Mohon tunggu...
Agustinus Tandi Lambi
Agustinus Tandi Lambi Mohon Tunggu... -

aku pemuda berusia 28 tahun, senang menulis. Tema tulisan bisa macam-macam. Pokonya menulis yang lagi pingin ditulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dimana Letak Kedisiplinan Kita ???

16 November 2009   22:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:19 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin sudah terlalu banyak tulisan yang menceritakan betapa buruknya tingkat kedisplinan masyarakat. Juga sudah tidak terhitung jumlah musibah, jumlah kecelakaan yang terjadi akibat kecerobohan melanggar aturan yang ada. Musibah itu tidak hanya menghancurkan banyak material tapi juga merenggut nyawa manusia.

Tapi entah kenapa musibah-musibah itu tidak membuat kita sadar, tidak membuat kita takut untuk kembali melanggar aturan.Kita hanya takut kalau ada petugas yang mengawasi kita. Kita malah tidak takut akan ancaman bahaya yang bisa membahayakan nyawa kita.

Kemarin waktu saya lagi jalan-jalan keliling, kebetulan saya melewati perlintasan kereta api. Kebetulan itu pula ada kereta api yang akan melintas. Maka petugas perlintasan kereta api segera membunyikan sirine dan menurunkan kayu palang perlintasan pertanda bahwa kereta api sebentar lagi akan melintas.

Tapi apa yang saya lihat ???. Sangat-sangat memprihatinkan. Sangat miris melihat orang-orang seperti itu. Walaupun kayu palang perlintasan sudah ada masih ada saja pengendara yang nekad menerobos rel kereta api tersebut. Saya tidak tahu apa yang berada dalam pikiran mereka. Mereka sepertinya tidak takut akan keselamatan nyawa mereka. Ataukah karena mereka ingin disebut sebagai orang-orang yang berani ???. Kalau benar demikian, kasihan sekali mereka.

Memang kondisi saat itu sangat panas. Ditambah asap kendaraan yang begitu banyak sehingga membuat kitasulit bernafas. Tapi apakah karena itu, kita “berani” menukar nyawa kita dengan kematian. Tidak itu saja, selain membahayakan diri sendiri, juga membawa masalah bagi petugas perlintasan yang berjaga saat itu. Pasti mereka juga akan diperiksa kalau ada musibah terjadi di tempat mereka bertugas. Padahal gaji mereka tidak seberapa. Tidak sebanding dengan resiko yang mereka tanggung. Dan susahnya lagi, resiko itu kadang-kadang bukan kesalahan mereka, tapi kesalahan pengendara yang nekad menerobos perlintasan kereta yang sudah tertutup. Di mana letak kedispilinan kita ???

Memang diakui bahwa fasilitas pengaman perlintasan kereta api yang ada saat ini tidak memadai dari segi keselamatan. Juga rel kereta api yang melintas di jalan umum yang sangat ramai, juga sangat jauh dari standar keselamatan. Idealnya rel kereta api yang tidak ada yang melintas di atas jalan umum. Tapi itulah kondisi negara kita.

Pemerintah lebih menjaga keselamatan para pejabat, bahkan koruptor sekalipun. Contohnya kasus Bank Century. Pemerintah berani mengeluarkan uang 6,7 triliun sebagai dana talangan Bank Century daripada mengeluarkan uang menjaga keselamatan rakyatnya. Bayangkan kalau uang sebanyak itu dipakai membangun infrastruktur jalandan kereta api. Mungkin kita tidak akan pernah lagi melihat pengendara antri di depan perlintasan kereta api. Kita tidak akan pernah lagi membaca dan mendengar orang meninggal karena tertabrak kereta api. Mungkin kita akan melihat, kereta api berjalan melayang di atas kepala kita, atau mungkin kita tidak lihat sama sekali karena relnya ada di bawah tanah.

Tapi itu cumalah bayang-bayang. Entah kapan bisa terpenuhi. Yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah berusaha untuk mencoba mendisiplinkan diri sendiri. Sekaligus berdoa agar pemerintah lebih memperhatikan keselamatan rakyatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun