Mohon tunggu...
Gito Depok
Gito Depok Mohon Tunggu... -

Warga Depok anti kemunafikan partai berkedok agama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dihadang Paspampres, Semakin Lejitkan Nama Anies dalam Bursa Capres 2019

19 Februari 2018   13:19 Diperbarui: 19 Februari 2018   13:26 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dihadang Paspampres di Piala Presiden 2018 - foto: Facebook Ali Ghuraisah

Kembali ke Anies. Beberapa kali upaya playing victim dilakukan Anies. Bisa jadi itu saran dari Konsultan atau Penasihat politiknya.Kalau jernih mengamati, beberapa kali ucapan Anies yang dijadikan berita kerap mengundang kontroversial. Sejak awal pidato politik kemenangannya dalam Pilgub DKI 2017, Anies menyebut istilah Pribumi, yang mengundang reaksi publik. Ia dibully habis-habisan karena dianggap tidak konsisten dengan ajakan merajut kembali tenun kebangsaan kita.

Kebijakan lainnya yaitu menghidupkan kembali becak di Ibukota. Narasi yang disampaikan memang sengaja mengambang agar menjadi pusat perhatian pemberitaan. Dari situ muncul perdebatan dan polemik, setelah itu ia buru-buru mengklarifikasinya. Selain itu ada ucapan yang dianggap keseleo lidah soal naturalisasi sungai diubah jadi normalisasi sungai. Padahal dia memang sengaja mengucapkan itu. Dan ANies sebagai mantan Mendikbud, Rektor Paramadina, dan Doktor Ilmu Politik tidak mungkin dengan bodohnya dalam berpidato tidak disiapkan dengan matang.

Hal itu menegaskan ada bagian dari kebijakan publik maupun segala aktivitasnya sebagai Gubernur didisain untuk menjadi pusat pembicaraan. Entah itu dibangun dengan sentiment positif maupun negatif. Yang penting selalu jadi pembicaraan dan tentu popularitasnya terjaga.

Segala tindak-tanduk Anies memang tidak lepas dari 'polesan' atau vermak sang konsultan, Eep Saefullah Fatah yang memiliki senjata ampuh komunikasi politik: spin doctor!

Spin (dalam Subiakto,2012:30) adalah teknik me-manage atau mengatur media untuk menghindarkan para jurnalis media mendapatkan fakta pemberitaan yang objektif dan melakukan asesmen terhadap informasi politik yang dimiliki oleh pemerintah atau presiden (Lilleker, 2005:194). Spin ini juga dilakukan untuk memperngaruhi opini publik yang berkembang di masyarakat dengan cara menyampaikan informasi yang bias yang menyenangkan kepada masyarakat, agar opini masyarakat tidak berkembang secara negatif atau tidak mengenakkan bagi pemerintah.

Kalau sudah begitu, Prabowo Subianto sebagai tokoh utama di balik kelompok oposisi Indonesia zaman now, akan memperhitungkan Anies sebagai Capres pada Pilpres 2019. Ya, dengan legowonya, Prabowo yang belum mendeklarasikan diri sebagai Capres meski sudah digadang-gadang para pendukungnya, bisa jadi akan mendukung Anies menggantikan perannya sebagai Capres yang selama ini sudah disiapkan lama sejak 2009. Tiga kali maju ke palagan Pilpres, jika masih kalah juga kan malu-maluin. Gagal move on-nya bisa seumur hidup.  Tingkat popularitas Anies dan elektabilitasnya yang terus merangkak naik, sementara Prabowo stagnan bahkan tergerus, akan menjadi bahan pertimbangan Jenderal Bintang Tiga tersebut. Dus, masih berminat nyapres, Jenderal?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun