun telah menggaung sampai mancanegara, hal ini jelas merusak susu sebelanga. Budaya ketimuran bangsa Indonesia yang  telah lama di miliki kini luntur oleh racun-racun nikmat yang disodorkan bangsa barat, jika kita lihat dari system pendidikan yang diterapkan pemerintahan Indonesia sangatlah keliru dari pandangan saya, jika dilihat dari 3 mata pelajaran yang diikut sertakan di Ujian Nasional SMU kita bisa melihat bahwa secara tidak langsung kita di arahkan ke hal perhitungan, perekonomian, dan bahasa “yang condong kebarat-baratan”, dari ketiga segi itu kita bisa telisik bahwa system pendidikan yang ada sekarang sangat kurang di imbangi dengan moral dan akhlak, karena yang dipentingkan hanyalah kesejahteraan secara materi dan gaya hidup ideal yang kebarat-baratan, tidak lagi ada nilai kesederhanaan dan gotong royong dalam dunia pendidikan, malah cenderung di arahkan kedalam kompetisi tidak sehat dan tujuan dari kompetisi adalah untuk perut sendiri. Hal ini bisa kita jadikan suatu contoh real bahwa control pemerintah terhadap moral penerus bangsa sangatlah kurang, karena dari segi pendidikan tidak ada standart moral, yang ada hanya ilmu perhitungan perekonomian yang tidak dibarengi ilmu akhlak untuk memberi kekuatan pemikiran agar tidak terjerumus dalam lubang korupsi, dalam usaha pemberantasan korupsi dari akar harusnya bukan hanya dari para tokoh yang sudah menjalankan ilmu korupsi itu, namun idealnya dari para penerus bangsa ini yang harus mulai diberi ilmu pantang korupsi yaitu ilmu moral dan akhlak itu sendiri. Dari sudut pandang saya jika system pendidikan di Indonesia ini jika di biarkan terus begini maka bisa saja terjadi pada beberapa puluh tahun lagi bangsa ini hanya terdiri dari 2 segmen sosial, yaitu para Koruptor dan para Penjahat, sebenarnya kata ini satu makna namun beda bahasa, Koruptor adalah penjahat dengan cara “otak” dan Penjahat adalah pelaku kejahatan yang menggunakan otot. Dan yang membedakan itu adalah keuangan keluarga sebelumnya, karena pendidikan ini mahal, maka hanya orang yang mempunyai orang tua kaya yang bisa menerima ilmu perhitungan perekonomian yang tidak dibarengi ilmu akhlak itu makaorang-orang ini akan terjun ke lubang korupsi tanpa disadari, dan celakanya para penerus bangsa yang kurang mujur dengan terlahir ditengah keluarga yang kurang dari segi ekonomi akan menjadi penjahat yang menggunakan otot itu, karena mereka merasa hanya dengan ototlah mereka bisa terangkat derajatnya. Itulah potret tidak adanya control pemerintah terhadap moral bangsa, coba bayangkan jika ilmu Agama dan PPKn di ikut sertakan dalam Ujian Nasional. Dan bahasa Arab juga menjadi bahasa yang di pelajari, mungkin bangsa ini tidak lagi mengagumi bangsa barat seperti Amerika, tapi cenderung mempunyai guru bangsa para tokoh seperti Al-Ghazali dan Ibnu Kholdun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun