Tengah hari ini, Jumat (21/1/2011) Presiden Cina, Hu Jintao akan bertolak ke Beijing setelah empat hari berada di Amerika Serikat (AS) memenuhi undangan presiden Barrack Obama untuk membicarakan beberapa masalah penting mengenai hubungan AS dengan Cina yang semakin tegang belakangan ini. Apa hasil pertemuan itu? [caption id="attachment_86421" align="aligncenter" width="518" caption="Hu Jintao - Obama (sumber: talkradi01370am)"][/caption] Kontrak Senilai USD 45 Milyar Sementara presiden Hu Jintao dan Presiden Obama melakukan pertemuan tertutup hari rabu yang lalu, sekretariat negara AS yang mengatur pertemuan AS-Cina ini menyampaikan beberapa kesepakatan penting yang telah tercapai antara kedua negara. Diantaranya adalah persetujuan kontrak senilai 45 milyar dollar Amerika Serikat untuk export ke Cina. Kontrak tersebut diyakini akan dapat menyediakan sekitar 235,000 pekerjaan baru bagi masyarakat Amerika Serikat. Hak Asasi Manusia Ketidaksepahaman mengenai hak asasi manusia tetap tidak mencapai titik temu—termasuk perlakuan terhadap Liu Xiaobo (pemenang Nobel perdamaian yang masih dipenjarakan oleh pemerintah Cina). Kekonsistenan pemerintah Cina untuk tidak mau bekerjasama dalam bidang hak asasi manusia semakin terlihat ketika pemerintah Cina mensensor semua siaran televisi di asia—termasuk CNN dan televisi lainnya—selama kunjungan Hu Jintao di AS berlangsung, bahkan ketika presiden Hu berbicara mengenai hak asasi manusia. Protes anti-Cina di dekat gedung putih pun menjadi tidak tertangkap oleh siaran-siaran televisi di Asia. Politik dan Keamanan Di bidang politik dan keamanan, berkali-kali presiden Hu jintao menekankan bahwa negaranya tidak akan mencari hegemoni ataupun ekspansi dibidang politik. Cina tidak pernah ingin mendominasi dunia. Mengenai posisi Cina terhadap isu politik yang sensistif seperti Tibet dan Taiwan, presiden Hu Jintao mengatakan itu sebagai urusan teritorial dan integritas bangsa Cina sendiri, bukan urusan bangsa lain. Negeri Cina menganut paham sosialis yang dilandasi oleh hukum. Sehingga Hu Jintao berharap agar AS dan Cina bisa menjalin hubungan yang saling menghargai dengan kesetaraan hak. Ekonomi dan Perdagangan Meskipun dalam pidatonya presiden Obama mengatakan bahwa pertemuannya dengan Hu Jintao kali ini menjadi fondasi penting untuk hubungan AS-Cina hingga 30 tahun ke depan, banyak pengamat mengatakan tidak ada hasil yang signifikan selain kontrak 45 milyar tersebut. Dalam bidang perdagangan, presiden Obama mengatakan tetap ada ketimpangan: nilai mata uang Cina—Yuan, dibuat menjadi lebih rendah dari seharusnya oleh pemerintah Cina. Itu artinya, barang-barang hasil produksi Cina akan tetap dijual dengan harga murah. Itu berarti juga ekspor Cina ke AS akan tetap digenjot. Secara singkat: Selamat Pak Obama, Ibu Hillary dan kawan-kawan untuk kontraknya senilai $45 milyar. Ikut prihatin, ternyata Cina yang menganut paham sosialis seharusnya sangat menjunjung hak asasi manusia, tetapi kenyataannya tidak. Kami di Indonesia akan tetap kebanjiran produk Cina yang harganya murah (ditambah lagi dengan pembebasan bea masuk oleh pemerintah kami), semakin lama akan semakin mencekik para pengerajin kecil di negeri kami. (Via: The Telegraph, BBC, CNN, NYT)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H