Mohon tunggu...
Magnifico Ragazzo
Magnifico Ragazzo Mohon Tunggu... -

antusiasme, menggelora, terkooptasi dengan stigma berkesenian kegelapan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

-Suharto, Bapak Modal dan Modernisasi Indonesia-

28 Juni 2011   04:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:07 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suharto, Bapak Modal dan Modernisasi Indonesia yang justru runtuh tanpa martabat dari generasi yang dilahirkannya.

Karir Suharto lahir dari situasi tak terduga dan penuh dengan keberuntungan-keberuntungan. Memulai karir sebagai perwira menengah TKR dan menjadi pemimpin pasukan keamanan di tengah kota Yogyakarta. Menjadi kian penting setelah Yogyakarta dijadikan Ibukota RI. Karirnya sebagai pemimpin pasukan keamanan malah menjadikannya sebagai "Broker Politik" tingkat tinggi. Dialah yang menjebak atasannya sendiri Jenderal Dharsono di Istana Yogya, dia juga yang melakukan negosiasi antara pasukan resmi pemerintah dengan Muso.

Ia nyaris dipensiunkan oleh Angkatan Darat karena terlibat tindakan penyelundupan di Semarang. Ahmad Yani sendiri yang melakukan tindakan tegas pada Suharto. Namun Jenderal Gatot Subroto menyelamatkan karir Suharto dan dia disekolahkan di Cimahi. Banyak sejarawan menilai Sekolahnya Suharto di Seskoad inilah sebagai titik penting batu loncatan Suharto untuk menilai situasi dunia politik di Indonesia karena ia mendapat mentor yang jenius bernama Mayor Jenderal Suwarto.

Gerakan Untung 1965 yang konyol membuat karirnya naik dan selebihnya adalah sejarah.

Disisi lain dia menciptakan pembantaian dan kemandegan dalam proses perkembangan sejarah bangsa. Masa Suharto selalu disebut sebagai "Masa Penyimpangan Sejarah di Indonesia".

Masa penyimpangan sejarah Indonesia di masa Suharto karena memang dalam KeIndonesiaan Modern yang disepakati terbentuk tahun 1945. Negara kita adalah Negara Berbasis Pemikiran Sosialisme. Di Masa Suharto secara massif seluruh gagasan Sosialisme di Indonesia hancur lebur bahkan tak tersisa sama sekali. Peradaban Suharto yang asing terhadap sosialisme inilah yang kemudian melahirkan generasi yang gagap terhadap kesadaran sejarah Indonesia dan apa tujuan Indonesia terbentuk. Bahkan banyak dari para aktivis kita yang tadinya menggagas tentang teori sosialisme malah terkooptasi dengan peradaban Suharto ini. Peradaban Suharto adalah menghendaki Modal sebagai basis landasan pembentuk masyarakat, sementara Landasan Sosialisme yang pernah disepakati Hatta, Sukarno, Sjahrir, Tan Malaka dll adalah Rakyat sebagai Subjek dari landasan ekonomi. Kemakmuran harus ditujukan pada kemakmuran bersama. Sementara Pasar Bebas prinsip dasarnya adalah : Egoisme. Nah, egoisme yang bertemu dengan mentalitas feodal inilah yang kemudian membentuk ekonomi elitis yang sama sekali tidak paham tentang ekonomi rakyat. Kasus Century menunjukkan gagalnya kepekaan elite terhadap penderitaan ekonomi rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun