Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Kompetisi Sepakbola Indonesia dan Teori Ekonomi

4 Maret 2015   06:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:12 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14254037991345424354

[caption id="attachment_400748" align="aligncenter" width="624" caption="Gelandang Persib Bandung, Firman Utina, bersama rekan-rekannya./Kompasiana(kompas.com)"][/caption]

“Dengan modal seminimal mungkin meraih untung semaksimal mungkin” itulah hukum dasar dalam teori ekonomi. Bahkan pada era jaman sekarang berbagai cara dilakukan sehingga modal yang dikeluarkan nyaris nol, bahkan bila perlu modal dipinjam dari pihak lain  ( mencari utangan).  Dengan harapan setelah mendapat keuntungan modal dapat dikembalikan. Hal itulah yang telah kita pelajari bersama baik dibangku sekolah maupun telah kita praktekkan dalam kehidupan sehari –hari mengenai hukum klasik ekonomi tersebut

Lantas apa kaitannya teori tersebut dengan kompetisi sepakbola nasional kita? Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa kompetisi ISL 2015 – 2016 untuk sementara belum mendapatkan ijin rekomendasi dari pihak terkait dalam hal ini BOPI, MENPORA, dan KEPOLISIAN. Aspek yang paling menonjol adalah belum tuntasnya masalah kewajiban pajak para pemain bahkan klub untuk membayar pajak.

Menilik permasalahan ini sebenarnya banyak hal yang dapat kita kritisi terhadap penyelengara liga yaitu PT Liga Indonesia dan secara umum PSSI sebagai induk organisasi yang menaunginya. PSSI berusaha mempraktekkan hukum ekonomi diatas dalammenjalankan roda kompetisi di Indonesia tanpa perencanaan yang matang. Dengan sumber daya seminimal mungkin dapat menjalanan kompetisi yang besar serta mendapatkan keuntungan yang besar. PSSI lupa seminimal-minimalnya modal beberapa aspek adalah mutlak dan wajib dipenuhi untuk menjalankan roda kompetisi,. Aspek / modal utama yang paling minimal dalam menjalankan roda kompetisi menurut penulis ada 3 hal.

1.Ketersedian Home Base ( Stadion )

Hal ini mutlak dipenuhi oleh sebuah tim, bagaimana dia mau berlatih, mau mendatangkan supporter, mau menikmati atmosfer pertandingan, apabila tidak tersedia tempat atau home base yang permanen. Sekarang banyak klub klub isl karena berbagai alasan pindah tempat dari asalnya atau tidak mempunyai stadion sendiri sehingga pindah-pindah. Tentunya hal ini bukan kondisi ideal bagi sebuah tim professional. PSSI harus tegas pada saat verifikasi bahwa klub harus memiliki stadion yang layak sesuai standar yang berlaku atau menunjukkan bukti telah menyewa stadion selama 1 tahun roda kompetisi.

2.Kemampuan financial sendiri

Masalah financial adalah masalah krusial yang harus diselesaikan oleh klub, apalagi kalau ada klub yang masih menunggak pembayaran pemaian musim lalu. Bagaimana pemain dapat bermain dengan tenang? Memberikan tenaga dak pikirin ke lapangan, kalau urusan dapur dirumah belum beres? Hal ini juga menyangkut kesejahteraan pemain, serta jaminan kesehatan apabila cedera. Sekali lagi PSSI jangan tutup mata. Tidak boleh ada klub yang menelantarkan pemainnya. Cek masalah gaji. Minta slip gaji. Bila perlu cek rekening pemain juga kontrak-kontraknya. Blacklist klub yang masih mempunyai masalah tunggakan gaji. Apalagi klub yang masih menunggak gaji tapi malah mengontrak pemain asing. Sangat tidak layak ikut kompetisi. Seperti pepatah “gali lubang.. tutup lubang”.

3.Terpenuhi kewajiban sebagai warga Negara ( membayar pajak)

Hal ini seharusnya dipahami bahwa setiap warga Negara atau orang yang bekerja di Indonesia harus tunduk kepada hukum dan peraturan di Indonesia. Salah satunya adalah membayar pajak. Miris mendengar bahwa ada pemain bahkan klub, jangankan membayar pajak, NPWP saja tidak punya. Sekali lagi PSSI sebagai regulator harus memperhatikan soal ini. Kalau masalahnya karena ketidak tahuan atau kekurangmengertinya para pemain akan proses membayar pajak, tentunya pssi bisa menggandeng dirjen pajak untuk bekerja sama. Minimal ada itikad baik dari PSSI dan anggotanya untuk membayar pajak. Jangan sampai uang yang berputar di kompetisi Indonesia adalah hasil dari kejahatan“money laundering”.

Ketiga hal tersebut diatas adalah modal dasar utama untuk menjalankan kompetisi. Apabila tiga dasar itu masih juga akan dikurangi maka niscaya bukan keuntungan yang akan diraih tapi adalah kerugian yang lebih besar akan didapat. PSSI sampai sekarangpun  belum dapat meletakkan dasar yang kuat untuk roda kompetisi kita. Hampir 20 tahun gaung kompetisi profisional dikumandangkan tapi sampai sekarang belum ada buktinya. Kompetisi karut marut tidak jelas. Dari format kompetisi, jumlah peserta, jadwal kompetisi, penentuan juara, sampai kepada hal seperti pemilihan pemain terbaik, semua belum konsisten. Hal ini sedikit banyak dipengaruhi oleh 3 hal dasar diatas yang tidak terpenuhi.

Hal ini tak lepas dari kultur budaya di dalam PSSI yang masih berusaha menjalakan teori ekonomi tanpa memperhitungkan resiko kedepan, hanya berfikir sampai 1 kompetisi, kompetisi tahun yang akan dating kita pikirkan tahun depan saja.yang penting ini jalan dulu, begitulah kira2 jalan pikiran mereka. Memang kelihatan “wah”, “megah”, “hebat” kompetisi di Indonesia tapi sebenarnya itu adalah semu. Banyak sudah terbukti suatu klub tiba2 menjadi juara tahun ini, atau terkenal karena banyak pemain timnas dan mengontrak pemian asing yang mahal harganya, tetapi tahun berikutnya dilanda krisis keuangan, setelah diseldiki. Tenyata para pemainnya belum digaji. Biaya sewa stadion belum dibayar, dan lain sebagainya. Jangan sampai hal ini terus terjadi. Teori ekonomi diatas tidak salah, tetapi jangan juga hal dasar dikorbankan untung meraih keuntungan sekejab. Maju terus sepakbola Indonesia !!

Presiden kapan turun tangan memperbaiki PSSI? …..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun