Mohon tunggu...
Gustina Melliani
Gustina Melliani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Simple woman and feeling complete, determined to always be better, be meant for others, open mind, curious, communicative...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mogoklah, Jika Ingin Diperhatikan...

26 Juli 2012   07:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:36 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mogok itu biasa, banyak mogok dimana -mana, bisa sendirian, mogok satu akan mempengaruhi yang lain.   Tapi ada juga mogok yang beramai ramai, dengan kesadaran penuh, kebulatan tekad bersama.

Kegiatan seremoni juga mengiringi tekad dan semangat mogok produksi tahu dan tempe, yang digawangi oleh Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia, salah satunya seperti yang dilakukan di Lapangan Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (25/7) kemarin.  Tahu dan Tempe yang ditemukan dalam razia para inisiator mogok massal, dimusnahkan secara bersama-sama.

Tak berniat sama sekali menilai tentang mubazir makanan kecintaan masyarakat se Indonesia itu, pun juga tidak tertarik membahas kegiatan yang menuntut solidaritas dari para pedagang tahu untuk tidak produksi, yang berarti tidak menjual (walaupun penjual belum tentu adalah yang memproduksi apalagi pemilik pabrik tahu),  karena razia seperti itu jamak terjadi,  lihat saja kejadian mogok angkot yang sering kita tonton di televisi, ada razia terhadap rekan sopir angkot yg tidak solider, tetap operasi, saat sopir angkot yang lain mogok karena menuntut perubahan jalur misalnya.

Akan tetapi yang menarik adalah justru bahwa seperti telah tercipta suatu pola, bagaimana seharusnya kita, rakyat ini, mulai dari rakyat kecil, buruh dan "tukang tahu" bahkan "yang mulia", para hakim, menuntut perhatian dari pemerintahnya.  Jangan bicara dulu soal menuntut keadilan, karena sekadar perhatian saja sudahlah menjadi barang mewah.

Jika kita cermati, bagaimana pada bulan april lalu, saat para hakim menuntut pemenuhan hak - hak konstitusional mereka, dan mereka mengancam melakukan mogok sidang.  Alhamdulillah, akhirnya kekisruhan akibat ketiadaan sidang seantero negeri atas kekompakan mogok para hakim tidak terjadi.  Bahkan tuntutan mereka atas hak konstitusional mereka itu, yang salah satunya kenaikan gaji, telah dipenuhi, tahun depan gaji hakim akan naik, hakim tingkat pertama bergaji Rp 10,6 juta.

Tentu saja mogok yang paling membekas adalah mogoknya buruh, saat tujuh pintu tol bekasi ditutup oleh ribuan buruh yang menuntut keadilan, karena proses penetapan UMP yang tidak menguntungkan mereka. dan mogok buruh itu pun berakhir bahagia, pemerintah memenuhi tuntutan buruh atas kenaikan upah, dan membatalkan keputusan Gubernur Jawa Barat  sebelumnya.

Rasanya memang ingin membantah, tak perlu ikut merasakan efek mogok dari bapak bapak penghasil tahu tempe, dengan tak hadirnya tahu atau tempe di meja makan selama tiga hari ini.  Ingin membantah seperti halnya tak ingin mendengar cerita macet panjang akibat tutupnya beberapa pintu tol di bekasi.  Mestinya tak mesti sampai mogok sidang seperti yang disiarkan para hakim.  Akan tetapi mogok sudah terjadi, dan karena mogok saat ini jadi salah satu solusi untuk mengatasi terhambatnya komunikasi, antara rakyat, dengan pemerintah diatas sana.  Biarlah ikut berkorban, saat sebagian rakyat ingin mencari perhatian, cuma bisa mendoakan, semoga mogok ini tidak berpanjang panjang, karena kurang meriah meja makan tanpa tahu dan tempe, teman andalan dimeja makan.  Dan juga ikut mendoakan semoga mogok "Stop Tahu & Tempe" ini juga sama berakhir bahagia, seperti kisah para pendahulunya.  Aamiin.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun