Tidak perlu waktu lama bagi Tiongkok untuk mengetahui kedatangan Tong, walaupun merintis dari nol lagi kehidupan, akhirnya Tong dipanggil untuk menangani pemain -- pemain muda Tiongkok. Dan hasilnya seperti yang kita lihat sekarang. Tidak perlu jauh -- jauh dan siapa saja yang berhasil dia didik. Cukup sebut satu nama yakni Lin Dan, maka semua orang pasti akan tau.
Ya, Lin Dan adalah anak didik langsung Tong sejak dia muda, dibawah dididikanya Lin Dan yang nyaris putus asa, diubahnya menjadi salah satu pemain terbaik tunggal putra yang pernah ada. Dua medali emas olimpiade kiranya cukup menggambarkan bagaimana kehebatan seorang Lin Dan. Sampai saat ini pun Lin Dan yang sudah cukup veteran masih menjadi momok menakutkan bagi para pemain -- pemain dunia. Nama Lin Dan menjadi jaminan bahwa pertandingan yang disuguhkan pasti berkelas.
Lin Dan sendiri mengakui bahwa, pengaruh didikan Tong sangat membekas pada dirinya. Tong bukan hanya melatih dalam hal teknik bulutangkis saja, namun Tong juga banyak memberikan pelajaran tentang hidup itu sendiri. Lin Dan sangat menghormati seorang Tong, bahkan hampir disetiap gelar bergengsi yang diraihnya Lin Dan secara khusus memberikan penghormatan gelar tersebut untuk pelatihnya, yang sering disebutnya "kakek".
Saat ini mungkin Tong, memang sudah tidak seaktif dulu lagi saat mendampingi Lin Dan kemana -- mana, namun hal yang perlu dicatat adalah bahwa Indonesia sebagai negara besar, pernah menyia-nyiakan bakat seorang anak negeri, yang pada akhirnya harus pergi karena alasan yang mungkin tidak masuk akal.
Kalau memang mau memulangkan para pelatih yang di luar negeri. Harusnya nama Tong Sin Fu lah yang berada paling depan diminta pulang disertai permintaan resmi dari pemertintah Indonesaia. Apakah kita khususnya pemerintah mau minta maaf kepadanya atas segala hal yang pernah diperbuat?. Â Dan juga apakah para pelatih yang saat ini melatih diluar bersedia dengan sukarela kembali ke tanah air? Dan jufa dapat segera kembali? , karena mereka juga punya kontrak yang harus di hormati.
Kembali ke masalah pergantian pelatih pelatnas, sebaiknya biarkan saja pelatih yang ada saat ini. Jangan terlalu latah sebentar gagal langsung ganti pelatih. Pastinya para pengurus PBSI tidak akan tinggal diam, mereka pastinya mengevaluasi setiap kegiatan baik hasilnya positif maupun negatif. Belum tentu juga setiap pelatih bisa cocok dengan para pemainnya. Anthony Ginting, Jonatan Cristie, Ihsan, Firman mungkin saat ini belum bisa mencapai prestasi tertinggi. Namun kita harus ingat saat ini mereka baru umur berapa. Dan bagaimana para pelatihnya membimbing mereka dari sangat muda.
Dan satu hal yang harus diingat, sehebat apapun pelatih, sejenius apapun metodenya saat berlatih, hasil pertandingan tetap ditentukan saat di atas lapangan. Dan kalau sudah berbicara diatas lapangan banyak faktor yang mempengaruhi, dan yang paling besar yakni dalam diri pemain itu sendiri. Ibarat dalam sepakbola sehebat -- hebatnya seorang Mourinho dalam melatih dan memberi motivasi, pertanyaannya sudah berapa kali dia dipecat dan pindah klub?
Para pelatih di Pelatnas Cipayung juga bukan orang baru di bulutangkis, khususnya Susy Susanti yang notabene sebelumnya sudah nyaman hidupnya dengan berbisnis alat bulutangkis, mau menerima tantangan dan resiko yang besar menjadi pelatih kepala, tentunya mempunyai pertimbangan, perhitungan serta keinginan yang kuat untuk memajukan bulutangkis Indonesia.
Hasil Piala Thomas dan Uber sebenarnya sudah maksimal melihat skuad yang dimiliki Indonesia, bahkan di beberapa nomor sempat membuat kejutan dengan mengalahkan pemain yang lebih tinggi peringkatnya. Kedepannya sudah di depan mata Asian Games dan Kejuaraan Dunia, semoga Tim Indonesia bisa berbicara banyak kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H