Mohon tunggu...
Gustiar Afif
Gustiar Afif Mohon Tunggu... -

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Gubuk di Atas Ladang Emas

3 April 2012   22:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:04 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir – akhir ini, kita sering mendengar tentang konflik yang terjadi di Papua dan Papua barat. Lelah kita mendengar pemberitaan media masa yang selalu membicarakan masalah ini. Dan sepertinya pemerintah yang selaku penanggung jawab dengan apa yang terjadi di negri ini terkesan pasif menangani kasus yang bila dibiarkan akan menjadikan provinsi Papua akan berubah status menjadi Negara Kesatuan Republik Papua, sangat disayangngkan bila ini sampai terjadi. Karena dulu kita juga pernah kehilangan sebuah Provinsi yang memerdekakan diri.

Jika kita tilik kebelakang kenapa peristiwa ini terjadi, itu tidak lepas dari ketidakpuasan masyarakat terhadap pembangunan di wilayah mereka yang terkesan statis, tidak ada perubahan sama sekali. Menurut data statistik, hanya 50% jalan di Papua yang BERASPAL, 75% penduduknya BUTA HURUF, dan 37% berada di garis KEMISKINAN. Situasi yang sangat ironis, karena Papua berada diatas ladang emas dan logam – logam yang sangat berharga. Emas yang menurut seorang jurnalis dari inggris, emas inilah yang berhasil membangun Amerika Serikat menjadi negara yang sangat maju melalui PT. Freeport.

PT. Freeport berhasil menguasai emas di Papua sejak 1961 dan rencananya akan berakhir pada 2041. Impossible, bisa dibayangkan batapa semakin kayanya Amerika Serikat selama 30 tahun kedepan, dan bisa dibayangkan apa yang akan terjadi dengan Indonesia selama 30 tahun kedepan bila ini akan terus berlanjut. Dalam kontrak yang terjadi Indonesia hanya berhak menikmaati 1,5 – 3% hasil logam dan hanya 1% hasil exploitasi emas. Sisanya, lebih dari 95% dinikmati oleh Amerika Serikat. Jika dalam satu tahun bisa menghasilkan lebih dari $ 1 milyar, tidak heran jika sekarang Amerika menjadi negara maju. Menurut jurnalistik inggris, hasil emas Papua menjadi tonggak awal majunya Negara Amerika setelah Perang Dunia II. Bayangkan bila semua hasil logam dan emas atau paling tidak kita bisa menikmati 50% dari hasil itu, mungkin Indonesia akan sejajar dengan negara – negara maju semacam Amerika, German, dll.

Inilah perbedaan sistem berfikir dari masyarakat Indonesia dibanding dengan Amerika atau negara – negara lain yang telah maju.Kita harus mulai merubah sistem berfikir kita yang hanya bereaksi ketika semua sudah terlambat untuk kita bereaksi. Bebeda dengan Amerika yang sudah bereaksi sebelum semua dimulai. Amerika sudah mencari keunggulan apa saja yang ada di negaranya untuk dimanfaatkan, dan mencari apa saja yang kurang untuk dicarikan di negara lain saat negara lain tidak mengetahuai apa saja yang ada di negaranya sendiri. Itu yang terjadi pada negara kita tercinta ini. Kita tidak tahu apa saja potensi yang dimiliki negara kita dan parahnya lagi kita tidak mau tau apa ada potensi yang ada di negara ini. Pemerintah yang seharusnya tahu potensi negara ini seakan – akan membiarkan potensi itu, tanpa ada niat untuk memmanfaatkan potensi yang ada. Namun ketika potensi itu di ambil oleh negara lain atau diklaim oleh negara lain, masyarakat bereaksi keras dengan apa yang terjadi. Sebuah pertanyaan muncul seketika itu dalam benak saya,”Mengapa masyarakat kita baru bereaksi bereaksi ketika sesuatu yang kita miliki di ambil orang lain?? apakah tidak lebih bijak sebelum diambil orang lain kita maanfaatkan itu semua lebih dahulu”. Dalam pandangan saya ketika Malaysia mengklaim batik, lagu Rasa Sayange,dll atau emas Papua yang dinikmati oleh Amerika itu bukan sepenuhnya Malaysia atau Amerika bisa disalahkan atau dihujat, itu juga tak lepas dari kesalahan kita yang lalai akan apa yang sebernarnya kita miliki.

Disinilah tugas kita para pemuda untuk mencari potensi yang ada di negara kita tercinta ini. Dimulai dari potensi yang ada di wilayah kita masing – masing dan kita mulai menjaga atau lebih baik kalau kita memanfaatkanya. Untuk Pemerintah akan lebih bijak kalau bisa melakukan peninjauan kembali atas kontarak kerjasama dengan PT. Freeport atau dengan pengeksploitasi SDA yang ada di Indonesia agar sama – sama menguntungkan kedua belah pihak. Bertindak cepat untuk menyelesaikan konflik yang ada di Papua dengan berdialog khusus dengan masyarakat Papua yang ingin wilayahnya agar tidak menjadi daerah yang tertinggal. Mempercepat pembangunan dan menyelenggarakan otonomi khusus dengan tepat. Dan lebih elok lagi apabila untuk beberapa saat, bapak Presiden juga mau untuk sementara tinggal di Papua, dan merasakan sendiri apa yang terjadi di sana. Bukan hanya menyurus informan – informanya yang kadang salah dengan informasi yang di dapatnya.

Ada suatu anekdot, ketika tuhan berbincang – bincang dengan malaikatnya.

“Tuhan bukankah engkau selalu menciptakan keseimbangan dengan apa yang kau ciptakan, ada yang baik pasti ada yang buruk,ada yang lebih ada juga yang kurang??”Malaikat bertanya

“Iya, Aku akan selalu menciptakan keseimbangan”Tuhanpun menjawab dengan heran

“Tapi kenapa Anda menciptakan wilayah Indonesia dengan adanya tambang emas, hutan yang hijau, tanah yang subur, semuanya kelebihan berada disana”

Dengan tertawa Tuhan menjawab ”Haha, memamg aku menciptakan semua yang luar biasa di wilayah indonesia, tapi tunggu sampai Aku menaruh orang – orang blo'on untuk mengurusi Indonesia”.

Ada juga statemen dari seorang peneliti inggris “ Negara yang kaya akan sumber daya alam akan lebih miskin di banding dengan negara yang tak punya apa – apa”. Namun saya pribadi masih sangat optimis dengan bangsa ini. Sejelek – jeleknya negeri ini tetep negeri kita. Kita harus bersatu demi martabat dan kemajuan sebuah nama, yaitu : Negara Kesatua Republik Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun