Mohon tunggu...
Griana Wijayani
Griana Wijayani Mohon Tunggu... -

I'm consumed by all things pertaining to words and style. When I'm not writing, I will be right in the corner, reading and sipping cold coffee.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perihal Rejeki

21 Januari 2016   14:07 Diperbarui: 21 Januari 2016   14:07 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

rejeki itu banyak sekali bentuk rupanya.
yang saya yakini,
bahkan se-sederhana kereta yang masih bisa saya tumpangi sebelum menutup pintunya sedetik kemudian setelah kau datang.

rejeki itu hal-hal yang ada di depan mata.
persis di depan mata,
dan kita mampu meraihnya,
walau kadang banyak rintangan yang harus dilalui terlebih dahulu,
walau kadang pula,
mudah sekali kita mendapatkannya.

rejeki itu serumit ujian matematika yang dapat saya selesaikan,
dengan mudah karena ternyata soal yang diberikan sesuai apa yang sudah dipelajari.

rejeki juga bisa seindah suara ombak lautan yang bisa saya dengar,
di suatu tempat yang tidak pernah saya kunjungi sebelumnya,
karena berada disitu saat itu juga menjadi rejeki yang sudah digariskan Tuhan.
yang mungkin, orang lain belum tentu memiliki kesempatan berada disana.

rejeki itu berapapun jumlah uang yang saya dapatkan,
setelah kerja keras saya yang dirasa tiada henti.
namun disaat saya berharap lebih, tetap hanya itu yang saya dapatkan.
sekeras apapun saya berharap dan berusaha kerja lebih keras,
rejeki saya hanya sebatas itu.
saat ini.

rejeki itu secangkir kopi yang bisa saya nikmati di suatu sore,
bersama kawan yang awalnya hanya bisa saya jumpai di pagi hari.

rejeki itu kemampuan merangkai kata seperti ini,
untuk disampaikan dengan pilihan diksi yang sesuai.

rejeki itu bagaimana saya bersyukur kepada Tuhan,
pemilik alam semesta raya,
pemilik jiwa dan raga.
karena saya selalu dilimpahkan rejeki tak henti-henti.

rejeki itu merdunya suara ummat saat melantukan puja-puji,
untuk Tuhan Yang Maha Esa.
walau hanya diucapkan di dalam hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun