Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pembeli Adalah Raja di AS dan Kanada

12 September 2011   08:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:02 1846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_134546" align="aligncenter" width="640" caption="(ilust leaderscaffeine.com)"][/caption]

Mengapa saya mengatakan pembeli adalah raja khususnya di kawasan Amerika Utara (AS dan Kanada)? Karena di dua negara ini berlaku sistem return policy bagi konsumen yang diamanatkan oleh undang-undang perlindungan konsumen. Dengan return policy ini, setiap barang yang sudah kita beli dapat kita kembalikan ke toko yang menjualnya asalkan masih dalam kurun waktu yang ditentukan. Pada saat mengembalikan barang tersebut kita tidak diwajibkan untuk memberikan alasan pengembaliannya dan uang senilai harga barang tersebut akan dikembalikan penuh (refund). Alasan konsumen mengembalikan barang umumnya karena tidak sesuai dengan ukuran (misalnya pakaian, kasur, sepatu dan lainnya), tidak sesuai dengan harapan atau ada item sejenis yang lebih menarik dan lebih bermanfaat.

Jangka waktu sesuatu barang belanjaan dapat dikembalikan umumnya berkisar 60 hari. Namun setiap toko dapat membuat kebijakan tersendiri mengenai limit waktu pengembalian barang ini. Juga jenis barang yang dibeli menentukan batas limit waktu pengembaliannya. Barang-barang elektronik umumnya hanya diberi limit waktu 15 hari. Buku dan VCD umumnya diberi limit waktu 30 hari. Yang terpenting pada saat mengembalikan barang tersebut, bon tanda pembayaran (receipt) harus kita tunjukkan. Juga apabila ada kotak kemasan dari barang tersebut, maka karton ini harus dibawa serta. Bagaimana kalau pengembalian barang ini sudah melewati batas waktu? Kita masih tetap dapat mengembalikan barang tersebut dan akan mendapat semacam voucher senilai barang yang kita beli yang dinamakan merchandise credit atau disingkat credit. Atau kita bisa menukar (exchange), apabila barang yang dibeli ini mengandung cacat produksi (defective). Sungguh sangat dimanja konsumen di kawasan Amerika Utara ini.

Adanya kebijakan return policy ini memang kadangkala dimanfaatkan secara nakal oleh konsumen. Saya teringat pada cerita rekan Indonesia yang bermukim di Kanada. Suatu hari kerabat rekan Indonesia ini akan melangsungkan pesta pernikahannya secara sederhana. Waktu itu sedang musim panas (summer) yang suhunya bisa lebih panas daripada di Jakarta. Untuk itu memang sangat dibutuhkan AC portable di ruangan pesta pernikahan. Namun apa daya budget (dana) si pengantin ini pas-pasan untuk menyewa 4-5 AC portable (yang disebut evaporative cooler), apalagi untuk membelinya. Akhirnya rekan saya ini berinisiatif membelikan perangkat AC portable ini dengan kartu kreditnya. Pesta pernikahan pun berjalan lancar dan nyaman, karena para tetamu tidak kegerahan. Lantas seusai pesta ini, diapakan 4 perangkat AC portable? Oh mudah saja. AC ini langsung dikirim kembali ke toko penjualnya dan rekan saya ini mendapat full refund (uang kembali secara penuh). Ini trick akal si kancil yang cerdik, tapi apa boleh buat kalau dana tidak mendukung terpaksa harus pakai akal mengelabui si bule.

Saya teringat juga cerita kerabat saya yang lain yang dititipi untuk membeli alat kosmetik di sebuah mal di Amerika Serikat. Setelah membeli sejumlah lipstick dengan merk yang dipesan, dia pindah ke mal lainnya untuk melanjutkan belanjanya. Ternyata di mal ini (kalau tidak salah bernama Wal-mart), harga lipstick yang tadi dibelinya lebih murah beberapa dollar. Kalau kita belanja di Indonesia, dan berada pada situasi seperti ini, paling-paling kita mengumpat karena sudah membeli barang kemahalan. Tapi karena kerabat saya ini berbelanja di AS dengan fasilitas return policy, maka mentalitas Indonesia nya segera bekerja. Dia tidak rela rugi biarpun hanya beberapa dollar saja. Maka kembalilah dia ke mal semula, mengembalikan lipstik tadi dan mendapatkan refund. Baru kemudian dia membeli lipstik dengan harga yang lebih murah tersebut. Merujuk pada pengalaman kerabat yang satu ini, saya jadi berpikir bahwa semboyan mal Carrefour yang berkata : ’Uang Anda kami kembalikan bila harga barang kami lebih mahal’, sebetulnya tidaklah luar biasa dan istimewa amat. Bahkan saya cenderung mengatakan bahwa slogan itu ’ecek-ecek’ saja. Masalah, pernah ada orang yang berhasil membuktikan barang yang dibelinya di Carrefour lebih mahal dari warung di dekat rumahnya, ternyata ditolak untuk mendapat rebate (ganti kelebihan harga). Argumentasi dari pihak Carrefour, harga yang dibanderol itu harus dibandingkan dengan pengecer (retailer) yang setara. Jadi harus dibandingkan dengan Hypermart atau selevelnya dan bukan dengan toko kelontong di kampung. Yah, kalau di Indonesia konsumen selalu dianaktirikan, maka di Amerika kita begitu dimanja sampai kadang-kadang ngelunjak seperti contoh penuturan di atas.

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun