Pencapaian Timnas U 23 di ajang Asian Games memang sesuai dengan target yang telah dibebankan oleh PSSI. Dengan kondisi carut marutnya liga professional kita, persiapan yang masih jauh dari ideal serta biaya tim yang tidak ditanggung oleh negara tetapi oleh PSSI sendiri, dimana lazimnya kontingen yang membawa nama negara semua akomodasi ditanggung oleh Negara. Maka pencapaian tersebut bisa dikatakan “lumayan”.
Tetapi melihat apa yang terjadi dilapangan ada sesuatu yang mengganjal dengan permainan Tim Nas kita, kala boleh dibilang strategi yang dimainkan oleh pelatih kita kurang pas, khususnya menjelang pertandingan ke - 3 dibabak penyisihan grup. Setelah 2 kemenangan yang bagus di dua laga awal atas timor leste dan maladewa Optimisme pencinta sepakbola ditanah air tentunya menjadi sangat tinggi. Peraturannya untuk babak system gugur adalah yang peringkat kedua akan berhadapan dengan peringkat pertama group lain, peringkat pertama berhadapan dengan peringkat kedua. Sedikit mengkritisi penyelenggaran sepakbola di ajang ini, kalau di piala dunia, dua tim terbaik di group akan berhadapan terlebih dahulu ( ingat belanda lawan spanyol). Sehingga meminimalkan terjadinya main mata, atau ada negara yang mencari keuntungan dengan memilih lawan.
Kembali ke Pertandingan Asian Games, Setelah berhasil dinyatakan lolos karena mengantongi 2 kemenanangan fantastis maka Timnas akan berhadapan dengan Thailand, disini Pelatih kepala Aji Santoso membuat strategi yang menurut hemat penulis “sesuatu yang terlalu beresiko” kalau tidak mau disebut “blunder”. Aji SAntoso mengganti hampir 80% pemain yang telah meraih kemenangan di 2 laga sebelumnya. Tentunya penggantian ini tentunya telah dibiciarakan dengan tim pelatih lainnya. Namun ada beberapa hal yang dapat penulis jadikan masukan mengenai hal ini.
1.Jangan Ganti Tim yang sudah menang, pemain kita belum siap.
Dalam hal ini bukan berarti pelatih tidak boleh berkreasi atau menyimpan strategi untuk pertandingan lebh besar. Tetapi alangkah baiknya apabila spirit dan momentum kemenangan serta kekompakan dalam atmosfer pertandingan yang telah berjalan dengan baik dalam 2 pertandingan sebelumnya jangan diputus oleh strategi yang mengorbankan permainan secara utuh. Terlihat dalam pertandingan melawan Thailand pemain kita seperti orang kebingungan dalam memegang bola, seperti tidak ada pola, kesalahan – kesalahan elementer kerap terjadi. Masukan dari penulis apabila mau mengganti cukup 30% diganti dengan pemain cadangan. Toh nanti dibabak kedua pelatih bisa memasukan 3 lagi pemain baru. Akan tetapi ritme dan semangat tim jangan diubah total.
2.Mengalah bukan strategi yang bagus untuk mental pemain kita.
Dengan hasil dikalahkan 6-0 oleh Thailand, maka mental pemain Indonesia baik yang bermain atau duduk dibangku cadangan yang sebelumnya begitu tinggi seketiga menjadi turun. Perasaan emosi, balas dendam, malu, dll menjadi campur aduk. Hal ini menjadi sesuatu yang membebani psikis mereka terutama persiapan untuk partai selanjutnya. Memang secara fisik mereka yang tidak diturunkan dalam pertandingan tersebut nampak bugar, tetapi secara mental mereka telah kalah. Belum lagi mereka menjadi bulan2an di media terutama media social. Hal ini sedikit banyak mempengaruhi permainan mereka.
3.Sportivitas tidak boleh dikhianati.
Dalam setiap pertandingan esensi tertinggi adalah kemenangan, apabila hal itu telah dinodai oleh pemikiran2 yang mencoba menggoyangkanya, maka hasilnya pasti akan jauh dari yang diharapkan. Apabila kita pada saat melawan Thailand berjuang dengan tim terbaik dan mungkin pada saat itu kita juga kalah tetapi penulis yakin tidak mungkin dengan skor 6-0, kita bisa saja kalah tapi tidak selisih lebh dari 2. Hal ini membuat opini public terhadap tim ini tetap positif.Dan pemain tidak terlalu larut dalam kesedihan. Bahwa kita melihat tim ini sudah berjuang dengan kemampuan terbaik yang telah dimiliki. Atau apabila kita seri bahkan menang dipertandingan terakhir, kita mungkin tidak perlu berhadapan dengan Korea Utara, dan harapan untuk maju ke fase lebih tinggi terbuka lebar, dikarenakan selisih gol kita juga baik dibandingkan Thailand.Jiwa sportivitas, jiwa seorang yang berani berjuang untuk kemenangan bukan jiwa yang mencoba2 sesuatu yang belum pasti. Apalagi mengalah. Ingat “insiden” sepakbola gajah? Demi menghindari tim yang kita anggap lebih kuat kita memainkan hal yang tidak terpuji, hasil dari tidak sportivitas tersebut bukan hanya kita kalah dari tim yang kita anggap lebih lebih, tetapi kita mendapat hukuman dari FIFA dan masyarakat secara menyeluruh.
4.Semua Lawan adalah Penting dan mempunyai kekuatan yang sama
Dengan berprinsip akan hal itu maka pelatih akan berfikir 2 kali untuk menerapkan strategi “mengalah” karena dengan kualitas lawan yang baik. Tentunya kesalahan sedikit akan berakibat fatal. Akan membuat kita seolah2 kalah sebelum bertandingan, dikarenakan secara mental psikis kita sudah kalah duluan.
Berkaca dengan pengalaman Timnas U 23 di Asian Games, maka pemilihan strategi untuk mengalah bukan opsi yang bagus untuk timnas kita, dimana masalah mental masih menjadi soroton utama. Apalagi sebentar lagi menjelang Piala Asia yang diikuti oleh Timnas U-19, semoga tim ini dapat memberikan terbaik buat bangsa dan negara disetiap pertandingannnya, diharapkan jangan memakai strategi mengalah… apalagi mengalah yang kemudian untuk dikalahkan. Tetap Jaya Persepakbolaan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H