Karya: Gutamining Saida
Akhir tahun selalu membawa suasana berbeda di rumah kami. Ada kehangatan yang tidak bisa tergantikan, terutama saat cucu-cucu datang berlibur. Suara tawa mereka memenuhi setiap sudut, menjadikan rumah yang biasanya sepi, tenang berubah menjadi arena kebahagiaan. Namun, di balik semua itu, ada sesuatu yang diam-diam menggelitik pikiran saya.
Liburan ini, saya sebenarnya banyak ide-ide bermunculan. Tulisan yang ingin saya buat sudah berbaris rapi di kepala, menunggu waktu untuk dituangkan. Tapi, sepertinya mereka harus bersabar lebih lama. Bukan karena saya tidak punya waktu, melainkan karena waktu ini saya pilih untuk bersama cucu-cucu. Tempat tinggal mereka yang jauh membuat pertemuan seperti ini menjadi sesuatu yang langka. Rasanya tidak adil jika saya mencuri waktu dari mereka hanya untuk tenggelam dalam dunia tulisan saya sendiri.
Setiap pagi, saya terbangun dengan suara riuh rendah mereka. Ada yang berlarian di ruang tengah, ada yang sibuk meminta sarapan favoritnya, dan ada pula yang merengek minta ditemani bermain. Semua itu membuat hati saya bahagia, meskipun kadang badan terasa lelah. Dalam hati, saya berkata pada diri sendiri, "Ini saatnya untuk mereka. Nanti, ketika mereka kembali ke rumah masing-masing, saya punya banyak waktu untuk menulis."
Namun, tidak bisa dipungkiri, ada rasa rindu pada pena, kertas dan laptop. Kadang, saat mereka tidur siang, saya melirik meja kerja saya yang penuh dengan buku catatan dan pulpen. Dalam benak, cerita-cerita yang saya susun terasa memanggil-manggil. Ada pembaca yang pasti juga menanti tulisan saya. Saya yakin, beberapa dari mereka mungkin merasa rindu, bertanya-tanya kapan saya akan kembali menulis.
Malam hari adalah waktu yang paling tenang. Setelah cucu-cucu tidur, rumah menjadi sunyi. Seharusnya ini kesempatan yang bagus untuk menulis, tapi apa daya, tubuh sudah lelah. Kepala berat dan mata mulai sulit diajak kompromi. Akhirnya, saya hanya duduk di ruang keluarga.
Ada kepuasan tersendiri melihat cucu-cucu saya begitu bahagia. Mereka tumbuh begitu cepat, dan saya tidak ingin melewatkan momen-momen berharga ini. Namun, saya juga sadar bahwa menulis adalah bagian dari diri saya. Itu adalah cara saya berbicara pada dunia, cara saya berbagi cerita, dan mungkin, cara saya memberi arti pada pengalaman yang saya jalani.
Hari demi hari berlalu, dan tumpukan ide di kepala semakin tinggi. Saya membayangkan cerita-cerita yang ingin saya tulis yaitu tentang kehidupan atau mungkin tentang cucu-cucu saya yang lucu dan penuh kejutan. Setiap ide itu seperti buku yang menunggu untuk dibuka, tetapi saya simpan rapat-rapat.
Saya yakin, saat mereka kembali ke rumah masing-masing, saya akan memiliki waktu untuk menulis. Ide-ide yang saya tumpuk ini pasti akan mengalir deras, menjadi cerita-cerita yang penuh makna. Mungkin, tulisan saya kali ini akan terasa berbeda, karena penuh dengan kenangan bersama mereka.
Liburan ini mengajarkan saya tentang prioritas. Kadang, hal yang kita cintai harus ditunda demi sesuatu yang lebih berharga. Menulis adalah cinta saya, tetapi cucu-cucu adalah kebahagiaan saya. Dan di akhir kebahagiaanlah yang membuat hidup terasa lengkap.
Saya percaya, para pembaca saya akan mengerti. Mereka mungkin juga rindu pada tulisan saya, tetapi saya yakin mereka akan sabar menunggu. Sebab, tulisan yang lahir dari kerinduan dan kebahagiaan akan selalu terasa lebih istimewa.