Mohon tunggu...
Gusti Ayu Putu Reskiyanti
Gusti Ayu Putu Reskiyanti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Banyak inspirasi kebaikan yang ada disekeliling kita

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Rokok atau Calon Istri?

31 Oktober 2014   02:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:06 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Cerita ini berawal dari sepupu saya yang merupakan seorang perokok. Sepupu saya tersebut sudah berteman dengan rokok sejak ia masih duduk di bangku SMP. Ia mengaku awal mula ia merokok karena pengaruh dari teman-teman sebaya nya yang sudah merokok. Ia awalnya menolak untuk merokok, tetapi karena merasa tidak enak hati karena ditawari rokok terus menerus, maka ia pun mencobanya. Awalnya memang sedikit, tetapi lama kelamaan ia menjadi kecanduan dengan rokok. Bahkan orang tuanya pun sudah tidak bisa menghentikan perilaku merokoknya.

Pada suatu hari, saya pun bertanya kepada dia, “apa kah enaknya merokok?” Kemudian dia menjawab “susah di jelaskan, coba saja sendiri”. Lalu saya bertanya lagi, “bagaimana mi kalo calon istrimu nanti dia suruh ko berhenti merokok? Ko mau ji?” kemudian dia menjawab lagi “sa lebih pilih to rokok, lebih duluan sa kenal dengan rokok”. Perilaku yang sudah mendarah daging seperti ini memang sangat sulit untuk diubah. Karena tidak adanya keinginan dari orang tersebut untuk merubah perilakunya. Miris memang, mengingat bahwa rokok merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar di Indonesia. Pemerintahpun akhirnya jadi serba salah, untuk lebih mendahulukan perekonomian Negara atau menyehatkan rakyatnya.

Berbagai upaya memang sudah dilakukan untuk menekan meningkatnya jumlah perokok, salah satu program terbaru pemerintah adalah dengan memasukkan gambar “seram” akibat merokok, dan mengubah bentuk peringatan pada iklan rokok dengan kalimat “merokok membunuhmu” namun sepertinya hal itu tidak memiliki andil besar dalam mengubah paradigm dan perilaku masyarakat terhadap rokok. Justru sekarang, sudah banyak terdapat kasus-kasus di kehidupan sehari-hari, bahwasanya orang yang merokok bukan hanya dari kalangan orang dewasa, bahkan anak-anak sekolah mulai dari SMA, SMP, bahkan anak sekolah dasarpun sudah merokok. Salah satu dosen saya pernah mendapati seorang anak yang berumur kurang lebih 10 tahunan sedang asyik menghembuskan asap rokoknya di dalam angkutan kota. Untuk permasalahan anak usia sekolah yang merokok, pendidikan dari orang tua dan sekolah sangat penting untuk menanamkan perilaku anti rokok sejak dini. Peran serta dari pemerintahpun memberikan andil yang besar dalam menekan jumlah perokok di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun