[caption id="attachment_383792" align="aligncenter" width="600" caption="Hitler menderita meteorism sehingga sering kentut (www.neatorama.com) "][/caption]
Meteorisme adalah istilah medis yang bermakna “kembung pada perut yang disebabkan akumulasi gas pada usus dan rongga peritoneum”. Istilah lain dari meteorisme adalah tympanites. Meskipun dinamakan “meteorisme”, dia tak ada kaitannya dengan benda langit meteor dan juga bukan menyiratkan suatu bentuk ideologi (karena ada akhiran –isme di sini). Sedangkan sebutan “tympanites” berasal dari kata Yunani “tumpanon” yang bermakna “genderang” (bahasa Inggris drum), karena perut penderitanya membuncit seperti genderang terisi gas. Istilah medis ini sudah lama saya ketahui,namun baru menarik perhatian saya sewaktu membaca buku nonfiksi “Killing Patton” karya Bill O’Rielly.
Buku ini berkisah tentang Jenderal AS George Patton yang memiliki kepribadian kontroversial. Karena kiprahnya bersinggungan dengan masa Perang Dunia II, di dalam buku ini dikisahkan juga tentang diktator Nazi Jerman, Adolf Hitler. Dan narasi inilah yang menarik bagi saya. Disebutkan di situ, bahwa Hitler sudah sedari muda menderita penyakit yang dinamakan meteorisme, dan gejala khas dari penyakit ini adalah sering sekali kentut di luar kendali. Pada bab 2 buku ini dituliskan: The Führer suffers from a condition known as meteorism, the primary symptom of which is uncontrollable flatulence (Führer menderita suatu kondisi yang dikenal dengan nama meteorisme, dengan gejala utamanya adalah sering kentut tidak terkontrol). Ini pengetahuan baru buat saya sehingga memicu saya untuk mengetahui lebih jauh tentang meteorisme ini.
Karena dirundung penyakit yang memalukan ini, maka sejak usia 40 tahun, Hitler sudah menjadi vegetarian. Dia tidak lagi makan daging, susu, mentega, karena makanan ini menyebabkan kentutnya sangat berbau. Namun seperti kita ketahui, orang yang menjadi vegetarian, justru menjadi lebih sering kentut, meskipun agak kurang berbau dibandingkan dengan menu daging-dagingan. Pada saat-saat keruntuhannya di tahun 1945, Hitler menghabiskan sebagian besar waktunya bersembunyi di dalam bunker (perlindungan di bawah tanah) bersama-sama sejumlah staf pendukungnya. Masih dikutip dari buku “Killing Patton”, digambarkan di situ bagaimana “menderitanya” para staf yang harus hidup se ruangan dengan Hitler yang tukang kentut itu. Inilah kutipannya: The Führer has banned smoking in the bunker, but breathing dank air that is fouled all too often by the Führer’s meteorism is an ordeal for all (Führer memerintahkan larangan merokok di dalam bunker, namun menghirup udara pengap yang diwarnai dengan aroma kentut sang Führer sungguh-sungguh merupakan penderitaan lahir batin bagi seluruh staf).
Dari referensi lain saya mendapat gambaran yang lebih mendetail soal Hitler dan meteorisme ini. Hitler mempunyai seorang dokter pribadi kepercayaan yang bernama Dokter Morell. Banyak pembantu dekat Hitler yang meragukan kapasitas dokter ini, karena dia meramu obat-obatan yang misterius. Dokter yang berbadan tambun ini konon juga jarang mandi, kulitnya berminyak, kuku-kukunya kotor, dan selain bau badan dan bau mulut (body odor and bad breath), kebiasaan bersendawa (belching) dan kentut (farting) dokter jorok ini membuat staf Hitler mengambil langkah seribu bila dia datang. Sewaktu dikeluhkan oleh kekasihnya, Eva Braun, tentang bau badan sang dokter, Hitler berkata ‘Aku memakai dia bukan karena bau badannya, tapi karena untuk menjaga kesehatanku.” Tapi mungkin juga Hitler memakai dokter Morell ini karena sama-sama tukang kentut, sehingga orang yang berada di dekatnya akan kebingungan mendakwa siapa yang mengeluarkan angin busuk ini.
Untuk mengatasi meteorisme ini, dokter Morell memberikan obat berbentuk pil berwarna hitam yang berkhasiat sebagai anti gas. Kandungan pil hitam ini adalah gentian, belladonna, dan ekstrak bernama nux vomiva. Nux vomica ini diperoleh dari biji-bijian yang mengandung strychnine yang sangat beracun, sedang belladonna mengandung atropin yang menyebabkan halusinasi, koma, bahkan kematian bila dikonsumsi dalam jumlah besar. Padahal diceritakan di situ, Hitler dalam sehari bisa menelan 20 butir pil ini untuk mengatasi perut kembung dan kentut-kentut ini. Di samping itu, dokter Morell juga menyuntikkan amphetamine setiap hari, zat yang kini menjadi bahan dasar pembuatan ekstasi. Menurut perkiraan, Hitler menelan tak kurang dari 92 macam obat untuk mengatasi keluhan kesehatannya. Jadi, tak mengherankan pada hari-hari terakhirnya di dalam bunker, kesehatan Hitler sudah sangat merosot, tulang belakangnya sudah bengkok, kaki kirinya lumpuh sehingga jalannya terseret-seret, tangannya sudah gemetar dan tremor, sehingga untuk menulis dan membuat tanda tangan pun dia tak sanggup lagi.
Menarik membaca kisah sejarah yang terus terang saya tidak dapatkan pada waktu belajar sejarah di sekolah menengah dahulu. Pelajaran sejarah termasuk vak yang membosankan, karena kita disuruh untuk menghafal tahun-tahun peristiwa sejarah yang begitu banyak dan itu yang diuji dalam ulangan. Yang masih menempel di otak saya hanya tertinggal tahun terjadinya perang Diponegoro yaitu 1825-1830. Yang lainnya sudah menguap semuanya dari ingatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H