Mohon tunggu...
Gwen Alzena
Gwen Alzena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bernyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Identitas Bangsa di Era Global: Tantangan Pemudaran Bahasa Indonesia dan Peran Bahasa Inggris

21 September 2024   04:55 Diperbarui: 21 September 2024   04:58 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Esai yang saya baca berjudul "Sensasi Indonenglish Vs Pemajuan Kebudayaan" mengangkat isu penting mengenai memudarnya penggunaan bahasa Indonesia akibat pengaruh budaya Barat, yang kerap dianggap lebih modern dan gaul. Salah satu contohnya adalah penggunaan bahasa Inggris dalam nama sajian di menu kafe dan restoran. Pada mulanya, fenomena Indonenglish belum tersebar luas hingga ke pelosok desa. 

Namun, dengan perkembangan teknologi internet dan media sosial yang semakin canggih, penggunaan campuran bahasa Inggris dan Indonesia ini kini sudah merambah ke wilayah-wilayah yang lebih terpencil. Selain pengaruh budaya Barat, memudarnya bahasa Indonesia juga disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya melestarikan bahasa dan budaya nasional. Bahasa Indonesia, yang seharusnya menjadi simbol identitas bangsa, kini semakin terpinggirkan oleh penggunaan bahasa asing yang dianggap lebih berkelas.

Fakta yang menarik dari esai ini adalah bahwa masalah hilangnya bahasa nasional tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi juga oleh negara-negara tetangga di ASEAN, seperti Malaysia. Di Malaysia, bahasa nasional juga mengalami tekanan oleh pengaruh bahasa Inggris, terutama di kalangan anak muda dan di lingkungan perkotaan. 

Pengaruh globalisasi dan modernisasi menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa yang mendominasi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, bisnis, dan media. Fenomena ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh banyak negara di kawasan Asia Tenggara, di mana bahasa nasional mereka semakin tergeser oleh bahasa internasional. Dengan demikian, isu pemudaran bahasa nasional bukan hanya masalah lokal Indonesia, tetapi juga menjadi isu regional yang memerlukan perhatian serius dari setiap negara di ASEAN.

Adapun konsep yang pernah saya ketahui mengenai maraknya pemakaian bahasa Indonenglish menunjukkan bahwa anak muda zaman sekarang merasa ketinggalan zaman atau tidak gaul ketika tidak menyisipkan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari. Hal ini mencerminkan bagaimana bahasa Inggris telah menjadi penanda status sosial di kalangan generasi muda, di mana mereka berusaha untuk terlihat modern yang membuat mereka merasa lebih diterima dalam kelompok sosial. Selain itu, terdapat dukungan dari orang tua yang mendorong praktik Indonenglish ini dengan dalih untuk mempercepat proses pembelajaran bahasa Inggris bagi anak-anak mereka. 

Mereka berpendapat bahwa penguasaan bahasa asing sejak dini akan memberikan keuntungan dalam bersaing di dunia yang semakin terhubung berkat kemajuan teknologi dan komunikasi. Namun, cara berpikir ini sering kali lupa untuk menjaga dan menghargai bahasa nasional kita, yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia seharusnya menjadi dasar identitas budaya kita. Artinya, bahasa Indonesia bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan tradisi dan budaya yang ada di masyarakat kita. Jika kita lebih memilih menggunakan bahasa asing, maka kita juga bisa kehilangan budaya dan warisan kita sendiri. Jadi, penting bagi kita untuk tetap menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari agar identitas kita tetap terjaga. 

Di sisi lain, hal yang belum saya ketahui adalah sikap Menteri Nadiem Anwar Makariem yang menolak keras bahasa Melayu sebagai bahasa perantara resmi ASEAN dan menawarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi yang diakui di tingkat ASEAN. Sikap ini menunjukkan komitmen untuk mengangkat posisi bahasa Indonesia di tingkat internasional, sekaligus memperkuat identitas nasional. 

Dengan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa perantara resmi ASEAN, diharapkan dapat meningkatkan kebanggaan masyarakat terhadap bahasa dan budaya kita. Ini juga membuka peluang bagi generasi muda untuk memahami pentingnya menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, tanpa mengesampingkan kemampuan berbahasa asing mereka. Masyarakat perlu menyadari bahwa keberagaman bahasa dapat berdampingan, sehingga keduanya dapat saling melengkapi dalam menghadapi tantangan global.

Namun, di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa Inggris memiliki peran yang sangat penting sebagai bahasa internasional. Oleh karena itu, wajar saja jika orang tua mendorong anak-anak mereka untuk mempraktikkan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Inggris memang sangat berguna, terutama dalam dunia kerja, pendidikan, dan teknologi. Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa bahasa Indonesia harus diabaikan. Penting bagi kita untuk menemukan keseimbangan antara menguasai bahasa asing dan tetap menjaga serta memperbaiki penggunaan bahasa Indonesia. Dengan begitu, kita dapat menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa yang memiliki bahasa dan budaya yang kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun