[caption id="attachment_132616" align="alignleft" width="300" caption="myasthenia gravis (ilustrasi wikipedia.com)"][/caption]
Myasthenia gravis adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh karena auto-immune di dalam tubuh. Antibodi sebagai unsur imunitas akan diproduksi oleh tubuh apabila terdapat kuman yang menyusup ke dalam tubuh dan menyerang habis-habisan kuman tersebut. Namun didalam kasus penyakit auto-immune, antibodi itu diproduksi dalam jumlah banyak, sekalipun tidak ada kuman yang masuk dan celakanya yang diserang adalah bagian tertentu dari organ-organ tubuh manusia itu sendiri. Akibatnya sudah dapat dibayangkan, organ yang diserang itu akan mengalami kerusakan hebat dan melumpuhkan sistem kerja tubuh manusia.
Di dalam kasus myasthenia gravis, antibodi yang diproduksi menyerang wilayah pertautan syaraf dan otot (neuromuscular junction). Dapat dianalogikan syaraf kita ini seperti jaringan listrik yang terhubung ke mesin elektronik (dalam hal ini otot) dan menggerakkan otot tersebut. Pada neuromuscular junction ini terdapat zat penghantar yang disebut acetylcholine yang segera terhubung dengan acetylcholine receptor untuk menggerakkan otot-otot kita. Pada MG antibodi yang diproduksi akan memblokir bahkan menghancurkan reseptor ini sehingga fungsi otot menjadi lumpuh.
Otot yang paling sering terserang adalah otot di wilayah mata dan sekitar wajah, namun dalam kasus yang lebih parah juga mengakibatkan kelumpuhan otot di wilayah leher, tungkai (kaki dan tangan) bahkan otot pernafasan. Karenanya gejala yang pertama ditemui adalah pelupuk mata (eyelid) yang setengah menutup seperti orang ‘mengantuk’ (bisa satu sisi atau kedua sisinya) yang dalam bahasa medis disebut ptosis, pengelihatan dobel ( diplopia), bicara yang sengau (slurred speech) karena gangguan otot velar, perubahan ekspresi wajah dan kesulitan menelan (dysphagia). Apabila kerusakan ini lebih berat dapat pula menyebabkan kelemahan pada kaki dan tangan sehingga menampakkan jalan yang gontai (waddling gait) bahkan dapat masuk ke dalam krisis kelumpuhan pernafasan.
Untuk menegakkan diagnosa penyakit myasthenia gravis ini antara lain dapat dilaksanakan edrophonium test yaitu memasukkan zat edrophonium chloride (nama dagang : Tensilon) ke dalam infus. Zat ini bersifat mencegah penghancuran acetylcholine di neuromuscular junction, sehingga akan nampak perbaikan kondisi pada penderita MG dengan gangguan pada otot mata. Prevalensi pada penyakit ini cukup rendah hanya sekitar 20 per 10.000 orang dan ‘untungnya’ dengan berjalannya waktu penyakit ini tidak menjadi bertambah parah. Jadi penyakit ini lebih bersifat come and go, dia datang kalau penderitanya ‘kecapaian’ dan menghilang kalau dia sudah cukup beristirahat. Salah seorang tokoh ternama penderita MG adalah Aristotle Onassis raja kapal Junani.
Pengobatan untuk penyakit myasthenia gravis ini antara lain adalah dengan anticholinesterase (seperti neostigmin dan pyridostigmin) untuk memperbaiki sistem syaraf otot dan penguatan kerja otot, obat penekan antigen yang abnormal (immunosuppresive drugs) seperti prednison, cyclosporine dan lain-lain. Kadang-kadang juga dilakukan tindakan operasi pengambilan kelenjar thymus, karena dari kelenjar ini zat antigen ‘liar’ ini diproduksi. Pengobatan ini memang dapat dikatakan harus dilakukan seumur hidup, meskipun dapat disesuaikan dosisnya dengan melihat perkembangan kondisi penderitanya.
[caption id="attachment_132617" align="alignright" width="150" caption="psoriasis (ilustrasi wikipedia.com)"][/caption]
Penyakit autoimmune ini ternyata cukup banyak menjangkiti manusia dan mengakibatkan kerusakan pada organ-organ tertentu. Dapat disebutkan diantaranya adalah Guillain Barré Syndrome, Hashimoto’s disease (penyebab hypothyroidism), Graves’ disease (istilah awamnya penyakit gondok), Multiple sclerosis, Lupus, Pemphigus vulgaris (penyakit kulit), Psoriasis (juga penyakit kulit), Sjogren's syndrome, Diabetes mellitus type I dan bahkan penyakit vitiligo (bercak putih pada kulit seperti pada artis Michael Jackson) dan endometriosis dicurigai pula sebagai kelainan yang sifatnya autoimmune.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H