Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Typhus atau Typhoid?

30 Desember 2011   08:19 Diperbarui: 4 April 2017   18:01 24151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_152782" align="aligncenter" width="628" caption="penderita typhus (ilust collection.yadvashem.org)"][/caption]

Kemarin secara resmi disampaikan bahwa ibu negara sedang menjalani rawat inap karena mengalami sakit tifus atau demam tifoid. Pertanyaan yang timbul di benak, apakah penyakit tifus sama dengan tifoid? Jawaban atas pertanyaan ini tergantung dari sudut bahasaapa yang dipakai untuk merujuknya. Kalau tifus ini merujuk dari kata serapan (loanword) bahasa Belanda tyfus atau tyfeus, maka memang benar tifus sama dengan tifoid. Namun kalau rujukan yang dipakai adalah bahasa Inggris, maka sesungguhnya typhus dan typhoid adalah dua penyakit yang sama sekali berbeda.

Karena nama istilah penyakit secara internasional menggunakan bahasa Inggris, maka ada baiknya kita mengenal perbedaan antara ‘typhus’ dan ‘typhoid’ ini. Penyakit typhus disebabkan oleh bakteri Rickettsia yang menyebar melalui kutu tikus atau binatang mengerat (rodensia) lainnya. Penyakit ini dijuluki pula dengan ‘demam penjara’ (jail fever), karena di zaman dulu paling banyak menyerang narapidana yang disekap dalam ruang tahanan yang pengap, jorok dan berjejal-jejal. Penyebarannya juga melalui kutu pada manusia. Penyakit ini sangat mematikan dan di masa lampau memakan korban nyawa pada tentara yang sedang berperang jauh lebih banyak daripada mereka yang gugur karena luka tempur.

Di masa Perang Dunia I, penyakit ‘typhus’ ini merenggut tiga juta nyawa tentara yang berada di front Rusia. Epidemi penyakit ‘typhus’ ini juga terjadi pada masa Perang Dunia II, di kamp tawanan perang, kamp konsentrasi Nazi Jerman di mana ribuan orang tewas. Tercatat nama gadis Yahudi yang terkenal dengan dengan catatan buku hariannya, Anne Frank dan saudara perempuannya, Margot meninggal karena ‘typhus’ di kamp konsentrasi. Di dalam kisah Injil, penyakit ini disebut dengan pestilence (penyakit pes atau sampar) karena gejala timbulnya gelembung-gelembung pada kulit dan pembusukan (gangraen) pada sekujur tubuh.

Penyakit ‘typhoid’ atau typhoid fever disebabkan oleh kuman Salmonella yang menyebar melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja penderita ‘typhoid’. Dapat pula penularannya melalui lalat yang hinggap pada makanan atau minuman. Gejala ’typhoid’ ini antara lain demam tinggi sampai 40 derajat celcius, banyak berkeringat, nyeri perut, sakit kepala, batuk, dan kadang-kadang bintik-bintik merah pada permukaan kulit. Bilamana tidak diobati, penyakit ini akan memasuki stadium lanjut dengan gejala perdarahan pada usus dan juga perforasi (kebocoran) usus. Di masa lalu sebelum ditemukan antibiotika, angka kematian karena ’typhoid’ ini cukup tinggi. Tercatat isteri presiden AS ke 16, Abraham Lincoln, Mary Todd dan putra ketiganya, William Wallace Lincoln meninggal karena ‘typhoid’ ini.

Pencegahan yang utama adalah dengan menjaga higiene dan sanitasi, agar supaya makanan dan minuman tidak terkontaminasi oleh tinja dan air seni yang mengandung kuman Salmonella. Karenanya mencuci tangan bagi juru masak merupakan tindakan yang sangat penting. Tercatat dalam sejarah penyebaran ’typhoid’ seorang juru masak muda bernamaMary Mallon (yang terkenal dengan julukan ’Typhoid Mary’) yang tanpa disadari menjadi carrier (pembawa) kuman ’typhoid’ dan menulari tak kurang dari 53 orang, tiga diantaranya meninggal dunia karena penyakit ini.

Berbeda dengan ’typhus’ yang cukup fatal di masa sekarang ini, penyakit ’typhoid’ jarang sekali menyebabkan kematian. Apalagi sekarang dengan ditemukan antibiotika, chloramphenicol, amoxicillin, ciprofloxasine dan generasi ketiga ceftriaxone dan cefotaxime, maka penyakit dapat disembuhkan dengan tuntas.

Ada penyakit yang mirip dengan ’typhoid’ dinamakan ’para-typhoid’. Para-typhoid disebabkan oleh bakteri Salmonella paratyphi dan umumnya gejalanya lebih ringan. Penyebabnya juga hampir sama dengan ’typhoid’ yaitu karena makanan jajanan yang tidak higienis, air minum yang tercemar, sanitasi lingkungan yang buruk. Bakteri ini tidak menyerang binatang, jadi penularannya hanya melalui kontak antar-manusia, baik dari orang yang menderita ’typhoid’ atau ’paratyphoid’ ataupun orang ’sehat’ yang bertindak sebagai ’carrier’ (pembawa kuman).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun