Mohon tunggu...
Gusti Swastika
Gusti Swastika Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat tulisan-tulisan ringan yang menginspirasi

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kecurangan PPDB: Masalah Klasik yang Terus Menghantui Pendidikan Kita

28 Juni 2024   08:04 Diperbarui: 28 Juni 2024   08:46 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu pagi seorang ibu berdiri di depan sebuah sekolah negeri favorit di Jakarta dengan wajah penuh harap dan cemas. Nama anaknya sudah masuk dalam daftar calon siswa, namun kabar terbaru menyebutkan ada indikasi kecurangan dalam PPDB tahun ini. Lagi. Suara ibu-ibu lain yang saling berbagi cerita tentang perjuangan mereka mendapatkan tempat di sekolah negeri terbaik semakin memperkuat perasaan frustrasinya.

"Kenapa sih, tiap tahun masalah ini selalu ada?" tanya seorang ibu dengan nada marah. "Ini nggak adil! Anak saya pinter, tapi kalah sama yang main curang!"

Kecurangan PPDB memang selalu jadi topik panas setiap tahun. Kita semua tahu, persaingan untuk mendapatkan tempat di sekolah negeri favorit sangat ketat. Tapi kenapa sih, selalu ada yang main curang?

Jumlah Sekolah Negeri yang Terbatas
Mari kita mulai dengan fakta pertama: jumlah sekolah negeri yang terbatas. Di kota-kota besar, jumlah calon siswa yang mendaftar ke sekolah negeri jauh melebihi kapasitas yang tersedia. Bayangkan saja, satu sekolah hanya mampu menampung 300 siswa baru, sementara yang mendaftar bisa mencapai ribuan. Jelas, ini menciptakan tekanan yang luar biasa.

Ketika tempat duduk di sekolah negeri yang dianggap berkualitas tinggi sangat terbatas, orang tua dan siswa yang putus asa kadang mencari jalan pintas. Beberapa dari mereka mungkin berusaha memanipulasi data zonasi, atau bahkan membeli "jalan masuk" melalui oknum-oknum tak bertanggung jawab. Ya, begitu parahnya sampai ada yang rela merogoh kocek dalam-dalam demi sebuah bangku sekolah negeri.


Daya Tampung yang Terbatas
Selain jumlah sekolah yang kurang, daya tampung setiap sekolah negeri juga menjadi masalah besar. Sekolah negeri di daerah perkotaan biasanya memiliki kapasitas yang sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah pendaftar. Misalnya, sebuah SMP negeri favorit mungkin hanya bisa menerima 200 siswa baru, padahal yang mendaftar bisa lebih dari 1000 siswa. Rasio ini jelas tidak sehat dan mendorong terjadinya kecurangan.

Keterbatasan daya tampung ini mengakibatkan persaingan yang sangat ketat, dan ketika persaingan menjadi terlalu keras, kecurangan pun sering kali terjadi. Beberapa orang tua merasa terpaksa mencari jalan pintas agar anak mereka bisa diterima di sekolah yang diinginkan. Padahal, ini hanya memperburuk masalah yang sudah ada.

Kualitas Sekolah yang Tidak Merata
Kualitas sekolah negeri yang tidak merata juga menjadi penyebab utama kecurangan dalam PPDB. Sekolah-sekolah negeri yang berkualitas tinggi biasanya terkonsentrasi di daerah tertentu, sementara di daerah lain, kualitas sekolah mungkin tertinggal. Akibatnya, sekolah-sekolah favorit menjadi incaran utama para orang tua yang ingin memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka.

Ketimpangan ini menciptakan sebuah "lomba" yang tidak sehat. Orang tua berlomba-lomba agar anak mereka bisa masuk ke sekolah favorit, menggunakan berbagai cara, termasuk yang tidak jujur. Sekolah-sekolah yang tidak favorit pun akhirnya tidak diminati, meskipun mereka juga berusaha keras untuk meningkatkan kualitas.

Teknologi dan Pengawasan yang Belum Optimal
Teknologi seharusnya bisa menjadi solusi untuk mengurangi kecurangan, namun sayangnya, sistem yang ada saat ini belum sepenuhnya optimal. Kurangnya pengawasan yang ketat serta sistem teknologi yang belum sepenuhnya transparan dan aman dapat membuka celah bagi berbagai bentuk kecurangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun