Dunia perfilman Indonesia untuk saat ini boleh dibilang cukup berkembang baik dari segi kuantitas dan juga kualitas, insan -- insan seniman Indonesia telah bisa memunculkan karya -- karya yang tidak hanya diakui di dalam negeri dan luar negeri. Jenis gendre film Indonesia pun semakin beragam, mulai dari horror, komedi, sejarah bahkan tema remaja. Walupun belum bisa menyamai Industri film India dengan Bolywoodnya atau di Tiongkok namun khusus untuk kawasan Asia Tenggara film produksi Indonesia bolehlah dianggap masih yang terdepan.
Persoalan ke depannya adalah, setelah saat ini film Indonesia telah mempunyai "fondasi" yang cukup baik, bagaimana kedepannya? Seharusnyalah semakin dapat dibuat film-film anak negeri yang tidak saja banyak secara kuantitas tetapi juga secara kualitas dapat menjadi inspirasi bagi orang yang menontonnya. Film -- film yang bisa mengggugah rasa nasionalisme, film yang mampu membangkitkan ide -ide cemerlang maupun film -- film yang bisa memotivasi siapapun yang menontonnya agar mendapatkan "sesuatu".
Bicara nonton film tentunya tidak lepas tempat untuk menonton film itu sendiri, dalam hal ini gedung bioskop. Karena secara legal dan sesuai hukum yang ada di negeri ini, sejauh ini untuk menikmati film yang baru keluar maka penonton harus menonton di bioskop dan harus membaar harga tiket. Dan disilah mulai terdapat masalah. Masalah ini mungkin adalah satu faktor yang harus diselesaikan pihak yang menangani perfilman nasional. Hal ini terkait biaya yang harus dikeluarkan untuk menonton film di bioskop.
Kita tentunya setuju serta mendorong bahwa setiap karya harus dihargai, pembajakan atas dalih apapun tetap tidak boleh dilakukan. Tetapi untuk sampai kesana mari kita lihat fakta dilapangan. Jaringan bioskop di Indonesia sampai saat ini masih dikuasi segelintir orang. Bioskop pun masih berdiri sebagian besar di ibukota Provinsi ( khususnya di luar Jawa, Sumatra, dan Bali). Dan kembali lagi yang menjadi kendala adalah masalah harga tiket.
Coba bayangkan begini ada sebuah film bagus, produksi anak negeri, anggap saja film tentang sejarah kerajaan di Indonesia. Sangat baik apabila ditonton generasi muda dari SMP sampai mereka yang duduk di kuliah. Namun karena terkendala harga tiket yang nyaris 35rb-40rb pada hari biasa, dan menjadi 50rb-60rb pada akhir minggu tentunya bagi mereka yang kantong pas -- pasan terutama mahasiswa yang harus kost, belum lagi makanan di bioskop yang kadang tidak masuk akal harganaya. Bisa bisa untuk satu orang habis 100 rb paling minim. Pastilah berat untuk mengelurkan dana yang segitu untuk menonton resmi hanya 1-2 jam.
Padahal diluar sana banyak pilihan nonton, dvd bajakan, download via internet.Belum lagi kalau pada saat film Indonesia itu muncul, di bioskop juga muncul film Holywood bertema superhero yang gaungnya udah seantero dunia. Mau tidak mau penonton muda ini yang punya uang pas -pasan akan memilih menonton film superhero tersebut daripada menonton film Indonesia.
Sebagai usulan harusnya pengelola bioskop, pemerintah sebagai regulator, samai kalangan seniman baiknya duduk bersama, dalam arti prinsip prinsip ekonomi jelas harus dilindungi, karena ada "harga" yang harus dibayar agar sebuah film dapat dinikmati. Dari sejak produksi sampai penayanganya. Namun kepentingan masyarakat yang mengingkan  menonton film dengan harga wajar dan terjangkau juga harus diakomodir. Maksudnya adalah pemerintah jangan bebas lepas tangan mengikuti mekanisme pasar.
Untuk film -- film Indonesia terlebih film -- film yang dinilai baik untuk di tonton generasi muda, seharunya ada semacam "subsidi" yang bisa meringankan masyarakat untuk menonton film tersebut di bioskop. Subsidi ini bisa menjadi semacam stimulus bagi generasi muda untuk semakin mencintai film -film Indonesia. Misalnya dengan harga yang lebih murah setengahnya dari harga normal, tentunya membuat mereka punya keinginan menonton. Apalagi kalau film tersebut memang reviewnya bagus.
Mengurangi harga tiket memang bukan satu -- satunya jalan untuk supaya film Indonesia lebih dicintai oleh generasi muda Indonesia, tetapi setidaknya ada peran negara dalam melihat kebutuhan masyarakat akan hiburan berkualitas. Bisa jadi dengan murahnya harga bioskop kasus pembajakan khsuusnya film Indonesia semakin dapat dikurangi. Semoga.
Maju terus perfilman nasional.
Â