si B : @#$%^&%$#$% (kesal dan a dezig terjadilah pergumulan khas anak2 tanggung)
kata memang menjadi faktor penentu oleh siapa dikeluarkan sebagai kapasitas apa, saya jadi teringat jaman orba dulu mensesneg kala itu Moerdiono, sangat hati2 tekesan gugup sekali dalam berbicara terlihat seperti orang gagap, selepas jabatan menteri bicaranya lancar sekali.
kalo diibaratkan bandul, orang2 yg mempunyai hirarki lebih tinggi dalam suatu organisasi (baik kecil - keluarga, RT, Perusahaan sampai yg paling besar Negara) ucapannya bisa menjadi arah kebijakan / policy yg membuat bandul dibawahnya mengayun sangat kencang, walaupun bandul diatas hanya bergerak sedikit.
Contoh : PKS - Tifatul Sembiring dalam menyikapi Jilbab, SBY dalam menyikapi terorisme, dengan mengeluarkan foto diri yg ditembak, menuai kontroversi yg luar biasa besar di masyarakat.
Semakin tinggi hirarki, pemilihan kata, timing yg tepat sangat diperlukan, sebelum semua terlanjur keluar dan kemudian di tarik kembali - istilahnya menjilat ludah sendiri -
hmmm kadang saya berfikir, Silence is Golden, tapi tidak selamannya, (terbukti presiden kita yg dulu dg prinsip diam itu emas ga kepilih lagi) ya itu tadi timing dan pemilihan kata yg tepat terutama kepada siapa kita berbicara, dalam kapasitas apa kita berbicara, kadang joke diatas pun tidak kena, kalo tempat, si pembicara (kedekatan emosionil si pembicara dan yang mendegar) serta di suasana tidak mendukung.
Mumpung masih suasana Ramadhan, mudah2an dengan berbicara baik, bersikap baik, semua di lipatgandakan tidak hanya dapat lapar dan haus saja...
Bangkok 14 Sept 09
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI