Mohon tunggu...
Mohammad Nurul Hajar
Mohammad Nurul Hajar Mohon Tunggu... Administrasi - Untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan

Membantu Guru Bekerja Lebih Baik dalam Pekerjaannya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Naik Pesawat Susi

31 Januari 2024   10:07 Diperbarui: 2 Februari 2024   18:29 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandar Udara Trunojoyo Sumenep. (Dokumentasi pribadi)

Naik pesawat kecil dengan rute perjalanan pendek ada kelebihaannya. Kelebihannya antaraa lain pesawat terbang rendah. Oleh karena itu, selama perbangan kita bisa menikmati alam dan laut dari atas. Hamparan permukaan laut yang memiliki warna bermacam macam masih terlihat dengan jelas dari pesawat. Perbedaan warna itu menunjukkan perbedaan kedalaman air laut dan perbedaan dasar laut. Beberapa pulau yang dilalui dapat juga kita lihat dari atas pesawat dengan baik. Tetapi ada tidak enaknya. Naik pesawat ukuran kecil bising. Suara baling baling pesawat bikin telinga sakit.

"Pak, bangun. Pesawat hampir mendarat," saya membangunkan Pak Suhai. Saya goyang goyang lengannya.

Pesawat mendarat dengan baik. Hampir tidak terasa benturan roda pesawat dengan landasan pacu pesawat. Nyaman dan aman yang saya rasakan. Berbeda dari pengalaman waktu naik pesawat kecil dengan kapastas 30 penumpang saat penerbagan ke Yogjakarta. Sejak awal penerbangan sudah ada rasa waswas. Khawatir pesawat pecah. Waktu itu saya baru pertama kali naik pesawat kecil. Sebab kalau naik pesawat besar, saya belum pernah mendengar deritan badan pesawat yang seolah olah ada bagian pesawat lepas murnya. Bahkan saya sempat trauma naik pesawat ukuran kecil, karena waktu itu, ketika pesawat mendarat rasanya ada bunyi dentuman akibat benturan roda pesawat dengan landasan pacu.

Itu dulu.

Setibanya di Pagerungan Besar, kami tidak langsung melanjutkan perjalanan. Karena perahu yang akan membawa kami masih dalam perjalan dari Sakala menuju Pagerungan Besar. Sehingga kami diistirahatkan di rumah singgah di dekat bandara.

"Saya baru kali ini naik pesawat, Pak. Saya tadi sempat membayangkan bagaimana kalau pesawat yang kita tumpangi jatuh. Tentu kita bakalan habis, tinggal nama," kata Pak Suhairi sambil rebahan di kasur membuka pembicaraan di rumah singgah.

Saya heran dan berpikir, tadi di pesawat kok bisa tidur. Kecemasan di raut muka Pak Suhairi sempat saya lihat. Tetapi sepintas sudah biasa naik pesawat. Apa Pak Suhairi minum obat antimo, obat anti mabuk yang bisa menyebabkan ngantuk dan tidur. Entahlah.

Ada perasaan bersalah, saya mengajak Pak Suhairi naik pesawat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun