Mohon tunggu...
H Juliand Sadewo Manurung
H Juliand Sadewo Manurung Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

MAHASISWA BAHASA DAN SASTRA ARAB

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keterlibatan Masyarakat dan Mahasiswa dalam Aksi 212 di Jakarta

5 Juli 2023   13:04 Diperbarui: 5 Juli 2023   13:08 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

        Aksi bela Islam 212 di Jakarta dapat dikatakan sebagai gerakan sosial terbesar di abad milineal. Aksi bela Islam 212 sendiri dipicu oleh pernyataan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok terkait surat Al -- Maidah 51[1]. Ahok yang seorang non-muslim dinilai tidak memiliki legitimasi untuk menterjemaahkan isi Al -- Qur'an. Kasus ini bermula pada tanggal 27 September 2016, Basuki Tjahaja Purnama diduga menghina Al Qur'an yaitu surah Al Maidah [5]: 51 saat kunjungan kerjanya ke Pulau Pramuka yang berlokasi di Kepulauan Seribu. Aksi ini dikatakan terbesar karena jumlah massa yang mengikuti aksi bela islam tersebut diperkirakan mencapai jutaan, berdasarkan dari berbagai sumber media yang di dapat jumlah masyarakat dari berbagai kalangan

Aksi ini dikatakan terbesar karena jumlah massa yang mengikuti aksi bela islam tersebut diperkirakan mencapai jutaan, berdasarkan dari berbagai sumber media yang di dapat jumlah masyarakat dari berbagai kalangan.Berdasarkan data yang di dapat dari berbagai media online. Jumlah peserta aksi 212 mencapai berkisar sekitar 7,5 juta orang, dan sebanyak 22.000 personil polisi dikerahkan dalam mengawasi aksi ini. Dimana ribuan massa datang dari berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Massa yang datang berkumpul di satu titik yang sama yaitu di halaman Monumen Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan "Keterlibatan Mahasiswa dalam Aksi Bela Islam 212". Permasalahan yang akan peneliti kaji adalah alasan yang mendorong mahasiswa terlibat dalam gerakan aksi 212. Keterlibatan mahasiswa ini jika dilihat jarak antara Padang dengan Jakarta tidak dekat, mereka pergi dengan resiko cukup besar tidak ada yang bertanggung jawab atas keselamatan mereka, ada kemungkinan hal -- hal yang tidak diinginkan terjadi. Untuk sampai ke Jakarta harus berkorban tidak hanya secara fisik maupun materi dan meninggalkan segala aktivitas perkuliahan. Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi pertanyaan pada penelitian ini adalah: Apakah alasan mahasiswa terlibat dalam aksi bela Islam 212. Penelitian ini dianalisis dengan teori framing dalam study gerakan sosial oleh Snow dan Benford dianggap relevan dalam mengkaji alasan yang mendorong mahasiswa terlibat dalam aksi bela Islam 212. Asumsi dasar dari Teori framing atau proses penciptaan frame adalah untuk menjelaskan gerakan sosial atau aksi kolektif. Mereka berpendapat bahwa dalam gerakan sosial terjadi framing, atau lebih tepat gerakan sosial merupakan hasil suatu framing dan menghasilkan frame tertentu. Dalam gerakan sosial, frame diciptakan untuk memahami peristiwa dengan cara menyederhanakan dan menyarikan apa yang terjadi dan penyederhanaan ini bertujuan untuk memobilisasi pengangum dan pengikut, menuai dukungan dari penonton. Penelitian ini akan membahas hasil temuan dengan menggunakan salah satu peran utama yaitu motivational framing (menyediakan alasan untuk terlibat dalam gerakan bersama untuk memperbaiki situasi). Menurut Snow dan Benford adanya motivational framing dimana mahasiswa menyediakan alasan mereka untuk ikut terlibat dalam aksi bela Islam 212. 

     

         Terkait besarnya partisipasi masyarakat dari berbagai dalam gerakan aksi bela Islam 212 menjangkau partisipan masyarakat yang luas. Melampaui batas DKI Jakarta sebagai fokus tempat dari diadakannya gerakan aksi bela Islam. Melihat jarak antara Padang dengan Jakarta tidak dekat, mereka pergi dengan resiko cukup besar tidak ada yang bertanggung jawab atas keselamatan mereka, ada kemungkinan hal -- hal yang tidak diinginkan terjadi. Untuk sampai ke Jakarta harus berkorban tidak hanya secara fisik maupun materi dan  meninggalkan segala aktivitas perkuliahan. Termasuk mahasiswa Universitas Negeri Padang menarik untuk melihat alasan yang mendorong mahasiswa ikut dalam gerakan aksi 212. Adapun yang menjadi alasan mahasiswa terlibat dalam aksi bela Islam 212 adalah : Pertama bela Al -- Qur'an mereka memahami bahwasannya Al -- Qur'an merupakan suatu yang sakral karena isi yang terkandung dalam Al -- Qur'an merupakan suatu firman Allah yang harus di junjung tinggi karena dijadikan sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan. keberadaan ulama sangat penting sebagai seorang penerus dakwah Islam dan pondasi Islam di Indonesia.

Ketiga, terkait kepemimpinan non muslim bahwa mereka tidak setuju dengan adanya pemimpin non muslim karena didasari beberapa alasan. Dalam Al -- Qur'an telah di jelaskan bahwasannya umat Islam di pimpin oleh pemimpin yang sama keyakinan, dimana Indonesia merupakan salah satu negara masyarakatnya mayoritas beragama Islam alangkah baiknya jika di pimpin oleh pemimpin Islam pula. Selain itu adanya larangan bagi umat Islam melakukan serangkaian kegiatan terkait keagamaan. Tidak adanya toleransi yang dirasakan sehingga menambah ketidak setujuan untuk membiarkan pemimpin non-muslim dalam memimpin di negara Islam.

Keempat, diskriminasi hukum mereka memahami keberpihakan hukum di negara ini tidak adil. Hukum di negara ini memandang atau menyangkut dengan status, kekuasaan serta kekayaan yang dimiliki seseorang. Sehingga hal tersebut menyebabkan masih ada ketimpangan yang terjadi. Dalam beberapa kasus, diantaranya kasus penistaan agama oleh Ahok. 

Dalam teori gerakan sosial menawarkan framing atau proses penciptaan frame untuk menjelaskan gerakan sosial atau aksi kolektif. Mereka berpendapat bahwa dalam gerakan sosial terjadi framing, atau lebih tepat gerakan sosial merupakan hasil suatu framing dan menghasilkan frame tertentu. Dalam gerakan sosial, frame diciptakan untuk memahami peristiwa dengan cara menyederhanakan, menyarikan apa yang terjadi dan penyederhanaan ini bertujuan untuk memobilisasi pengangum dan pengikut, menuai dukungan dari penonton. Pada teori framing dalam study gerakan sosial bahwasannya ada tiga peran utama framing yaitu diagnostic framing (berperan mengidentifikasi masalah dan penyebab masalah tersebut) ,prognostic framing ( menawarkan kemungkinan solusi atas masalah atau rencana untuk menghadapi masalah.), dan motivational framing (menyediakan alasan untuk terlibat dalam gerakan bersama untuk memperbaiki situasi).

Dengan adanya frame Aksi bela Islam 212 ini peneliti menemukan framing lain yang didapat yang menjadi alasan keterlibatan mahasiswa UNP ikut terlibat dalam aksi bela Islam di Jakarta. Ke empat framing yang muncul menjadi frame aksi bela Islam 212 yang di bagi dua yaitu dilihat dari sisi keyakinan dan supermasi hukum diantaranya : a) Bela Al -- Qur'an dimana adanya pemahaman yang tercipta dalam diri mereka bahwa Al --Qur'an merupakan bagian terpenting dalam agama Islam yakni sebagai pedoman kehidupan yang berisikan aturan -- aturan tentang kehidupan. Al -- Qur'an sangat dijaga keberadaannya karena merupakan (kalam) firman yang diturunkan lansung oleh Allah ke pada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat jibril. Dimana menurut pemahaman mereka sesuai dengan pemikiran Emile Durkheim terkait konsep agama adanya sesuatu yang profan(sesuatu yang di anggap biasa saja) dan sakral( sesuatu yang dianggap penting, di agungkan dan di junjung tinggi). b). Bela ulama mereka memahami bahwa Al -- Qur'an dan Ulama merupakan suatu simbolik dari Islam yang saling memiliki keterkaitan ketika Ahok menistakan Al -- Qur'an secara tidak lansung Ahok mencela ulama. Menurut mereka ulama harus dijaga untuk NKRI maksudnya disini karena Indonesia merupakan negara mayoritas Islam untuk itu keberadaan ulama sangat penting sebagai seorang penerus dakwah Islam dan pondasi Islam di Indonesia.

c). Terkait kepemimpinan non muslim Melihat bagaimana pemahaman mereka tentang kepemimpin yang bukan muslim. Membawa mereka terlibat dalam gerakan aksi bela Islam di

Jakarta. Mereka yang terlibat memahami negara yang mayoritas Islam. Sehingga pada aksi bela Islam terkait penistaan Ahok, mereka menginginkan bahwa sebaiknya di negara atau suatu daerah yang penduduknya mayoritas Islam ini di pimpin oleh pemimpin Islam juga. d. Diskriminasi hukum keterlibatan mereka dalam aksi bela Islam untuk menegakan hukum yang lebih adil di negara ini. Agar tidak ada ada keterpihakkan hukum dan negara terhadap orang tertentu, tetapi adil untuk seluruh rakyat Indonesia. Selain itu dalam kasus ini dengan adanya gerakan aksi bela Islam untuk segera mempenjarakan dan meproses hukum dengan cepat. Dengan adanya gerakan aksi dengan jumlah massa yang besar untuk melakukan penekanan dan pengkawalan sehingga cepat di penjarakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun