Mohon tunggu...
Gusti Kresna Wisnusiwi
Gusti Kresna Wisnusiwi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - ...still trying to find God in all things.

a 'canis'

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemuda Itu Generasi Stroberi (?)

25 April 2022   11:20 Diperbarui: 25 April 2022   11:29 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Teknologi berkembang sangat pesat di era modern sekarang ini. Banyak sekali produk yang dihasilkan, seperti gawai, laptop, dan lain sebagainya. Sebagian besar penduduk di seluruh dunia memanfaatkan teknologi dalam keseharian mereka, tak terkecuali para pemuda. Pemuda zaman ini sungguh dekat dengan teknologi, apapun bentuknya. 

Oleh karenanya, pemuda zaman ini disebut sebagai generasi stroberi. Mengapa? Seperti yang kita tahu, stroberi itu berwarna merah merona. Namun setelah dicabut atau dipanen, stroberi mudah sekali busuk. Inti dari analogi ini adalah bahwa pemuda zaman ini mudah keok, mudah terdistraksi, lembek, dan "mudah busuk" karena ketergantungan terhadap teknologi, terutama gawai. Hal itu menjadi keprihatinan kita bersama.

Bagi saya sebagai pemuda, sebutan itu memang layak disematkan kepada pemuda zaman ini. Saya sendiri merasakannya karena saya adalah seorang siswa sekolah asrama, di mana asrama saya ini tidak memperbolehkan siswanya untuk membawa alat elektronik apapun. Ketika berasrama, saya merasa bahwa ternyata saya sangat bergantung pada gawai. 

Awalnya sangat berat. Saya merasa bahwa saya adalah generasi stroberi saat itu. Begitu lemah tanpa gawai. Namun perlahan, diri saya dimampukan untuk dapat berdiri dengan kaki saya sendiri.

Kerapuhan pemuda masa kini juga karena faktor pendidikan yang mereka terima, entah di sekolah, di rumah, atau di masyarakat tempat mereka tinggal. Kebanyakan pemuda lebih memilih untuk membeli daripada menjaga. 

Misalnya mereka punya sebuah pensil yang harganya tidak lebih dari Rp3.000. Ketika hilang, karena rumangsa punya uang, mereka membeli yang baru. Pensil, hal sepele. Bukan soal kekayaan harta, melainkan nilai dari merawat, menghargai, dan menjaga sesuatu. 

Pemuda zaman ini mcukup manja. Ketika disuruh dolan rada adoh, sambat. Mungkin ini terjadi karena faktor orang tua yang memanjakan, dengan membelikan gawai di usia yang belum seharusnya, memberi semua yang diinginkan si anak, dan lain sebagainya. Sebenarnya hal itu memberikan pengaruh yang relatif buruk kepada si anak nantinya.

Maka sistem dalam mendidik anak ini sangat penting. Para orang tua bisa melakukannya dengan mengajari si anak untuk berjuang dulu baru mendapatkan. Contoh hal sederhananya adalah dengan diajarkan membersihkan rumah dengan rutin. Contoh itu bisa mendidik si anak untuk menjaga dan merawat tempat ia berada. 

Hal-hal sederhana lainnya bisa disesuaikan sesuai dengan masing-masing pribadi. Maka, saya mengajak para pemuda untuk berani keluar dari zona nyaman. Yakinlah bahwa dengan gerak keluar kita dari zona nyaman, diri kita akan terasah sehingga nantinya kita bisa menjadi pribadi yang tangguh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun