Perhelatan Munaslub Golkar “sukses” digelar dengan munculnya Setya Novanto (SN) sebagai ketua umum. menggantikan Aburizal Bakrie. Sebenarnya banyak sekali opini yang berkembang mengenai jalannya Munaslub ini. Dari mulai tempat acara, waktu acara, panitia, calon – calon ketua, isu intervensi pemerintah, sampai dengan dugaan money politik dll, Tetapi saat ini setelah semua hal itu selesai maka pertanyaan selanjutnya bagaimana Golkar dibawah Setya Novanto ?.
Figur SN memang adalah figure kontroversial, dikenal sebagai politikus yang licin bagai belut, kepiawaian bermain politiknya sanggup mengantarkannya menjadi ketua DPR, walaupun dari dapil diluar jawa ( SN berasal dari dapil NTT). Ditambah lagi Partai Golkar adalah bukan peraih suara terbanyak pemilu legislative 2014. Tapi itulah sekali lagi dengan kepiawaian lobi - lobi dan kekuatan finansialnya maka mau tidak mau harus diakui SN adalah politikus terbaik yang dimiliki oleh Golkar, terlepas dari berbagai isu yang menerpanya termasuk kasus “papa minta saham” yang menghebohkan itu.
Setahun kedepan perpolitikan Indonesia akan dihadapkan kepada Pilkada serentak 2017, dan didalamnya tentunya melibatkan Pilkada DKI Jakarta. Pilkada DKI Jakarta tentunya adalah salah satu barometer keberhasilan partai politik., selain Pilpres dan Pemilu Legislatif. Begitu prestisenya jabatan Gubernur Provinsi ini sehingga gaungnya bahkan sudah dimulai sejak tahuhn lalu. Yang menarik tentunya adalah bagaimana sikap Partai Golkar mengenai Pilkada DKI saat ini? Siapa yang akan di dukung?
Jumlah kursi Partai Golongan Karya di DPRD Jakarta memang “hanya” berjumlah 9 kursi. Masih jauh dari syarat minimal partai untuk mengajukan calon yakni 22 kursi. Tetapi dengan jaringan dan dukungan finansialnya maka dukungan Partai Golkar jelas mempunyai arti tersendiri bagi siapapun yang didukung. Karena tidak mungkin mencalonkan Gubernur, sendiri tentunya pilihan Partai Golkar tinggal dua. Bergabung dengan partai – partai untuk melawan Ahok atau malah bersatu dengan Hanura dan Nasdem mendukung Ahok.
Menarik untuk mencermati “bahasa politik” Ahok terhadap SN selama ini. Tidak usah jauh ingat pada waktu SN dilanda isu “papa minta saham” tidak ada koment negative keluar dari mulut seorang Ahok terhadap SN. Bahkan pada saat SN mengadakan pernikahan anaknya yang pada saat itu bahkan Presiden dan Wakilnya tidak datang. Ahok datang dan dengan santainya dia jawab “ hubungan saya dengan pak SN baik – baik saja kok”. Dan beberapa hari terkahir setelah SN terpilih menjadi ketua umum Golkar Ahok juga mengatakan bahwa figure SN adalah figur atasan yang mengayomi. Seperti yang kita tau sebelum “loncat” ke Gerindra dalam pemilihan Gubernur DKI Ahok adalah kader Partai Golkar. Dimana Ahok adalah anggota DPR dengan SN adalah atasannya di DPR.
Satu hal yang juga perlu dicermati lagi adalah budaya politik di Indonesia yang masih terpusat kepada ketua umum partai, dimana keputusan – keputusan strategis partai adalah “hak veto” dari sang ketua umum,. Termasuk didalamnya adalah pemilihan seorang kepala daerah. Sangat jarang penentuan kepala daerah diserahkan kepada anggota. Okelah kalo proses penjaringan, seleksi dll dilakukan oleh DPP atau sejenisnya. Tetapi percayalah semua itu nantinya akan ditentukan oleh satu orang yakni Ketua Umum Partai. Begitu juga yang penulis yakinin akan terjadi di Partai Golkar. Para anggota DPRD, anggota DPP, kader boleh ngomong, boleh mengusulkan, boleh beropini, tetapi keputusan tetap di tangan ketua umum.
Melihat hal tersebut diatas dan melihat realitas dilapangan dimana Ahok masih merajai beberapa survey keterpilihan maka peluang Ahok untuk didukung Partai Golkar sebenarnya sangat besar. Apalagi saat ini Partai Golkar pastinya sedang mencari cara untuk menaikkan citra mereka di mata masyarakat. Dengan mendukung Ahok tentunya dimata sebagian besar masyarakat Jakarta Partai Golkar dianggap mendengar suara rakyat. Ditambah lagi hubungan yang baik antara Ahok dan SN bisa jadi hal tersebut dapat diwujudkan.
Salah satu faktor lain adalah adanya dukungan “Istana” . Tidak dapat dipungkiri naiknya SN menjadi ketua umum sedikit banyak ada campur tangan dari seorang Luhut. Tentunya bukan suatu kebetulan juga kalau seorang Luhut sampai harus menginap di lokasi Munaslub untuk menjaga jagoannya menang. Dan kita tau bahwa sampai sekarang Luhut adalah salah satu orang kepercayaan dari Presiden langsung. Kalau ditarik benang merahnya tentunya banyak kepentingan yang dapat diambil akan manuver ini. dan pemenangan Pilkada DKI Jakarta 2017 pasti ada di dalamnya.
Mari kita tunggu bersama langkah partai Golkar kedepan bersama SN. Apakah dapat mengembalikan kejayaan Partai Golkar atau bahkan bisa semakin terpuruk. Untuk Ahok mungkin saat ini dia bisa sedikit tersenyum dengan terpilihnya SN. Walaupun belum pasti mendukungnya di Pilkada minimal hubungan Ahok dan SN tidak mempunyai konflik yang berarti.
Ini politik, semua hal bisa terjadi di politik.
Salam.