Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Quo Vadis Keandalan Wartawan Menyadur Bahasa Inggris

10 Agustus 2013   12:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:28 1731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13761316681780174609

[caption id="attachment_280153" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Waktu tiga hari tanpa kehadiran Kompas cetak, membuat saya lebih intensif mencari kompensasi pemberitaan pada media online. Salah satunya adalah pada media detik.com. Dua hari yang lalu, saya membaca berita yang dilansir dari DailyMail tentang dua lelaki Vietnam yang hidup selama 40 tahun di dalam hutan rimba. Bapak dan anaknya ini lari masuk ke dalam hutan pada masa Perang Vietnam, setelah istri dan kedua anaknya tewas terkena ranjau darat. Setelah kejadian itu, mereka bertahan hidup di hutan, tanpa sekalipun kontak dengan orang luar selama 40 tahun. Seperti Tarzan, waktu tak disengaja ditemukan oleh pencari kayu, mereka hanya mengenakan kancut dari kulit pohon.

Ada sesuatu yang mengganjal benak saya sewaktu membaca saduran pada detik dot com ini. Kalimat itu berbunyi [40 tahun lalu, istri dan dua anak Ho Van Thanh tewas akibat sebuah ledakan di tambang di masa perang Vietnam. Ia pun shock berat akibat kejadian tersebut.]. Karena ada penyebutan narasumber berita dari DailyMail, maka saya mengecek ke sana. Kalimat yang saya jumpai di sana berbunyi sebagai berikut: But one day his wife and two of his sons were killed by a mine explosion, putting him in a state of shock. Kata ‘mine’ memang bisa bermakna ‘tambang’ tapi juga ‘ranjau’. Dalam konteks berita di atas, tak diragukan lagi ‘mine’ bermakna ‘ranjau’, bukan ‘tambang’.

Peneguhan ini saya baca pada salah satu paragraf yang berbunyi: Ho Van Thanh and his son Ho Van Lang apparently fled their home village 40 years ago after a bomb killed three members of their family. Terjemahannya: Ho Van Thanh dan anak lelakinya Ho Van Lang ternyata kabur dari dusun kelahiran mereka 40 tahun silam setelah sebuah bom menewaskan tiga orang anggota keluarganya. Jelas berita detik dot com ini sudah ‘misleading’ (melenceng), karena tewas karena ledakan ranjau tentu saja berbeda dengan tewas karena ledakan di tambang.

Hari ini kembali saya menemukan blunder penyaduran pada berita online detik dot com. Berita yang mengutip dari CNN ini melaporkan tentang seorang gadis Kanada yang bunuh diri karena diperkosa oleh dua pemuda dua tahun yang lalu. Gadis ini mengalami depresi berkepanjangan setelah dia diperkosa dan foto dirinya diunggah di internet oleh kedua pemuda ini. Pada detik dot kom tersua kalimat [Pada saat kejadian, keduanya dinyatakan tidak bersalah karena polisi tidak menemukan adanya kriminalitas dalam kasus ini.]. Karena skeptis dengan penyaduran ini, saya browsing ke web CNN.

Di situ tersua kalimat sebagai berikut: The two, who were minors at the time of the incident, were released. Terjemahan yang benar: Keduanya, yang masih di bawah umur pada saat kejadian, lalu dibebaskan. Saya kira cukup ‘fatal’ kesalahan si wartawan yang menerjemahkan kata ‘minor’ dengan ‘tidak bersalah’, padahal seharusnya bermakna ‘anak di bawah umur’. Istilah ‘minor’ ini sesungguhnya sudah umum dipakai untuk menyatakan batasan di bawah umur, biasanya pada usia 17 atau 18 tahun. Di AS dan Kanada, ‘minor’ tidak diijinkan untuk membeli rokok dan minuman keras. Juga apabila tersangkut masalah hukum, minor mendapat perlakuan khusus dibandingkan dengan orang dewasa penuh.

Saya sekedar membayangkan, bagaimana seandainya pembaca berita detik dot com ini tidak meng-crosscheck lagi dengan narasumber aslinya, tentu akan mendapat informasi yang keliru. Untung ini cuma berita luar negeri yang tak berkaitan langsung dengan kita. Bayangkan kalau ini berita tentang Indonesia yang tentunya dirilis dalam bahasa Inggris dan kemudian salah diterjemahkan. Bisa berabe deh!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun