Maraknya pemberitaan tentang seorang professor dari suatu universitas ternama di Bandung yang dituduh melakukan 'kejahatan' akademik karena menjiplak karya tulis orang lain patut disesalkan. Seorang intelektual muda yang sudah membangun reputasi akademik harus mengubur dalam-dalam perkembangan karirnya hanya karena persoalan 'sepele'. Plagiarisme adalah persoalan serius tapi bersikap hati-hati agar tidak dituduh sebagai plagiator adalah persoalan sepele. Mengapa sepele? Sebagai seorang pengajar dalam suatu bidang tertentu biasanya seseorang akan memiliki jaringan dengan kolega di berbagai perguruan tinggi lain baik dalam maupun luar negri. Melalui jaringan ini dapat diketahui sub-spesialisasi kolega lain. Ambil contoh dalam bidang Hubungan Internasional (HI) ada peminat studi asia tenggara, amerika latin, china dll. Dari jaringan yang khusus ini pula bisa melihat portofolio akademik kolega-kolega lain. Penulis dapat memanfaatkan jaringan ini untuk menelusuri apakah artikel yang akan ditulis pernah dipublikasikan oleh kolega lain. Kesamaan topik pada artikel yang akan ditulis sangat mungkin terjadi tetapi kesamaan isi, sudut pandang sangat jarang terjadi. Selain melalui kolega, berlangganan jurnal ilmiah dalam bidang tertentu juga memungkinkan anggotanya untuk melihat artikel yang pernah dipublikasikan. Di jaman internet sekarang ini, adanya mesin pelacak seperti google search lebih mempermudah penelusuran. Dengan mengetik hanya kata kunci "middle power" saya menemukan artikel serupa yang pernah dipublikasi http://www.eastasiaforum.org/2009/05/07/the-emergence-of-middle-power-asia/ oleh Tobias Harris, 7 Mei 2009. http://m.thejakartapost.com/news/2009/11/12/ri-a-new-middle-power.html-0 oleh Carl Ungerer di Australian Journal of Politics and History, Desember 2007, yang dianggap sebagai sumber jiplakan sang profesor. Tanpa bermaksud menambah berat beban yang sedang dihadapi sang profesor, saya bertanya dalam hari "kenapa beliau tidak tanya pada Pak Google??
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H