Ketegangan di Gor Kementerian Agama Madiun tiba-tiba pecah ketika Isna Choiriayati disebut sebagai juara 2 lomba pidato. Mereka, yang terdiri dari guru pendamping dan Isna saling bersorak dan bertatap muka. Rasa tidak percaya terlihat dalam pandangan mereka. Tanpa alasan, persiapan yang singkat dan didukung peserta lain yang memuni tumbuh keraguan. Namun, keraguan itu sirna ketika namanya dinobatkan sebagai pemenang (Senin, 17/12).
"Sungguh luar biasa, saya tidak menyangkanya. Latihan keras selama beberapa hari hingga larut malam terbayar dengan baik, " ujar Maratus Sholihah selaku guru pendamping.
Perempuan yang biasa disapa Isna itu berkaca-kaca ketika dirinya memperoleh juara. Acara  yang dilaksanakan MGMP PAI se-Kabupaten Madiun merupakan perlombaan kedua baginya. Sebelumnya pernah mengikuti perlombaan yang sama, tetapi  belum mendapatkan hasil yang maksimal.
"Beberapa bulan lalu ikut perlombaan yang sama. Sayang masih harus belajar lagi," tuturnya.
Kemenangan tersebut begitu spesial mengingat Ia harus bersaing dengan puluhan peserta SMK se-Kabupaten Madiun. Terlebih, peserta lain sudah beberapa kali mengikuti perlombaan baik tingkat Kabupaten maupun Provinsi.
Penjiwaan maksimal dan didukung dengan ekspresi menjadi niai lebih. Selain itu, Ia juga mengangkat tema yang relevan dengan kehidupan muktahir ini. Tema yang segar dan menyadarkan, yang berkaitan dengan fenomena globalisasi. Masyarakat yang mulai terkikis sikap sosialis berganti invidualis, masyarakat yang mulai lupa akan kehidupan akhirat karena mengejar duniawi. Menariknya, Ia juga menyinggung tentang generasi muda ngehits, bukan ngehits kenakalan melainkan  memiliki prestasi untuk khidupan yang lebih baik.
Isna sebagai juara 2 Pidato putri, ternyata diikuti oleh Yuda Ali Rohman. Rekan sekelas yang juga mengikuti perlombaan yang sama, namun tingkatan putra. Ia berhasil membawa pulang medali sebagai juara 3. Yuda sapaan akhrabnya, terlihat begitu bergembira mendengar dirinya memenangkan perlombaan. Tanpa alasan, karena baru pertama kali mengikuti dan langsung menyebet juara.
"Meskipun belum pernah mengikuti, saya melihat Ia memiliki potensi," ujar Siti Komsatun sebagai guru pendampingnya.
Siswa yang duduk di kelas 10 itu membawakan tema yang selaras dengan Isna rekan sejawatnya. Namun, dikemas dengan bahasa dan inti berbeda. Yuda lebih menekankan pada sisi pemuda "Ashabul Khafi" pada zaman nabi dan dikaitkan pemuda zaman sekarang.
"Ashabul Khafi beramai-ramai berada dalam gua. Mereka berkumpul dan berkelompak atau zaman sekarang disebut sebagai komunitas. Pemuda sekarang sungguh baik memiliki banyak komunitas, namun harus berhaluan positif dan berlandaskan ketauhidan. Misalnya, komunitas belajar, komunitas sholawatan dan pengajian." Inti dari pidato tersebut relevan dengan kehidupan sekarang. Banyak anak muda yang terjerumus kemugkaran karena memiliki komunitas yang tidak jelas.
Kesempatan yang sama, Diyas Safitri yang mengikuti perlombaan MTQ juga meraih penghargaan membanggakan. Ia meraih juara harapan tiga dari puluhan peserta yang mengikuti. Kebahagiaan berlipat dirasakan siswa-siswi dan guru pendamping SMK MINHAJUT THULLAB Madiun itu. Mereka pulang dengan harapan baru, terus bergerak dan terus untuk belajar.