Mohon tunggu...
Gutamining Saida
Gutamining Saida Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 1 Kedungtuban Kab Blora

Jalan-jalan, membaca cerita, Seorang istri yang banyak mimpi.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Pagi-pagi Sudah Kena Prank

1 Desember 2024   10:33 Diperbarui: 1 Desember 2024   10:39 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto seorang siswa (Sumber Dokpri)

Karya: Gutamining Saida

Sang mentari baru saja menembus celah-celah dedaunan di halaman sekolah. Udara segar dan suara Sepatu siswa yang sedang berjalan menjadi penyemangat saya untuk memulai aktivitas di sekolah. Usai mempersiapkan semuanya di ruang guru.  Saya memutuskan untuk keluar sejenak, mencari udara segar sambil menyapa siswa yang baru datang. Dengan penuh semangat, saya ucapkan salam dan senyum tentunya. Beberapa siswa membalas dan tersenyum bahagia.

Saat langkah saya di depan pintu ruang guru tiba-tiba dikejutkan oleh pandangan yang tidak biasa. Dua orang siswa berjalan semakin mendekat. Namanya saya tidak kenal karena tidak pernah mengajarnya. Yang membuat jantung saya nyaris berhenti adalah benda yang dia bawa sebuah golok besar yang tampak warna hitam di tangannya.

Langkah saya terhenti. Napas saya seolah tertahan di tenggorokan. "Apa-apaan ini?" pikir saya dalam hati. Golok itu terlihat nyata, bilahnya Panjang.  Saya mendadak gemetar. Pikiran buruk mulai melintas di benak saya. Apakah ini bagian dari masalah serius? Mengapa seorang siswa membawa golok ke sekolah? Apa yang dia rencanakan?

Dia terus melangkah mendekat. Jarak kami semakin dekat, dan saya tidak bisa mengalihkan pandangan dari benda tajam itu. "Bu, tenang, jangan panik," saya mencoba meyakinkan diri sendiri sambil menggenggam erat handphone di tangan, seolah itu bisa menjadi alat perlindungan.

Ketika dia tinggal beberapa langkah lagi dari saya, saya memberanikan diri untuk bertanya, meskipun suara saya terdengar sedikit gemetar. "Mbak, itu... itu apa yang kamu bawa?" Saya melontarkan pertanyaan dengan hati-hati, mencoba tidak menunjukkan ketakutan yang sebenarnya saya rasakan.

Alih-alih menjawab serius, dia malah tertawa. Tawa yang renyah, seperti tidak ada beban sama sekali. "Ini, Bu!" katanya sambil mengangkat golok itu lebih tinggi sehingga saya bisa melihatnya lebih jelas. "Untuk ngeprank teman-teman, Bu!" Dia menambahkan sambil tersenyum lebar.

Saya terdiam beberapa saat, mencoba mencerna apa yang baru saja dia katakan. Ngeprank? Jadi, ini semua hanya lelucon? Jantung saya yang tadi berdegup kencang perlahan mulai tenang. Namun, rasa kaget saya belum sepenuhnya hilang.

"Prank? Maksudmu ngeprank teman-temanmu dengan... golok ini?" tanya saya sambil menunjuk benda di tangannya. Meski sudah tahu jawabannya, saya tetap merasa perlu memastikan. "Iya, Bu! Ini golok mainan, kok. Lihat nih!" katanya sambil menggerakkan benda itu lebih dekat ke saya. Dia bahkan mengetuk-ngetuk bilahnya untuk menunjukkan bahwa golok itu terbuat dari kulit yang benih dalamnya sudah dibuang . Dekat dengan saya, ternyata memang benar, golok itu hanyalah mainan yang diambil dari jalanan yang dia lewati.

Saya menarik napas panjang, separuh lega dan separuh masih merasa heran. "mbak, kamu tahu nggak, tadi Ibu hampir kena serangan jantung gara-gara golok itu?" Saya mencoba menunjukkan ekspresi serius, meskipun ada senyum kecil yang mulai tersungging di bibir saya. Dia tertawa lagi. "Maaf ya, Bu! Tapi, teman-teman juga bakal kaget kok, hehehe. Kan seru ngeprank mereka!" katanya dengan nada penuh semangat. Dia mengayunkan golok itu seolah-olah sedang berakting menjadi pendekar dalam film.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun