Mendengarkan radio yang satu ini, selalu menggelitik pikiran saya. Namanya adalah radio Suzana. Dengan frekuensi 91,3 FM. Dapat didengarkan live on air di kawasan Surabaya dan sekitarnya. Radio ini adalah radio favorit saya. Terutama pada pukul 09.00 s/d 11.00 WIB. Acaranya adalah informasi seputar bola, dengan tajuk “World Soccer”. Isinya ya menyampaikan informasi seputar dunia sepak bola. Dipandu oleh dua gibol ternama, Bung Sandi dan Mbak Icha.
Apa hal yang membuat saya tergelitik? Yaitu jika sang penyiar membahas soal kisruh sepak bola tanah air. Media yang satu ini terbilang unik. Jika kebanyakan media mengambil sikap netral, dengan hanya menyebarkan informasi tanpa (seminimal mungkin) menghakimi siapa yang benar dan yang salah, maka Radio Suzana sangat ‘terdengar’ memihak satu pihak.
Secara umum mereka tidak mendukung salah satu, tapi hanya menyalahkan ‘habis-habisan’ satu pihak, yaitu Menpora. Dari siaran radio ini pula, saya yang awalnya sangat setuju pembekuan PSSI, mulai luntur. Dengan fakta-fakta yang mereka ungkapkan selama jalannya acara.
Tapi tetap saja, ada yang terbersit di benak saya dan mungkin pendengar lain: Apa kiranya yang membuat radio ini tidak netral dan terus memojokkan langkah Menpora?
Saya tidak mau menduga-duga mengenai hal negatif. Tapi, Suzana Radio dan Bung Sandy adalah pemain lama di dunia sepak bola. Dia adalah bonek sejati. Saya tak meragukan itu. Bung Sandy juga dekat dengan para pemain maupun pengurus Persebaya. Persebaya model apapun, dia tetap Bonek. Ketika ada yang menyuarakan bahwa Perebaya saat ini adalah ‘gadungan’ alias ‘kloningan’, Bung Sandy tetap mengajak seluruh Bonekmania datang ke Stadion mendukung Persebaya.
Layaknya pemain yang hidup dari bola yang terus bergulir, mungkin inilah salah satu faktor yang mempengaruhi. Apa yang akan mereka bagikan ke pendengar jika tak ada informasi soal sepak bola. Tak ada highlight, tak ada kuis tebak skor, tak ada analisa pertandingan dan prediksi.
Inilah yang membuat reformasi sepak bola sangat berat dipaksakan. Para pemain dan pengurus, sama-sama ingin main aman. Mereka belum mau kehilangan sumber rejeki mereka, seperti radio bola. Segala kekurangan dan keburukan PSSI dianggap hal yang wajar asalkan mereka masih bisa menendang bola, menyiarkan berita dan menerima uang. Semuanya masih berada dalam zona nyaman.
Perlu kita garisbawahi, siapa yang mencak-mencak ingin tata kelola sepak bola diperbaiki? Bukan klub, pemain maupun pelatih, tapi hanya supporter dan pemirsa di TV.. Dalam struktur organisasi PSSI, di bagian mana mereka berada tidak jelas. Dalam benak pengurus PSSI begini: Kalau mau silahkan nonton, tontonan gratis saja kok. Tak usah banyak menuntut. Mengurus dan bermain sepak bola itu tidak mudah !!
Kalau FIFA tidak mau menegur, biar Tuhan saja yang menegur mereka. Jangan ikut-ikut Pak Menpora. Intervensi, intervensi, intervensiiiii ! Begitu teriak sang penyiar di ruang gate keeper. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H