“Pikiranmu kok kotor terus sih, mas”...
“Segala sesuatu hampir selalu dihubungkan dengan hal-hal “gituan”...
Begitu kalimat yang keluar dari mulut seorang sahabat yang dekat dengan saya.
Saya tertegun. “Apa iya, pikiran saya sudah sejorok itu ???”. Saya sendiri merasa apa yang saya omongkan itu adalah hal yang biasa, hal yang wajar. Tidak perlu ditanggapi secara berlebihan. Sebagai orang yang beranjak dewasa ( jasmani ya...rohani ??? ...hehehe ) kita seharusnya menerima itu sebagai bagian dari perjalanan hidup. Itu sih menurut saya. Tidak tahu menurut sahabat itu, atau teman-teman yang sempat membaca tulisan ini.
Mengapa saya anggap itu hal yang wajar ???
Menurut saya, kita tidak boleh terkungkung pada sesuatu yang kita anggap baik saja. Kita tidak boleh membatasi diri kita, membatasi pergaulan kita, membatasi pengetahuan kita, membatasi apa yang ingin kita pelajari, apa yang ingin kita baca, pada hal-hal yang “positif” saja. Selama masih ada kebebasan, kita harus meng”eksploitasi” segala sesuatu sesuai dengan kemampuan kita. Kita juga perlu belajar hal-hal yang menurut saya “negatif”. Belajar “Negatif” di sini tentu yang nantinya berimplikasi positif pada hidup kita.
Sebuah contoh sederhana, kita perlu belajar bagaimana cara maling sepeda motor bisa merusak kunci dan kemudian membawa lari sepeda motor korbannya. Tentu setelah belajar ini, tidak serta-merta kita manjadi maling sepeda motor kan ???. Tapi setelah belajar ini, kita tahu dan bisa semakin waspada untuk semakin hati-hati mengamankan dan mengunci sepeda motor yang kita miliki.
Internet. Dunia yang menawarkan kebebasan tanpa batas. Dunia dimana hampir segala susuatu, baik positif maupun negatif ada di situ. Apakah karena ada sisi negatifnya, maka kita tidak boleh menggunakannya. Tidak kan ??? Bisa dibayangkan sekarang, bagaimana keadaan kita tanpa kehadiran internet dalam hidup kita.
Hal-hal lain juga seperti itu. Membaca buku salah satunya. Saya yakin banyak buku yang mengajarkan hal-hal yang tidak benar. Banyak juga yang bisa menyesatkan. Apakah kita tidak boleh baca buku-buku seperti itu ??? Menurut saya boleh saja. Justru dengan membaca buku-buku seperti itu, kita bisa mengerti bahwa pikiran manusia itu ternyata sangat kaya. Kita bisa punya banyak perspektif dalam berpikir. Kita punya banyak pilihan dalam menjalani hidup. Kita bisa menilai orang dengan lebih jujur karena kekayaan perspektif yang kita miliki. Tidak hanya punya satu prospektif “positif” saja . Yang akibatnya bisa membuat kita menghakimi orang lain karena kita tidak bisa melihat mereka dari sisi perspektif yang berbeda.
Walaupun akhirnya ada satu hal yang akhirnya membatasi kita. Moral. Ya, moral, itulah yang menjadi tembok pembatas kita.
Kembali pada “pikiran kotor” tadi. Saya akui moral saya miliki belum bisa menjadi pembatas bagi apa yang saya lakukan. Saya masih cepat terpengaruh dengan apa yang saya pelajari, apa yang saya baca, dan apa yang saya lihat. Saya masih sering jatuh. Itulah mungkin sebabnya masih banyak kata-kata yang keluar dari mulut saya yang dikategorikan pikiran kotor oleh sahabat saya.
Saya belum bisa memilih mana pelajaran yang harus saya ambil dan mana yang harus saya buang. Saya masih perlu banyak belajar untuk bisa sampai pada tahap yang demikian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H