Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Parodi Sepak Bola Indonesia

6 Mei 2015   11:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:19 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sepakbola Indonesia memasuki masa “gelap” kembali, Setelah sedikit tumbuh harapan beberapa tahun lalu dengan runtuhnya Rezim Nurdin Halid, ternyata sepakbola Indonesia tidak berubah lebih baik dan malah semakin aneh, kacau kalau tidak mau dibilang hanya sebuah pertunjukan parodi. Mengapa disebut parodi? Ya karena meminjam istilahnya parodi adalah suatu bentuk lain dari  kenyataan yang ideal, tetapi perlu digaris bawahi bentu lain ini bersifat memplesetkan, sekedar lucu - lucuan atau bahasa kasarnya mengolok2 bentuk asal yang  ideal.

Sepakbola yang ideal tentunya semua sudah mengetahui dan sepakat : Kompetisi yang sehat dengan anggota klub yang sehat, pembinaan usia muda yang terukur dan berjenjang, pada akhirnya terbentuk Tim Nasional kuat yang mampu berbicara tingkat dunia. Ketiga hal itulah mungkin urat nadi dan tujuan berdirinya suatu federasi sepakbola di suatu Negara. Tetapi bagaimana akan tercipta kalau federasinya sendiri membawa kepentingan yang bukan kepentingan sepakbola. Sehingga apa yang dihasilkan selama ini hanya sebuah parodi, bisa ditonton, bisa dinikmati, bisa dikomentari, tetapi hanya sebatas hiburan tanpa makna, bukan esensi dari sepakbola itu sendiri.

Runtuhnya Rezim Nurdin Halid ditandai juga dengan munculnya dualisme kompetisi, di level klub juga muncul dualisme kepengurusan, yang lebih parah di level Tim Nasional juga muncul dualisme Tim Nasional.  Ada yang menamakan diri PSSI ada juga yang menamakan diri KPSI. Pada saat itu yang diakui oleh FIFA adalah PSSI, nah KPSI dengan berbagai manuver mencoba membuat tandingan, bahkan tim Nasional bentukan mereka bertanding dengan klub amatiran. Yang menjadi keprihatianan sekarang adalah orang – orang yang dulu berdiri dibelakang KPSI yang notabene adalah para “pemain” kekuatan lama. Sekarang kembali lagi bahakan menjadi ketua umum PSSI yang sah, apakah bukan suatu hal yang aneh? Lucu dan menggelitik? Buat apa susah2 reformasi di tubuh PSSI? Buat apa susah susah melengserkan NUrdin Halid. Kalau hasilnya sekarang seperti ini lagi? Dia lagi dia lagi.

Melihat Kiprah Tim Nasional lebih memprihatinkan lagi, dari semua even yang diikuti tidak ada satupun yang menorehkan catatan impresif. Level Tim Senior dikalahkan 4-0 dengan Filipina? Tim Nasional U -23? Dibantai Thailand 6-0? Kualifikasi PIala Asia U -23 juga kalah dipermalukan 4-0 oleh korea selatan di kandang sendiri. Apa yang perlu disorot? Parodi apa yang dimainkan PSSI? Salah satunya tentu pemilihan pelatih adalah salah satunya? pelatih yang tidak berprestasi selalu diapakai? Apa urgensinya memakai jasa Alfreid Riedl ? Pada masanya mungkin Indonesia bisa berbicara banyak? Tetapi PSSI seolah2 hidup di dunia nostalgia.  Mengapa tidak berikan kesempatan kepada pelatih Indra Safiee yang notabene telah membentuk karakter U-19? Begitu juga mempertahankan AJi Santoso? Dengan sederet prestasi kegagalan yang telah dia peroleh mengapa PSSI seolah2 terus mempertahankan dia, tidak adakah pelatih lain di negeri ini? Kalau bukan untuk lucu2an, apa namanya? Bahkan malah diberi kepercayaan lagi memimpin U 23 untuk sea games?

Itu dua contoh parodi sepakbola Indonesia, masih banyak keanehan yang dibuat PSSI ; seleksi tim yang akan berlaga di ISL tim yang seharusnya mempunyai prestasi dan financial bagus ternyata tidak lolos verifikasi, masalah pengaturan skor (sepakbola gajah), mafia judi, masalah gaji pemain, pajak, dan lain sebagainya, Kadang tidak habis pikir kira-kira apa yang ada dibenak para pengurus dan mereka yang dengan bangganya menepuk dada, “kami adalah orang yang akan menyelamatkan sepakbola Indonesia”.

Paling baru adalah penghentian kompetisi oleh PSSI, sebuah parodi lagi akan dipertontonkan, Jujur penulis tidak penuli Indonesia mau di sanksi FIFA, AFC atau badan dunia lainnya, toh sebenarnya apa yang telah mereka buat atau bantu kepada Indonesia juga tidak jelas. Mau bukti? 20 tahun kompetisi kita yang begitu2 aja, supervisi yang mereka berikan juga tidak nampak hasilnya? Nol Besar, malah secara organisasi PSSI menjadi karut marut. Permasalahnya sangat sederhana sebenarnya kalo ego masih2 tidak dikedepankan. Kemenpora dan PSSI duduk satu meja untuk membahas ini, Kalau ada itikad baik, apa masalah yang tidak dapat dipecahkan? Apalagi hanya terkait 2 klub sepakbola Arema dan Persebaya? Cuma gara2 2 klub itu ribuan bahkan ratusan ribu pencinta sepakbola tidak bisa menikmati pertandingan sepakbola. Berapa banyak pihak akan dirugikan? Atau apakah ini cara dari PSSI untuk berlindung dari kesalahan. Dengan berdalih force majeure maka mau mengadu domba pemerintah dengan klub? Kami rasa bukan begitu caranya kalau mereka benar cinta kepada sepakbola Indonesia.

PSSI janganlah buat parodi lagi, sebab parodi yang kalian buat sama sekali tidak lucu, bahkan cenderung sudah memuakkan. Kami butuh perubahan, bukan perubahan diatas kertas, perubahan di tajamnya bibir, bukan juga perubahan diatas janji.  Kemenpora bertindaklah yang bijaksana, Kalau memang Hukum dan aturan harus ditegakkan demi kebaikan semua yang laksanakan dengan sepenuh hati.

Kami penikmat dan pecinta sepakbola menunggu langkah kalian bukan pertunjukan parodi lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun