Namaku sangat pendek: Zarr.
Pertama. Saat aku lahir, tidak ada yang namanya ibu. Setidaknya begitulah kata ayah. Buku-buku yang ada di rumah menceritakan bahwa seorang anak lahir dari perut ibunya. Namun, entahlah. Mungkin tidak semua. Kata ayah, aku adalah bayi yang muncul begitu saja di depan rumah, menangis kencang, mengalahkan berisiknya suara hujan lebat yang tak kunjung berhenti.Â
Kedua. Aku tahu. Saat aku masih kecil, aku tidak suka membaca buku. Aku lebih suka berlarian di taman dengan kaki terlanjang, atau memanjat pohon yang sangat tinggi. Yah, orang-orang bilang kalau fungsi memori otak kita hanya bisa optimal setelah kita berumur 4 tahun, kan? Entah apa yang terjadi, semenjak umur 4 tahun itulah aku tidak boleh ke luar rumah. Membuatku, seiring berjalannya waktu, sangat bergantung pada buku.
Sejujurnya, mengapa?
Apa yang telah terjadi?
Apa yang ada di luar sana?
Ketiga. Ayahku sering bergonta-ganti pekerjaan. Petani, Sopir, Nelayan, sampai pelayan. Aku akui, memang, ayahku multi talenta. Kalau tidak, bagaimana ayah bisa bergonta-ganti bidang pekerjaan? Mungkin, di masa depan ayah bisa menjadi astronot, atau Ilmuan?! Ehm... Meskipun sekarang ayah masihlah tukang kayu yang gajinya bahkan tidak sampai 3 Juta perbulan.
Terakhir. Karena ayahku sibuk bekerja, terkadang, aku mengambil-ambil kesempatan dalam kesempitan. Aku keluar rumah, berkeliling hutan, dan bersiul riang. Aku tahu jadwalnya. Ayah akan berangkat maksimal pukul 8 Pagi dan akan pulang minimal pukul 4 sore. Waktu yang cukup untukku bersenang senang.
Cukup sudah biografi tentangku. Mari kita kembali ke situasi sekarang.
"Nama orang?" Gumamku.