[caption caption="Keluhan tukang ac yang juga warga Juanda Depok tentang krisis air "][/caption]
Teknisi AC dari salah satu ritel elektronik di Depok itu membuka pembicaraan saat saya mengawasi kerjaannya memasang AC baru di kamar saya. “Berapa umur anaknya, Mas?” Satu tahun satu bulan, bang. Jawab saya yang memang sedang menggendong anak. Abang sudah berkeluarga? “Sudah, sama anak saya juga baru satu, umurnya satu setengah tahun.”
Iseng saya tanya siapa pasangan calon Walikota Depok terkuat di daerahnya. “Abang tinggal di Depok,” tanya saya kepo. Bang Fakhri, teknisi AC itu pun mengaku sebagai orang Depok asli. “Rumah saya di Juanda, bang.”
Perawakannya seperti orang Betawi. Bang Fakhri berbagi cerita deritanya selama setahun belakangan di musim kemarau berkepanjangan sepanjang 2015 ini. Padahal, sebagai warga Depok yang dulunya bagian dari Kecamatan di Bogor, yang terkenal sebagai Kota Hujan, Depok tak pernah krisis air seperti sekarang. Ia dan ribuan warga Juanda yang selama ini hidup berdampingan dengan proyek betonisasi jalan tol Cijago-Antasari, Jakarta Selatan harus menerima pil pahit: krisis air bersih!
Katanya, kontraktor jalan tol lebih memilih membayar mahal pawang hujan ketimbang membantu warga sekitar terdampak pembangunan proyek jalan tol dengan pengadaan air bersih. Musababnya adalah setu Pengarengan yang melintasi proyek tol di sekeliling jalan raya Juanda. Setu tersebut memang langganan penyebab banjir warga sekitar Juanda dan komplek perumahan Pelni, Taman Duta, dan sekitarnya. Melihat itu, pengembang tol takut volume hujan akan menambah volume air di setu dan bisa merusak pondasi jalan tol.
Fakhri dan warga Juanda lainnya heran kenapa di daerah Depok lainnya hujan deras sejak awal November ini, namun hanya di sekitar jalan Juanda yang dilintasi proyek tol masih cerah. Hal itulah yang menyebabkan krisis air tetap berlanjut meski sudah masuk musim hujan. Namun setidaknya tidak separah seperti saat kemarau.
Pria berbadan gelap itu pun mengeluhkan kedatangan salah satu kandidat calon Wakil Walikota Depok nomor urut dua (2), Pradi Supriatna yang datang bak pahlawan kesiangan dengan bantuan air bersih. “Telat datengnya, bang. Udah musim hujan baru datang. Dari kemarin kemane aja?” kesal Fakhri sambil ngutak-ngatik masang AC.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H