" Mungkin jika dulu aku menyerah memperjuangkan cita citaku. Aku belum tentu bisa sampai dititik ini. Terima Kasih Tuhan"
        Langit menggelap dengan semburat jingga di ufuk barat. Angin bertiup pelan menggerakan rambut wanita itu. Suara burung burung yang sedang berlayar di atas sana menemaninya menyusuri jalanan kecil yang dipenuhi dengan bangunan bangunan yang sudah tua.
        Tidak lama ia sampai di jalanan yang sangat bising dan dipenuhi oleh bangunan bangunan yang menjulang tinggi serta cahaya yang bersinar dimana mana. Suara knalpot jalanan itu sangat menusuk indra pendengarannya. Namun dia tidak bisa berbuat apa apa, karena hanya itu satu satunya jalan yang mengarah pulang kerumahnya untuk beristirahat karena Ia baru saja pulang kerja.
Bangunan demi bangunan ia lewati sambil melirik lirik wajah orang orang disekelilingnya. Saat berada di persimpangan jalan, matanya mengarah pada seorang remaja cantik yang sedang duduk termenung di kursi di sisi jalanan itu. Entah mengapa hatinya mengajak untuk menghampiri anak tersebut. Lalu ia langsung berjalan mendatangi tempat itu.
        Ia langsung mendaratkan tangannya di pundak anak tersebut dan bertanya "Ade sedang apa sendirian disini?" suara yang sangat lembut berusaha ia lontarkan saat itu.
        Anak tersebut kaget mendengar suaranya " Tidak apa ka, hanya sedang mencari angin saja" jawab anak tersebut sambil tersenyum. Padahal saat itu, ia tau bahwa anak remaja itu sedang tidak baik baik saja.
        "Ohh begitu yaa. Eh iya, kenalin nama aku Anjani" sapanya sambil menjulurkan tangan kearah anak itu. Tidak lama kemudian  anak perempuan itu membalas juluran tangannya sambil berkata " Hai Ka Anjani, emm namaku Mila."
        " Tadi kaka liat dari ujung sana raut wajah kamu sangat sedih, kalo boleh kaka tau emang apa yang sedang terjadi dengan kamu? Apa kamu sedang ada masalah?" ucapnya berusaha mengetahui permasalahan yang sedang Mila hadapi. Namun Mila hanya terdiam mendengar pertanyaannya. Tidak lama Anjani langsung berkata " Emm sepertinya pertanyaan kaka ini sedikit tidak sopan yaa, kalau kamu tidak ingin menjawabnya tidak ap..." belum selesai Ia berbicara, Mila langsung berkata " Ehh enggak kok kaa sama sekali bukan begitu" ucapnya sambil menggerakan kepalanya ke kanan dan kekiri.
        "Sebenarnya aku sedang dalam permasalahan ka" jelasnya. Anjani pun kembali bertanya "Kalau boleh kaka tau memang apa masalah yang sedang terjadi? jika kamu ingin menceritakannya kaka bisa kok disini mendengarkan cerita kamu itupun jika kamu mau" tegas ku.
        " Jadi saat ini aku sedang merasa sangat kacau ka, karena keluargaku tidak mendukungku dalam ekstrakulikuler ku disekolah. Orang tuaku selalu marah jika aku latihan seni padahal aku sangat menyukai itu." Jelas Mila  padanya. Tidak lama kemudian air mata Mila mulai menetes.
        " Sudah sudah " ucap Anjani sambil menepuk nepuk pundak Mila.
        "Memang apa alasan orang tua kamu tidak mendukung kamu Mila?" Tanya Anjani.
        " Mereka tidak suka jika aku pulang petang dari sekolah" jawab Mila.
        " Sebenarnya Orang Tua mu khawatir denganmu Mila apalagi kamu seorang anak perempuan, pasti mereka tidak mau terjadi apa apa dengan mu jika kau pulang disaat hari sudah mula gelap." Jelas Anjani
        " Iya juga sih ka, cuman aku juga akan berusaha menjaga diriku, tapi menurut kaka apa itu tidak berlebihan?"kata Anjani.
        " Semua orang tua pasti seperti itu hanya saja caranya yang berbeda, jadi kamu harus lebih mengerti lagi apa yang sebenarnya orang tua mu rasakan. Dan kaka menyarankan jika kamu ingin didukung oleh orang tua mu, berikanlah mereka pemahaman lebih baik lagi  tentang hobbymu akan kesenian agar mereka juga bisa mulai berusaha untuk  memahami apa yang kamu sukai." Penjelasan Anjani.
        " Ohh... seperti itu yaa Ka, baiklah ka akan aku coba untuk melakukan hal yang Kaka sarankan tadi." Ucap Mila.
        Mulai dari percakapan ini mereka semakin asyik berbincang membahas hal hal lainnya. Tidak terasa waktu sudah menunjukan jam 8 malam. Saking asyiknya mereka berbincang, mereka sampai lupa waktu. Untung saja saat itu Anjani tidak sengaja melihat jam tangannya yang selalu menempel di pergelangannya. " Eh.... tidak terasa sekarang sudah jam 8 malam. Sebaiknya kamu cepat pulang Mila, orang tua mu pasti cemas." Ucap Anjani.
        " Masa sih ka, sepertinya kita baru setengah jam ngobrol begini tapi ternyata kita sudah mengobrol lama sekali yaa" jawab Mila.
        " Iya mungkin karena kita terlalu asik berbincang kita jadi lupa waktu. Oh iya, apa kamu perlu kaka antar kerumah?" Tanya Anjani menawarkan diri.
        " Tidak perlu Ka. Aku bisa kok sendiri lagian rumah ku juga tidak terlalu jauh dari sini. Mungkin aku akan sampai rumah 5 menit" Jelas Mila.
        "Baiklah kalau begitu" Jawab Anjani.
        Mereka berdua langsung berdiri dari tempat duduknya dan saling mengucapkan selamat tinggal. " Oke hati hati yaa, senang sekali Kaka bisa mendengarkan kamu bercerita seperti ini."
        " iya nih ka aku juga sangat senang sekali bisa bertemu dengan kaka, terimakasih ya Ka karena kaka sudah mau mendengarkan permasalahan ku dan kaka juga memberikan pemahamn baru untuk ku." Jawab Mila dengan ekspresi yang sangat bahagia
        " Oke kalau begitu, Daaa.... Sampai jumpa Ka " Ucap Mila sambil melambaikan tangan.
Anjani pun membalas lambaian Mila sambil berkata " Daaa....."
Dilihat nya Mila yang semakin tidak terlihat batang hidungnya. Anjani merasa senang karena bisa membuat Mila kembali ceria lagi. Akhirnya Mila melanjutkan lagi perjalan untuk pulang kerumah. Ditengah perjalan Anjani tiba tiba teringat dengan masa lalunya dulu. Saat itu Anjani juga pernah berada di posisi seperti Mila.
" Dulu aku juga sangat kacau saat berada di posisi seperti Mila" ucapanya dalam hati.
        " Kringg......Kringg......"
        Suara alarm berdering sangat kencang sampai sampai Anjani terbangun dari tidurnya yang sangat lelap. Jam berdering  menandakan bahwa hari sudah menunjukan pukul 5 pagi, dan Ia harus bergegas untuk mandi dan bersiap untuk kesekolah setelah libur kenaikan kelasnya telah usia . Hari ini adalah hari pertamanya dimana masuk sekolah. Anjani berada di kelas 12 dan sekaranf sudah semester 2.
        Namun sebelum berangkat kesekolah Anjani harus membantu Bundanya membereskan rumah dan menyiapkan makan untuk Ayah dan adik adiknya.
        " Pagi Bunda" sapa Anjani dengan nyawa yang masih setengah dan mata yang belum terbuka sempurna.
        " Pagi juga. Cuci muka dulu sana abis itu kamu harus mengambil pesenan Bunda ke warung" ucap Bunda sembari memotong motong sayuran.
        " Baiklah aku akan segera mencuci muka agar aku terlihat semakin cantik hahahaha..." gurau Anjani. " Oh iya uangnya sudah Bunda simpan diatas meja tamu" kata Bunda.
        Saat itu Anjani langsung bergegas untuk cuci muka dan langsung pergi ke warung untuk mengambil belanjaan yang Bundanya pesan. Setelah itu Anjani langsung pulang kembali dan mengerjakan tugas lainnya seperti menyapu dan mengepel lantai. Setelah selesai mngerjkan itu semua anjani langsung bergegas untuk mempersiapkan dirinya. Ia langsung mandi, berpakaian dan Ia menata masakan yang telah Bundanya masak. Pada hari itu Anjani tidak sempat membantu Bundanya memasak karena jam sudah menunjukan pukul 6 pagi. Setelah sarapan Anjani lansung berpamitan kepada kedua orang tuanya sebelum berakat kesekolah.
        "Ayah... Bunda... Anjani pamitnya. Doakan semoga Anjani nanti disekolah tidak mengantuk hahahaha" Kata Anjani sambil tertawa terbahak bahak dan bersalaman kepada kedua orang tuanya.
         Anjani pun berangakat kesekolah mengendarai sepeda motor dan ditempuh selama 30 menit. Sesampainya Ia disekolah, Anjani lansung masuk ke kelasnya dan berbincang melepas kangen dengan temannnya. Setelah pembelajaran disekolah selesai Anjani biasanya langsung pulang kerumahnya, tetapi jika ada kerja kelompok bersama teman teman nya  Anjani akan langsung menghubungi orang tua nya karena Ia akan pulang terlambat. Sesampainya dirumah anjani kembali membantu Bundanya membereskan rumah dan menyiapkan makan malam untuk keluarganya. Setelah makan malam anjani akan kembali mengerjakan tugas dari sekolah samapai jam 11 malam. Waktu tidur Anajani sanat teratur karena daridulu sudah terbiasa dijadwalkan oleh Ayah. Keluarga Anjani merupakan keluarga yang sangat disiplin karena memang Ayahnya adalah seorang abdi Negara yang selalu menerapkan kedisiplinan kepada anak anaknya dan juga istrinya. Maka dari itu, Anjani memang selalu patuh dengan peratuan yang ada di keluarganya, karena memang jika ada yang melanggar pasti akan terkena sanksi. Sanksi itu tidak hanya untuk aku ada adik adik ku, ayah juga bunda berhak mendapatkan sanksi jika mereka melanggar peraturan di rumah.
        Itulah kebiasaan Anjani setiap harinya. Iya selalu membantu kedua orang tuanya dan juga tidak lupa untuk tetap menjadi seorang pelajar yang berprestasi di sekolah. Karena Bundanya berpesan secantik cantik perempuan mereka juga harus berpendidikkan, sesukses suksesnya perempuan dia juga harus bisa mengelola rumah yang ia huni.
        Bulan demi bulan berlalu begitu cepat. Tiba saatnya Anjani harus mempersiapkan dirinya karena kelulusan sudah didepan mata. Ia harus mulai membuat keputusan apakah dia ingin kuliah? Apakah dia akan langsung kerja? Atau apakah dia harus mengambil kedinasan?
        Semua pertanyaan itu harus mulai Anjani temukan jawabannya. Sebenarnya Ia sudah membuat sebuah rincian lanngkah langkah apa saja yang harus Ia tempuh selama beberapa bulan kedepan, namun pandemi melanda negaranya. Semua rencana yang telah Ia susun seakan akan sudah ditiup angin dan berceceran dimana mana. Anjani mulai kebingungan " Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanyanya dalam hati.
        Pada bulan bulan itu semua pertanyaan pertanyan datang padanya, terus menghantuianya setiap hari. Semua anggota keluarganya mulai menghubungi dan terus bertanya " Anjani setelah lulus mau kemana?, Anjani mau masuk universitas mana?, Anjani mau mengambil jurusan apa?" semua pertanyaan itu terus menyiksa hati dan pikirannya.
         Sebenarnya Anjani ingin sekali menjadi seorang arsitek, namun Ia belum berani menjawab pertanya itu semua. Anjani takut dengan pendapat orang tentang dia kedepannya. Iya malu karena semua anggota keluarganya menginginkan agar Anjani masuk di jurusan yang berada di bidang kesehatan, namun didalam hatinya Anjani tidak bisa menyanggupi semua permintaan itu.
         Anjani terus memikirkan bagaimana cara dia agar bisa mengatakan itu semua. Ia bingung harus memulainya darimana. Namun terkadang Ia juga lupa untuk membicarakannya denga kedua orang tuanya. Saat ia siap, ada saja hal yang menghalangi jalannya.
        Hari mulai beranjak malam. Warna langit diluar sana indah sekali. Awan yang berwarna seperti kuning telur itu menandakan waktu untuk bersembahyang telah tiba. Sebelum menyiapkan makan malam Anjani beserta keluarganya bersembahyaang terlebih dahulu. Setelah persembahyangan selesai Anjani langsung ke dapur dengan Bundanya untuk mempersiapkan makan malam.
        " Wah menu malam hari ini enak sekali" ucap Ayahnya
        " Iya dong, lihat ada ayam goreng, tempe goreng, tumis kangkung, sambal" kata Bundanya
        " Siapa dulu dong yang masak. Kita chef ternama hahahaha" kata Anjani
Suasana dapur mendadak sangat ramai dengan ocehan ocehan anjani dengan kelurganya. Amkan malam pun sudah matang, anjani langsung menyiapkannya diruang tamu dan langsung memanggil adik adiknya untuk makan malam.
Setelah makan malam, Anjani mulai berniat untuk membicarakan masalah perkuliahan dengan kedua orang tuanya. Tapi dia merasa sangat gugup sekali.
"Ayah Bunda sebentar lagi pendaftaran perkuliahan akan dibuka melalu jalur SNMPTN" Ucap Anjani dengan perlahan.
" SNMPTN itu aapa? " Tanya Ayahnya
" SNMPTN itu jalur masuk kuliah dengan nilai rapot Yah." Jelas Anjani.
"Lalu kamu mau masuk kemana Kak?" Tanya Bundanya.
" Aku berencana untuk masuk ke jurusan teknik arsitektur di Universitas Udayana atau Universitas Pendidikan Indonesia" ucapnya menjelaskan pada kedua orang tuanya.
"Kamu yakin akan masuk kesana?" Tanya ayahnya
" Aku sebenarnya masih ragu Yah, cuman setelah aku pikir pikir sepertinya minat dan bakat ku ada di jurusan itu."
Tiba tiba handphone ayahnya berdering, dan dilihatnya Handphone itu oleh Anjani. Ternyata yang menelpon Kakeknya yang di Jakarta dan Ia lagsung menerima panggilan tersebut.
"Halo" Sapa Kakek dari sana
"Halo Kek, Apa kabar?" Sambut Anjani dengan tersenyum riang.
"Kaka sedang apa?" Tanya Kakek
" Anjani baru saja selesai makan malam Kek, kalau kakek sedang Apa?" ucap Anjani
" Kakek baru saja pulang kerja. Oh iya jadi mau kuliah dimana Kaka?" Tanya Kakek
Seketika aku terdiam. Mendengar pertanyaan Kakek tadi membuat aku seperti tertusuk jarum jarum. Namun aku memberanikan diri untuk menjawabnya. " Anjani mau kuliah di UPI kek jurusan arsitektur"
"Loh kok ngambil arsitektur, Kakek kan sudah pernah bilang. Kamu tuh perempuan mendng kamu ambil jurusan dibidang kesehatan" ucap kakek terkaget dan berbicara dengan nada yang mulai meninggi.
" Emm iya kek, soalnya Anjani merasa bahwa minat dan bakat Anjani kearah sana bukan ke bidang kesehatan Kek" tegas Anjani.
"Ya sudahlah. Terserah kamu saja yang penting Kakek sudah memberikan masukan didengar yaaa syukur gak didengar ya sudah"Ucap Kake dengan ekspresi sedikit marah.
Tidak lama Kake langsung menutup telfonnya. Saat itu Anjani merasa kalo Kakek tidak suka jika dia memilih arsitektur. Lalu Anjani melanjutkan obrolannya dengan Ayah dan Bundanya.
" Apakah Ayah dan Bunda tidak mengijinkan aku juga seperti Kakek?"
"Sebenarnya Bunda juga menginginkan kalau kamu masuk kuliah dibidang kesehatan" kata Bunda.
"tapi itu tergantung pada kamu juga karena kamu yang menjalaninya nanti" lanjut Ayah.
" Baiklah akan aku pertimbangkan lagi" jelas Anjani.
Hari demi hari Anjani jalani dengan rasa yang sangat terbebabni. Ia terus memikirkan respon kakeknya pada malam itu. Namun Anjani tetap bertekad untuk masuk jurusan arsitektur. Ia terus memberi pemaham kepada Ayah dan Bundanya.
Semakin hari semakin banyak anggota keluarga yang mendesaknya untuk terus berganti jurusan tetapi hati kecil terus berkata bahwa jurusan arsitektur yang Anjani pilih memang berdasarkan minat dan bakatnya, prospek kerja kedepannya juga tidak kalah bagus dari jurusan kesehatan.
Sebenarnya kedua orang tuanya membebaskan Anjani untuk memilih pilihannya sendiri, namu yang masih menjadi beban adalah respon anggota keluarga lainnya.
"Ka jika memang itu keputusan kamu, lebih baik kamu laksanakan saja. Jangan dengarkan respon orang orang. Kamu hanya harus membuktikannya pada mereka semua." Ucap Bunda ku saat itu
Mendengar perkataan itu terlontar dari Bundanya. Akhirnya Anjani pun tidak menyerah dan langsung mendaftarkan diri ke universita dan jurusan pilihannya. Setelah mendaftarakan diri Anjani hanya tinggal menunggu hasilnya keluar selam 1 bulan lamanya.
Satu bulan telah berlalu....
Tiba saatnya hasil pengumuman snmptn akan segera diresmikan. Saat itu pukul 3 sore hari cuaca sangat cerah, langit biru dengan semburat awan awan yang sangat indah. Pengumuman hasil snmptn akan dikeluarkan setengah jam lagi. Jantung Anjani berdegup sangat kencang, Ia sangat gugup menunggu hasilnya keluar.
Setengah jam pun berlalu. Akhirnya tiba waktunya Anjani untuk mengecek hasilnya. Ayah dan Bunda juga ikut serta menunggu hasil pengumuman itu keluar.
Dibukanya laman situs tersebut . Lalu Anjani mengetik username dan passwordnya. Tanda loading masih berputar Anjani tidak kuasa melihatnya, makanya Ia menutup kedua matanya dengan telapak tangannya sambil mengintip intip layar laptop yang ada didepannya.
" Kaa lihat hasilnya sudah keluar" terdengar suara Bunda sangat bahagia
"Hasilnya apa bun?" Tanya Anjani yang masih menutup kedua matanya.
" Cepat buka saja matamu" lanjut Ayah
Saat Anjani membuka matanya. Ia melihat tanda hijau dengan tulisan diterima di layar laptopnya sudah terpampang. Saat itu Anjani terdiam sejenak, dengan perasaan tidak menyangka dan terheran heran.
"AAAAAAAAAA.... Apakah ini aku benar benar diterimaa?" teriak ku sangat kencang namun dengan mata yang berkaca kacakarena sangat bahagia melihat hasilnya.
" Iya apa kamu tidak melihat nya " Ucap ayah sambil tertawa.
Dalam hati Anjani berkata "Akhirnya jalan ku terbuka, aku akan membuktika kepada semua orang bahwa aku bisa sukses dengan keputusanku ini"
" Terimaksih Tuhann Terimaksih karena kau sudah mebantuku menuju kesuksesan" ucap rasa syukur Anjani
"Ayah Bunda terimaksih juga karena sudah mendukungku walaupun kakek dan anggota keluarga yang lain tidak setuju" ucap Anjani sambil memeluk ayah dan bundanya.
Ayah dan bunda membalas pelukan anjani sampil menepuk nepuk punggungnya dengan halus.
" Nah kamu sekarang harus lebih berusaha lagi, patahkan semua omongan orang orang diluar sana" Ucap bunda
" Siap Komandan" balas Anjani sambil hormat kepada orang tuanya.
Selama menjadi mahasiswa Anjani termasuk orang yang rajin dan cerdas. Banyak dosen yang sangat suka dengan kepribadian dan hasil tugas Anjani. Ternyata kuliah tidak semudah yang Ia bayangkan dahulu. Lama waktunya sampai Anjani mulai bisa terbiasa dengan kehidupan perkuliahan. Banyak lika liku yang Ia hadapi selama dia kuliah. Namun Anjani tetap berpegang dengan perkataan Bundanya dulu untul tetap semangat dan Anjani harus buktikan bahwa keputusannya dahulu akan membuatnya menjadi orang sukses. Taun demi tahun berlalu, tugas tugas yang ada juga satu persatu sudah usia. Tiba saatnya Anjani di tahap pembuatan skripsi dan siding kelulusan.
Anjani berusaha terus merusan sampai skripsinya sempurna. Ia sering sekali menghubungi dosen pembimbingnya. Sidang demi sidang pun sudah Anjani laksanakan.
Tiba saatnya perayaan hari kelulusan. Saat itu nama Anjani disebut beserta gelarnya dan Ia berhasil mendapatkan cumlaude karena IPK nya termasuk kedalam nilai yang hampir sempurna diantara teman temannya yang lain. Anjani melihat ekspresi kedua orang tuanya terlihat sangat bahagia.
" Ayah Bunda.... Anjani berhasil lulus" ucap Anjani dengan nada yang sangat bahagia.
" Iya... Ayah dan Bunda bangga sekali denganmu" ucap Bunda membalas perkataanku.
Setelah kelulusanya Anjani berhasil mendapatkan banyak simpati dari beberapa anggota keluarganya yang awalnya menanggap remeh cita citanya. Tidak hanya dari keluarga Anjani juga mendapat banya hadiah dan ucapan selamat atas kelulusannya dari teman teman nya. Namun Kakek masih saja tidak suka dengan ku. Tapi tidak apa Anjani akan terus berusaha sampai Kakeknya mengerti.
Tidak lama dari hari kelulusannya, Anjani langsung menerima penawaran dari salah satu perusahaan swasta ternama di Indonesia. Iya mendapatkan gaji yang cukup besar disana. Anjani merasa Tuhan sangat baik sekali kepadanya. Namun Anjani harus tetap bersyukur karena semua itu adalah berkat dari Tuhan.
Setelah bertemu Mila, Anjani teringat dengan semua ceritanya dulu. Sekarang hati Kakek sudah luluh. Hubungan Anjani dengan Kakeknya juga semakin baik. Ia berfikir, mungkin jika dulu aku mendengarkan permintaan Kakek aku belum tentu bisa sesukses ini. Di umurunya yang masih 20-an Anjani sudah bisa memberikan satu rumah yang cukup mewah untuk kedua orang tuanya dan adik adiknya. Karirnya pun semakin meningkat dari tahun ketahun. Memang berkat Tuhan dan doa orang tua membawaku kepada kesuksesan. Tidak sia sia Ayahnya mendidik Anjani dengan sangat disiplin dan tertata, tidak sia sia Bundanya mengajarkan Anjani mengelola rumah. Semua pelajaran itu terasa berharga sekali saat Anjani sedang berada jauh dari rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H