Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pasien Itu Merobek Bajunya Sendiri

24 Desember 2009   06:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:47 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_42830" align="alignleft" width="300" caption="velcro"][/caption]

Melihat foto disamping ini siapa diantara kita yang belum pernah bersentuhan dengan benda kecil namun amat bermanfaat ini ? Ya,rasanya kita semua sudah amat akrab dengan ‘kain perekat’ yang fungsinya sudah hampir menyaingi ritsleting (zipper) ini. Dia amat praktis karena cukup ‘ditangkupkan’ saja akan langsung erat menutup dan kalau ingin membuka kita tinggal menariknya dan akan terdengar ‘suara sobekan’ (ripping sound) yang khas. Itulah sebabnya saya pernah mendengar celoteh anak kecil di rumah sakit yang mengatakan ada pasien yang merobek bajunya sendiri. Baju pasien (patient gown) memang ada yang diberi ‘kain perekat’ ini untuk memudahkan pemakaian dan pelepasannya.

Namun pertanyaan selanjutnya adalah siapa diantara anda yang tahu nama ’peralatan’ ini ? Namanya adalah velcro. Ini sebetulnya nama dagang (brand name) yang diberikan oleh penemunya George de Mestral yang merupakan gabungan dua kata Perancis velours dan crochet (yang bermakna ‘kaitan’). Nama ‘resmi’ dalam bahasa Inggris adalah hook-and-loop fastener, tetapi seperti nama dagang Gilette yang akhirnya identik dengan pisau pencukur itu sendiri (yaitu ‘silet’), demikian juga nama velcro ini sudah menyatu dengan ‘alat perekat’ ini.

[caption id="attachment_42833" align="alignright" width="300" caption="biji burdock"][/caption]

Sejarah penemuan velcro yang cukup unik ini dimulai pada tahun 1941, saat seorang insinyur Swiss bernama George de Mestral pulang bersama anjingnya dari perburuan di gunung Alpen. Waktu itu dia melihat banyak ‘biji’ (seeds) dari buah burdock yang menempel pada pakaiannya dan pada bulu anjingnya. Waktu dia mempelajarinya dibawah mikroskop, nampak beratus-ratus kaitan pada biji ini yang akan ‘menyangkut’ pada setiap benda yang berupa serat-seratan seperti kain,bulu atau rambut. Ide inilah yang merangsang de Mestral untuk mengembangkan alat untuk menyatukan dua benda. Dibutuhkan waktu hampir sepuluh tahun untuk menyempurnakan ’temuannya’ ini, dan pada tahun 1955 dia memperoleh hak paten dari ciptaannya ini.

Velcro ini mulai naik daun setelah NASA memutuskan untuk menggunakannya pada baju astronaut, kemudian diikuti pula oleh industri baju peselancar es (skiers), baju peselam dan peralatan bawah laut lainnya. Dewasa ini velcro sudah terpasang pada hampir semua peralatan manusia, mulai dari pakaian, sepatu, ikat pinggang, tas, peralatan kedokteran, peralatan militer dan sebagainya. Bahkan untuk peralatan militer sudah dikembangkan jenis velcro yang tidak menimbulkan ’suara sobekan’,karena memang di daerah pertempuran kerahasiaan merupakan unsur penting dan tidak diharapkan musuh mengetahui keberadaan pasukan gara-gara suara sobekan ini.

[caption id="attachment_42835" align="alignleft" width="225" caption="zipper"][/caption]

Berbicara soal velcro tentu tidak dapat dilepaskan dari ’pendahulunya’ yaitu ritsleting (zipper). Dia dikembangkan oleh seorang insinyur kelahiran Swedia, Gideon Sunback pada tahun 1914 dan kata zipper ini diciptakan pada tahun 1923 oleh pabrik pembuat sepatu bot yang menggunakan ritsleting pada produk sepatunya. Kata zipper ini tentu untuk menggambarkan ’kecepatan’ (zip) sepatu ini dipakai dan dilepaskan. Dan sekitar tahun 1930an dia mulai dipakai untuk pakaian anak-anak,pakaian pria dan akhirnya juga untuk gaun wanita. Tahun 1934 Tadao Yoshida mendirikan pabrik retsleting dengan nama YKK (Yoshida Kōgyō Kabushiki-gaisha) dan berkembang menjadi produsen zipper terbesar di dunia. Dewasa ini Jepang merupakan produser 90 persen ritsleting di dunia.

Dan tentunya kita tidak boleh melupakan ’nenek moyang’ alat pengikat ini (fastener) yaitu peniti. Peniti ini sebetulnya sudah ada sejak abad ke 14 dan pada waktu itu diberi nama fibula. Pada tahun 1849 safety pin ini ’ditemukan kembali’ oleh Walter Hunt untuk dipatenkan dan hak ciptanya dijual dengan 400 dollar. Mungkin menarik juga untuk diketahui bahwa kata ’peniti’ ini diserap dari bahasa Portugis yaitu alfinete.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun