Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenang Obat dan Vitamin Tempo Dulu

21 Februari 2014   22:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:35 1260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Apakah yang membedakan zaman dulu dan zaman sekarang? Ada yang mengatakan hidup lebih menyenangkan di zaman dulu, namun ada pula yang mengatakan sebaliknya. Jawaban yang mungkin tak saling berseberangan adalah hidup di zaman dulu lebih simpel (bersahaja). Contohnya saja dalam hal obat dan vitamin di zaman itu cuma ada satu atau dua merek saja yang eksis, sehingga khalayak ramai bila membutuhkannya pasti akan terpikir dengan nama itu saja.

Waktu saya kecil, boleh dibilang saya sering sekali batuk. Dan obat batuk yang diberikan adalah zwarte hoest (zwart = hitam, hoest = batuk), jadi dia adalah Obat Batuk Hitam (OBH). Kalau kaki saya terkilir waktu bermain bola atau kasti, maka untuk menyembuhkan pembengkakan di enkel, dikompres dengan perban yang dibasahi dengan cairan rivanol yang berwarna kuning cerah. Sudah barang tentu, setelahnya kulit dan kuku kaki di sekitar kompresan ini akan berwarna kuning selama beberapa hari.

Di zaman dulu, anak-anak juga sering sekali kena biang keringat atau keringat buntet. Ibu saya menamainya dengan rodehond (arti harfiahnya “anjing merah”) dan penampilannya memang bintik-bintik kemerahan umumnya di seputar punggung dan dada, kadang juga di leher dan muka. Obat yang diberikan adalah bedak dingin (bedak kanji) dari tepung tapioka ditambah dengan cairan caladin yang dilarutkan pada alkohol. Bila dioleskan pada biang keringat akan terasa dingin dan sedikit perih (bahasa Surabaya: celekit-celekit). Dalam bahasa Inggris dia dinamakan dengan “prickly heat” (prickly = celekit, heat = panas) dan istilah medisnya adalah miliaria.

[caption id="attachment_313247" align="aligncenter" width="447" caption="(ilust kranten.kb.nl)"][/caption]

Untuk vitamin bagi anak-anak, dulu dikenal “minyak ikan” yang dalam bahasa Belanda disebut dengan levertraan”. Semua anak paling benci dengan minyak ikan ini karena bau dan rasanya yang amis dan anyir. Belakangan levertraan ini dijadikan bentuk kapsul bening dengan ukuran yang lumayan besar. Merek yang sangat terkenal adalah “Seven Seas”. Saking terkenalnya nama ini, di keluarga saya selalu menyebutnya dengan “seven seas” ketimbang minyak ikan (lihat gambar iklan). Di zaman modern ini, suplemen ini diberi nama dengan Omega 3. Multivitamin yang juga terkenal di zaman dulu adalah “Erceevit” yang berbentuk sirup kental dengan rasa jeruk (orange taste). Iklannya sangat khas menggambarkan gadis kecil berambut poni dengan baju kotak-kotak (lihat gambar di bawah). Anak-anak suka minum vitamin ini, karena rasa jeruk.

[caption id="attachment_313249" align="aligncenter" width="333" caption="(ilust kranten.kb.nl)"][/caption]

Obat sakit kepala yang sangat tersohor di zaman dulu adalah Aspro dengan kemasan tablet yang khas berbentuk memanjang seperti kacang panjang. Merek “Aspro” ini pernah berganti nama menjadi “Naspro” tetapi kemudian kembali dinamai “Aspro”. Obat sakit kepala yang tenar lainnya tentunya adalah puyer cap “Bintang Toejoe” nomor 16. Untuk mengkonsumsinya puyer (dari bahasa Belanda poeier) cukup dituangkan dari kemasan kertas ke dalam mulut dan digelontor dengan segelas air.

Kalau kita luka bernanah atau bisulan biasanya ibu akan memberikan salep ichtiyol yang berwarna coklat kehitaman. Mungkin karena higiene dan sanitasi yang buruk di zaman itu, anak-anak seringkali mengalami bisulan (bahasa Jawa “udunen”) di ketiak, di pantat, di kulit kepala, di lutut dan sebagainya. Salep terkenal lainnya adalah salep Purol yang sangat multiguna, karena bisa dipakai untuk mengatasi segala macam sakit kulit mulai dari gigitan semut api, kutu air (bahasa Jawa “rangen”), kulit kering dan sebagainya.

[caption id="attachment_313250" align="aligncenter" width="632" caption="(ilust banlengoil.com)"][/caption]

Obat yang serba guna di keluarga saya dahulu adalah Ban Leng yang berujud cairan. Dia sebenarnya termasuk obat luar untuk mengobati memar karena terantuk (bahasa Jawa “ketatap”), luka bakar (“kenyonyos”), luka lecet dan luka terpotong, tetapi dapat juga diminum dengan dilarutkan pada air untuk mengobati batuk. Label pada botolnya juga sangat khas karena di situ ada foto orang yang entah siapa karena selalu diganti-ganti. Perhatikan pula kata "windy oil" yang disalin ke bahasa kita menjadi "minyak angin".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun