Pada era Revolusi Industri 4.0 ini, hampir semua kegiatan dilakukan dengan bantuan internet, seperti halnya cara pembayaran yang mulanya menggunakan tunai kini telah beralih menggunakan sistem non tunai. Salah satu contoh dari pembayaran nontunai adalah melalui E-Wallet. Keputusan ini dimanfaatkan provider-provider di Indonesia melakukan inovasi dalam perkembangan transaksi non-tunai. Provider telekomunikasi perintis e-wallet ialah Telkomsel. Beberapa tahun setelahnya, provider lain mulai menyusul seperti XL dan indosat yang meluncurkan aplikasi XL-ku dan dompet ku dan masih banyak lagi. Dengan pembayaran nontunai ini maka sistem pembayaran akan menjadi lebih efisien, cepat, dan efektif.
Karena maraknya transaksi non-tunai dalam ruang lingkup Universitas Airlangga, telah dilakukan sebuah riset sederhana yang bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif pembayaran non tunai di lingkup mahasiswa Unair. Dari riset yang telah dilakukan dengan responden beberapa mahasiswa Universitas Airlangga dari berbagai fakultas dan jurusan, diketahui bahwa mayoritas mahasiswa Universitas Airlangga menggunakan E-Wallet sebagai alat pembayaran mereka, untuk E-Wallet yang sering digunakan meliputi ShopeePay, Gopay, DANA, OVO, Mbanking, dll. Hal ini dikarenakan rata-rata pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan non-tunai mendapatkan penawaran/benefit yang tidak bisa didapatkan ketika membayar dengan uang tunai. Kemudian menurut beberapa mahasiswa lainnya, mereka menyatakan bahwa transaksi non tunai lebih mudah praktis dan efisien, walaupun mereka tahu bahwa pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan non-tunai mendapatkan lebih banyak benefit.
Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa, mayoritas mahasiswa lebih memilih e-wallet yang menawarkan benefit yang  lebih banyak, entah itu berupa faktor kemudahan dalam penggunaannya maupun adanya cashback dan voucher diskon. Selain itu, dengan menggunakan e-wallet, para mahasiswa tidak lagi harus menarik uang tunai.
Lantas dengan banyaknya penggunaan cashless, apakah uang tunai masih relevan digunakan? Tentu saja. Ada beberapa faktor yang mendukung mengapa uang tunai masih relevan hingga saat ini, yakni:
1. Uang tunai lebih dijangkau oleh masyarakat
Kita semua tahu bahwa uang merupakan transaksi yang sah di mata hukum dan juga bank sentral masih akan terus mencetaknya. Untuk itu, uang tunai lebih tersebar kemana saja dan terjangkau di semua daerah, bahkan pada pedesaan. Sedangkan cashless yang operasinya menggunakan internet dan koneksi data, tidak dapat menjangkau seluruh daerah pedalaman. Akibatnya cashless menjadi kurang efektif apabila digunakan untuk kegiatan jual beli.
2. Uang tunai masih digunakan untuk pembayaran skala kecil
Pernahkah kalian membeli permen di toko kelontong? Atau membeli jajanan di bazar pinggir jalan? Kegiatan dengan pembelian kecil seperti itu tentunya memerlukan transaksi yang bisa dilakukan secara langsung tanpa melalui perantara gawai.
3. Tidak semua orang bisa menggunakan cashless, seperti anak dibawah 17 tahun atau lansia
Pemikiran anak kecil tentunya belum sekompleks pikiran orang dewasa. Pemikiran yang cenderung labil ini tentunya sangat rentan jika memberikan cashless pada anak kecil, karena kurangnya tanggung jawab dalam mengelola keuangan yang nantinya bisa disalahgunakan. Begitu pun dengan lansia, sangat tidak disarankan pada lansia menggunakan cashless, kurangnya pemahaman teknologi atau bisa disebut gaptek karena perbedaan zaman yang cukup jauh.
4. Terkadang dalam penggunaan cashless kerap terjadi kendala