Mohon tunggu...
Gymnastiar Rahman
Gymnastiar Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Bahasa dan Sastra Indonesia 2020

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Tuhan? Orang Arab?

16 Maret 2022   11:05 Diperbarui: 16 Maret 2022   11:42 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi (Sumber gambar: pixabay.com)

KSAD Jenderal Dudung Abdurachman dilaporkan terkait pernyataan "Tuhan kita bukan orang Arab" oleh Koalisi Ulama, Habaib, dan Pengacara Anti Penodaan Agama (KUHAP APA) pada Jumat, 28 Januari 2022. Laporan yang dilaporkan Koalisi Ulama tersebut adalah terkait dugaan tindak pidana penodaan agama dan penyiaran berita bohong yang dengan sengaja menimbulkan keonaran di kalangan rakyat. Laporan tersebut ada seiring dengan pernyataan Jenderal Dudung Abdurachman dalam video di kanal Youtube milik Deddy Corbuzier yang diunggah pada 30 November 2021. KUHAP APA melaporkan laporan tersebut ke Pusat Polisi Militer TNI AD.

"Kalau saya berdoa setelah sholat, doa saya simpel aja, ya Tuhan pakai bahasa Indonesia saja, karena Tuhan kita bukan orang Arab," kata Jenderal Dudung saat menjadi bintang tamu dalam podcast Deddy Corbuzier. Pernyataan tersebut yang dianggap oleh KUHAP APA telah melanggar hukum dan penodaan agama.

Melalui fenomena tersebut, perlu ditinjau lebih lanjut mengenai maksud sesungguhnya dari penutur yaitu Jenderal Dudung Abdurachman terkait pernyataannya. Untuk mengetahuinya diperlukan teori kebahasaan tentang makna dan tanda yang ada dalam semantik dan juga teori mengenai tindak tutur atau maksud dari tuturan dari penuturnya yang ada pada ilmu pragmatik. Selain membahas tentang studi makna kontekstual dan maksud penutur, pragmatik juga membahas tentang tuturan lanjutan atau pengaruh dari suatu tuturan seperti praanggapan atau presuposisi.

Praanggapan sendiri merupakan padanan kata dari bahasa Inggris yaitu presupposition yang berakar dari kata to pre-suppose yang bermakna 'menduga sebelumnya'. Menurut Yule (2006), suatu pernyataan didasari oleh praanggapan yang menjadikannya syarat benar atau tidaknya suatu ujaran. Ketidakbenaran praanggapan menyebabkan ujaran tidak bisa diketahui benar atau salah. Intinya, praanggapan adalah dugaan atau anggapan mengenai orang lain atau suatu hal yang dimiliki oleh penutur sebelum mengutarakan tuturannya.

Berkaitan dengan teori praanggapan atau presuposisi, tuturan yang dituturkan oleh penutur berupa "Tuhan kita bukan orang Arab" pasti menimbulkan banyak praanggapan. Salah satu praanggapan yang timbul tersebut adalah dugaan dari KUHAP APA yang akhirnya membuat mereka melaporkan pernyataan Jenderal Dudung sebagai tindak pelanggaran.

"Kami (KUHAP APA) yang mengetahui atau menyaksikan telah terjadi dugaan kuat adanya perbuatan pelanggaran hukum atau delik yang dilakukan oleh Saudara Dudung Abdurachman, seorang perwira tinggi yang berpangkat jenderal yang mengemban tugas sebagai abdi negara selaku KSAD, yang tentunya secara hukum melekat pada dirinya kewajiban melindungi tumpah darah Indonesia bangsa dan tanah air NRI serta seyogianya memiliki kepribadian dan kebijakan yang patut digugu dan ditiru, namun pada kenyataannya Jenderal Dudung Abdurachman melakukan tindakan yang sebaliknya daripada kewajiban-kewajiban tupoksinya terkait pernyataan Tuhan Bukan Orang Arab,"

Melalui pernyataan "Tuhan kita bukan orang Arab" tersebut KUHAP APA beranggapan bahwa pernyataan tersebut membuat keonaran di masyarakat. KUHAP APA juga beranggapan jika seorang perwira tinggi seharusnya memiliki kepribadian yang patut ditiru bukan malah memberikan pernyataan terkait keagamaan yang notabenenya sensitif.

Praanggapan yang bisa muncul pada pernyataan "Tuhan kita bukan orang Arab" adalah praanggapan leksikal yang mana dapat diketahui melalui tuturan yang diinterpretasikan dengan penegasan suatu tuturan, selain itu praanggapan leksikal juga dipahami sebagai bentuk praanggapan yang menghasilkan makna yang dinyatakan secara konvensional dan ditafsirkan dengan praanggapan bahwa suatu makna lain yang tersirat dapat dipahami.

Selain praanggapan leksikal, praanggapan yang bisa muncul dari pernyataan "Tuhan kita bukan orang Arab" adalah praanggapan non-faktif atau praanggapan yang diasumsikan tidak benar. Praanggapan non-faktif masih memungkinkan hadirnya pemahaman yang salah karena penggunaan kata yang rancu atau tidak pasti. "Tuhan kita bukan orang Arab" bisa berpraanggapan "Tuhan bukan berasal dari Arab" atau bisa juga berpraanggapan "Tuhan bukan orang" dalam artian Tuhan tidak sama atau bukan orang atau manusia. Pernyataan tersebut bisa memunculkan pemahaman-pemahaman yang kebenarannya masih diragukan.

Dilihat dari maksud tuturan Jenderal Dudung Abdurachman terkait "Tuhan kita bukan orang Arab" memang dapat menimbulkan berbagai asumsi dan praanggapan namun seharusnya orang-orang yang melihat atau mendengar tuturannya tidak langsung menyimpulkan maksud dari penutur. Di sisi lain, sebagai penutur yang tuturannya menjadi konsumsi publik seharusnya bisa lebih berhati-hati dalam memilih kata dalam ujarannya terlebih lagi jika berkenaan atau berkaitan dengan unsur keagamaan yang cukup sensitif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun