[caption id="attachment_156350" align="aligncenter" width="632" caption="(ilust the concordian.org)"][/caption]
Anda mungkin sudah mafhum dengan apa yang dimaksud dengan toilet training. Dia adalah salah satu peristiwa istimewa dalam proses tumbuh-kembang seorang bayi di samping proses belajar berjalan dan belajar berbicara, yaitu melatih kebiasaan untuk buang air besar maupun kecil di toilet. Kalau selama ini pee dan poo dilakukan di celana popok (diaper), maka menjelang usia dua tahun dia harus mulai diajar untuk menggunakan toilet. Yang unik, kata untuk menyatakan ingin berhajat ini menggunakan istilah go dalam bahasa Inggris. Jadi kalau seseorang ingin berhajat, maka dia akan mengatakan I have to go.
Kebetulan saya sedang membaca fiksi jempolan ‘The Help’ karya pengarang Kathryn Stockett. Buku yang menjadi bestseller berbulan-bulan lamanya, mengisahkan tentang pembantu (the help) kulit hitam yang sangat didiskriminasi pada suatu kurun masa di Amerika Serikat. Mereka dianggap kotor dan bisa menyebarkan penyakit, sehingga untuk kamar mandinya pun dibuatkan tersendiri dan jauh terpisah dari rumah induk. Di sini dilukiskan pekerjaan seorang pembantu bernama Aibileen yang diserahi tugas untuk mengasuh seorang bayi perempuan bernama Mae Mobley. Saya cuplikkan sepenggal dari novel ini yang amat menarik dan humoris dari pengalaman sang pengasuh ini mengajarkan toilet training kepada Mae Mobley yang sering juga disapanya dengan ‘Baby Girl’. Saya tuliskan terlebih dahulu sadurannya dan setelah itu saya lampirkan pula naskah aslinya. Tujuannya agar Anda yang lebih sreg dengan bahasa Inggris dapat meresapinya. Selamat menikmati cuplikan ini.
Pekan-pekan berikutnya adalah masa yang amat penting untuk Mae Mobley. Coba Anda pikir-pikir, barangkali Anda sudah tak ingat lagi pertama kali Anda pipis di atas toilet di kamar mandi dan bukan pipis di popok. Kemungkinan Anda juga tak pernah mengenang jasa orang yang mengajari Anda. Belum pernah ada seorang bayi pun yang pernah saya rawat datang kepada saya dan berkata, Aibileen, wah aku sungguh-sungguh berterima kasih padamu karena sudah menunjukkan padaku cara pipis di toilet.
Ini memang gampang-gampang susah. Anda harus berusaha dan menyuruh si bayi pipis di toilet sebelum tiba saatnya dan hal ini akan membuat dia uring-uringan. Dia akan kesulitan menerima pelajaran ini dan merasa dirinya belum cakap. Namun bagi Baby Girl, kutahu dia sudah siap. Dan ia pun tahu dirinya sudah siap. Asalkan saja, dia tidak merepotkan aku dengan tingkahnya. Aku meletakkannya di atas dudukan bayi dari kayu supaya pantatnya yang kecil tidak kejeblos dan baru saja aku berpaling, dia sudah turun dan lari kabur dari toilet.
”Kamu harus pipis, Mae Mobley.”
”Enggak.”
”Kamu sudah minum dua gelas jus anggur, jadi kamu harus pipis.”
”Enggaaaak.”
”Entar dikasih kue kalau kamu pipis.”
Kami saling berpandangan sesaat. Dia mulai memandang ke arah pintu. Tapi aku tak mendengar apa-apa. Biasanya, aku berhasil mengajari pipis yang benar dalam waktu dua minggu. Namun itu kalau ibunya membantu aku. Bocah laki-laki harus melihat papanya pipis dengan gaya berdiri, bocah perempuanharus melihat mamanya dengan gaya jongkok. Tapi Nyonya Leefolt pantang mengijinkan bayi gadisnya mendekat kalau dia sedang pipis, dan di situlah kesulitannya.
”Pipis sedikit aja buat bibi, ya.”
Dia memonyongkan bibirnya dan menggelengkan kepala.
Nyonya Leefold sedang keluar untuk merias rambutnya, kalau tidak aku pasti akan minta kepadanya untuk memberi contoh sekalipun wanita ini sudah mengatakan tidak lima kali. Terakhir kali dia berkata tidak, aku mencoba meyakinkan sudah berapa banyak anak yang telah kuasuh seumur hidupku dan balik bertanya berapa anak yang sudah diasuhnya, namun seperti yang sudah-sudah saya akhirnya mengalah juga.
”Nanti dikasih dua kue,” kataku sekalipun mamanya selalu menegurku karena membuatnya menjadi gemuk.
Mae Mobley, menggeleng-gelengkan kepala dan berujar, ”Bibi aja yang pipis.”
Yah, bukan pertama kali aku mendengar kalimat itu, tapi biasanya aku selalu dapat mengatasinya. Aku menyadari, dia harus melihat bagaimana pekerjaan ini dilakukan sebelum dia melakukannya sendiri. Aku berkata,” Bibi tak usah pipis.”
Kami saling berpandangan. Dia menunjuk ke arahku lagi dan berujar, ”Bibi pipis.”
Kemudian dia mulai menangis dan meradang karena dudukan kayu ini mulai menekan pantatnya dan aku tahu apa yang seharusnya kulakukan. Masalahnya aku tak tahu bagaimana caranya. Apakah sebaiknya aku mengajaknya ke toilet di garasi milikku atau pipis di kamar mandi ini? Apa jadinya kalau tiba-tiba Nyonya Leefold pulang dan melihat aku nongkrong di toiletnya? Dia pasti berang.
Aku pasang popoknya kembali dan kami berjalan keluar ke garasi. Hujan membuatnya sedikit berbau. Sekalipun lampu dihidupkan di situ, suasana tetap muram, dan tak ada ’wallpaper’ seperti di dalam rumah. Sesungguhnya, dinding ini bukan terbuat dari tembok, namun sekadar papan tripleks yang disatukan dengan paku. Aku kawatir dia akan ketakutan.
”Oke, Baby Girl, ini dia. Kamar mandi bibi.”
Dia menengok ke dalam dan mulutnya membentuk lingkaran. Dia berguman, ”Ooooo.”
Aku menurunkan celana dalamku dan pipis secepatnya, menyeka dengan tisu dan langsung memasangnya kembali sebelum dia sempat melongoknya. Lantas aku mengguyur toilet.
”Nah itu caranya kamu pipis di toilet,” kataku.
Wow, dia benar-benar terpana. Mulutnya menganga lebar-lebar seakan-akan melihat mujizat. Aku minggir dan kontan saja, dia melepaskan popoknya dan monyet kecil ini memanjat ke atas toilet, berpegangan ke atas supaya dirinya tidak kecemplung dan langsung pipis.
”Mae Mobley! Kamu sudah pipis! Pintar sekali!” Dia tersenyum dan aku memeganginya sebelum dia jatuh ke dalam toilet. Kami bergegas kembali ke dalam rumah dan dia mendapat upah dua keping kue.
Selanjutnya, aku bisa menyuruhnya duduk di atas toilet dan pipis kembali. Inilah bagian yang tersulit, membiasakan pekerjaan pertama ini. Sore harinya, aku benar-benar merasa seperti sudah melakukan prestasi yang besar. Dia juga sudah mulai pintar berbicara dan bisa ditebak kata baru yang dipelajari pada hari itu.
”Baby Girl bikin apa hari ini?”
Dia menjawab, ”Pipis.”
”Apa yang ditulis dalam buku sejarah berikutnya hari ini?”
Dia menjawab, ”Pipis.”
Terus aku berkata, ”Nyonya Hilly bau apa?”
Dia menjawab, ”Pipis.”
Tetapi aku berhenti sampai di situ saja. Ini canda yang tidak kristiani, lagi pula aku takut dia nanti mengulangi lagi kata-kata itu.
Dan inilah naskah aslinya :
THE NEXT FEW WEEKS is real important for Mae Mobley. You think on it, you probably don’t remember the first time you went to the bathroom in the toilet bowl stead of a diaper. Probably don’t give no credit to who taught you, neither. Never had a single baby I raise come up to me and say, Aibileen, why I sure do thank you for showing me how to go in the pot.
It’s a tricky thing. You try and get a baby to go in the toilet before its time, it’ll make em crazy. They can’t get the hang of it and get to thinking low a theyselves. Baby Girl, though, I know she ready. And she know she ready. But, Law, if she ain’t running my fool legs off. I set her on her wooden baby seat so her little hiney don’t fall in and soon as I turn my back, she off that pot running. “You got to go, Mae Mobley?” “No.” “You drunk up two glasses a grape juice, I know you got to go.” “Nooo.” “I give you a cookie if you go for me.” We look at each other awhile. She start eyeing the door. I don’t hear nothing happening in the bowl. Usually, I can get them going after about two weeks. But that’s if I got they mamas helping me. Little boys got to see they daddy doing it standing-up style, little girls got to see they mama setting down. Miss Leefolt won’t let that girl come near her when she going, and that’s the trouble. “Go just a little for me, Baby Girl.” She stick her lip out, shake her head. Miss Leefolt gone to get her hair done, else I ask her again will she set the example even though that woman’s already said no five times. Last time Miss Leefolt say no, I was fixing to tell her how many kids I raised in my lifetime and ask her what number she on, but I ended up saying alright like I always do. “I give you two cookies,” I say even though her mama always getting on me about making her fat. Mae Mobley, she shake her head and say, “You go.” Now, I ain’t saying I ain’t heard this before, but usually I can get around it. I know, though, she got to see how it’s done fore she gone get to business. I say, “I don’t got to go.” We look at each other. She point again and say, “You go.” Then she get to crying and fidgeting cause that seat making a little indent on her behind and I know what I’m on have to do. I just don’t know how to go about it. Should I take her out to the garage to mine or go here in this bathroom? What if Miss Leefolt come home and I’m setting up on this toilet? She have a fit. I put her diaper back on and we go out to the garage. Rain make it smell a little swampy. Even with the light on it’s dark, and they ain’t no fancy wallpaper like inside the house. Fact, they really ain’t no proper walls at all, just plyboard hammered together. I wonder if she gone be scared. “Alright, Baby Girl, here tis. Aibileen’s bathroom.” She stick her head in and her mouth make the shape of a Cheerio. She say, “Oooooo.” I take down my underthings and I tee-tee real fast, use the paper, and get it all back on before she can really see anything. Then I flush. “And that’s how you go in the toilet,” I say. Well, don’t she look surprise. Got her mouth hanging open like she done seen a miracle. I step out and fore I know it, she got her diaper off and that little monkey done climbed on that toilet, holding herself up so she don’t fall in, going tee-tee for herself. “Mae Mobley! You going! That’s real good!” She smile and I catches her fore she dip down in it. We run back inside and she get her two cookies. Later on, I get her on her pot and she go for me again. That’s the hardest part, those first couple a times. By the end a the day, I feel like I really done something. She getting to be a pretty good talker and you can guess what the new word a the day is. “What Baby Girl do today?” She say, “Tee-tee.” “What they gone put in the history books next to this day?” She say, “Tee-tee.” I say, “What Miss Hilly smell like?” She say, “Tee-tee.” But I get onto myself. It wasn’t Christian, plus I’m afraid she repeat it.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI