Mohon tunggu...
Agustinus Nicolaus Yokit
Agustinus Nicolaus Yokit Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Bukan seorang Pujangga dan Bukan seorang Filsuf

Menjadi prehensi positif bagi perkembangan orang lain... Masih belajar untuk Altruis... Sedang berjalan dalam pencarian pada Kebijaksanaan Sejati...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makna Perayaan Pentakosta

28 September 2021   13:39 Diperbarui: 28 September 2021   13:42 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apa arti dari istilah Pentakosta? Istilah Pentakosta pada awalnya belum dipahami sebagai Hari Raya Pentakosta seperti saat ini. Pada abad II dan III, pemahaman Jemaat Kristen mengenai Pentakosta adalah sebagai periode 50 hari masa kegembiraan yang menyusul sesudah pesta Paskah, dan periode sukacita itu ditutup secara meriah dengan perayaan pada hari ke 50. Hari-hari biasa selama masa kegembiraan itu diperlakukan seperti hari Minggu. 

Dalam arti ini Pentakosta merupakan sebuah perluasan dari Paskah. Akan tetapi pada abad IV, Pentakosta sebagai sebuah periode 50 hari masa sukacita mengalami perombakan. 

Pada waktu itu orang mulai merayakan dua pesta, yakni Pesta Pentakosta pada hari ke 50 sesudah Paskah dan Kenaikan Yesus ke Surga pada hari ke 40. Pada periode waktu kemudian, Hari Raya Tujuh Minggu mendapatkan bobot historis. Hari raya ini merupakan peringatan akan peristiwa di Gunung Sinai. Sesudah kehancuran Yerusalem (tahun 70) orang Yahudi merayakan Pesta Tujuh Minggu sebagai pesta pembaharuan perjanjian di Sinai. 

Dalam tradisi Rabinik (sekitar abad ke 2/3) pesta Tujuh Minggu lalu dirayakan sebagai peringatan pemberian hukum Taurat di Sinai. Perikop pesta adalah Kel 19. Penampakan Tuhan di atas Gunung Sinai dan pemberian hukum ditempatkan sebagai pusat perayaan. Dengan demikian Pesta Tujuh Minggu dipandang sebagai pesta pembentukan umat Allah melalui pemberian Taurat yang berisikan tatanan sosial yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Selanjutnya, apa persis dasar dari perayaan tersebut? Dasar dari perayaan Pentakosta kristiani adalah Hari Raya Tujuh Minggu dalam tradisi Yahudi. Pada masa Perjanjian Lama Hari Raya Tujuh Minggu merupakan salah satu dari tiga Pesta Ziarah (Pesta Paskah/Roti Tak Beragi, Pesta Pondok Daun, dan Pesta Tujuh Minggu). 

Sebagaimana Pesta Pondok Daun, Pesta yang dimaksud sebenarnya merupakan sebuah pesta musim panen: Persembahan hasil panen gandum pertama. Pesta ini dirayakan tujuh minggu sesudah mulainya musim panen. Dalam perkembangan kemudian jangka waktu tujuh minggu ini dihitung mulai dari pesta Paskah/Roti Tak Beragi (bdk. Imamat 23:15-16). 

Maka Hari Raya Tujuh Minggu jatuh pada hari ke 50 sesudah Paskah. Itulah Pentekosta, dari bahasa Yunani : hari ke 50. Apabila sumber-sumber kekristenan awal berbicara tentang Pentakosta, maka istilah itu jelas mengacu pada Hari Raya Tujuh Minggu dalam agama Yahudi.

Isi dari perayaan Pentakosta kristiani adalah pengutusan Roh Kudus (bdk. Kis 2) dan peninggian (kenaikan) Kristus. Hari raya Pentakosta adalah peringatan atas pemenuhan janji Allah bahwa Ia akan menjaga dan menolong umat-Nya. Teks Efesus 4:7-11 menekankan kesatuan kenaikan (peninggian dan kenaikan ke surga) dari Yesus dan pemberian Roh Kudus, yakni dengan menggunakan model pemberian Taurat di Gunung Sinai. Kristus yang ditinggikan adalah Musa baru. Inilah persis penegasan dari isi perayaan Pentakosta kristiani dalam perkembangan historisnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun