Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Omong-omong Soal 'Cakar Ayam'

9 September 2012   09:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:43 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13471823441669395437

[caption id="attachment_204767" align="aligncenter" width="606" caption="Cakar ayam atau carangmas (foto dokumen pribadi)"][/caption]

Anda pernah memperhatikan kerutan bercabang tiga di sudut luar mata yang menghiasi wajah mereka yang memasuki usia tengah baya? Lantas terpikirkah oleh Anda, dinamakan apa kerutan cabang tiga ini dalam bahasa Indonesia? Sepanjang pengetahuan saya, dia tidak mempunyai nama spesifik dalam bahasa kita. Secara umum, dia dinamakan ‘kerut wajah’, bersama-sama dengan kerutan di dahi, kening, pelipis, pipi, sudut mulut dan dagu. Kaum pria biasanya tak memedulikannya, malahan sering bangga karena menambah daya pikat, namun kaum hawa umumnya membencinya.

Kalau dalam bahasa Indonesia dia tak bernama, maka dalam bahasa-bahasa Eropa kerutan di sudut kerling mata ini memiliki nama yang khas sesuai dengan ‘budaya’ masing-masing. Dalam bahasa Inggris, dia dinamakan dengan ‘crow’s feet’ alias ‘cakar burung gagak’. Di Italia, dia disebut dengan ‘zampe di gallina’ atau cakar ayam betina (hen’s feet). Di Perancis (dan juga di negara yang memakai bahasa Perancis, seperti Kanada Quebec), dia disebut dengan ‘pattes d’oie’ yang makna harfiahnya ‘cakar bebek’ (goose’s feet). Dalam bahasa Belanda sepadanan dengan istilah bahasa Inggris dia dinamakan dengan ‘kraaienpootjes’ (cakar burung gagak).

Namun tak semua bahasa di Eropa memakai metafora kaki unggas ini. Di negara Denmark, dia dinamakan dengan ’smilerynker’ yang secara harfiah bermakna ’kerutan senyum’ (smiling wrinkles). Dalam bahasa Denmark memang ada istilah ’kragetæer’ (cakar gagak), namun dia merujuk kepada tulisan tangan yang amburadul dan sulit dibaca. Jadi kurang lebih sama dengan istilah ’tulisan cakar ayam’ dalam bahasa kita. Pun demikian di Swedia, cakar gagak ini dipakai untuk mengacu pada tulisan yang mirip jejak kaki unggas ini di salju.

Dalam bahasa medis ternyata ada juga sebutan ’cakar bebek’ ini yaitu ’pes anserinus’. Dia terletak persis dibawah tempurung lutut yang merupakan pertemuan dari tiga tendon (jaringan ikat otot) yang memberi gambaran seperti tiga jari kaki bebek. Bila terjadi peradangan pada bursa (kantung) di dekatnya, maka si penderita akan merasakan nyeri yang amat sangat dan kondisi ini disebut dengan ’pes anserine bursitis’.

Kembali pada istilah ’cakar ayam’ dalam bahasa kita. Ternyata kata ini bukan semata menggambarkan tulisan tangan yang buruk, tapi juga untuk penyebutan nama kudapan yang terbuat dari ubi kayu/ubi jalar yang diparut, diberi gula merah dan dibentuk menjadi bulatan. Khususnya di daerah Sumatera selatan, kue ini disebut dengan ’cakar ayam’, namun yang saya ketahui di daerah Jawa Timur kue serupa ini dinamakan dengan ’carangmas’. Tapi di Jawa Timur juga ada kerupuk yang memakai metafora cakar yaitu ’kuku macan’. Memang bentuknya mirip cakar harimau dan rasanya sangat lezat dan gurih, baik untuk di-gado (dimakan tanpa lauk) maupun untuk teman menyantap rawon.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun